Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tema Hari Santri 2024 Menyambung Juang dan Merengkuh Masa Depan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:48 WIB Last Updated 2024-10-22T04:48:43Z
TintaSiyasi.id-- Tema Hari Santri 2024: "Menyambung Juang dan Merengkuh Masa Depan" menekankan pentingnya kesinambungan perjuangan para santri dalam sejarah dengan tantangan masa depan. Tema ini mencerminkan dua hal penting:

1. Menyambung Juang: Ini adalah penghormatan terhadap perjuangan santri di masa lalu, khususnya dalam sejarah perlawanan terhadap penjajahan dan kontribusi mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Santri, dengan semangat jihad fisabilillah dan nilai-nilai keislaman, telah menunjukkan dedikasi yang kuat dalam menjaga kedaulatan bangsa dan moral masyarakat.

2. Merengkuh Masa Depan: Menggambarkan komitmen santri untuk terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa di era modern. Santri diharapkan tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tetapi juga beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk teknologi, pendidikan, dan ekonomi, untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Tema ini mencerminkan kesinambungan antara warisan perjuangan ulama dan santri dengan tantangan globalisasi serta perkembangan teknologi yang akan dihadapi di masa mendatang.

Meneruskan Perjuangan Wali sanga dan Para Ulama sebagai pewaris para Nabi Melawan Penjajahan. Dalam Konteks Saat ini Penjajahan Gaya baru yakni Penjajahan Hukum, Penjajahan Ekonomi dan Penjajahan Budaya.

Melanjutkan perjuangan Wali Sanga dan para ulama sebagai pewaris Nabi dalam konteks penjajahan modern menuntut pendekatan yang relevan dengan tantangan zaman. Pada masa lalu, Wali Sanga dan ulama terlibat aktif dalam penyebaran Islam serta melawan penjajahan fisik yang dilakukan oleh bangsa-bangsa kolonial. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga menjaga kedaulatan bangsa dari pengaruh luar yang merusak.

Saat ini, bentuk penjajahan yang dihadapi lebih kompleks, sering disebut "penjajahan gaya baru" (neo-kolonialisme), yang meliputi:

1. Penjajahan Hukum
Penjajahan hukum dapat terjadi ketika kebijakan atau regulasi negara dikuasai atau dipengaruhi oleh kepentingan luar yang menguntungkan segelintir pihak, terutama korporasi multinasional atau negara adidaya. Dalam hal ini, hukum digunakan sebagai alat untuk mempertahankan dominasi, sering kali mengabaikan keadilan bagi rakyat kecil. Salah satu cara melawan penjajahan hukum adalah dengan memperkuat sistem hukum yang adil, berdaulat, dan independen dari intervensi luar. Prinsip keadilan Islam, seperti syura (musyawarah) dan istihsan (kebijakan yang memperhatikan kepentingan umum), dapat menjadi landasan dalam mengatasi masalah ini.

2. Penjajahan Ekonomi
Penjajahan ekonomi ditandai dengan dominasi negara-negara maju atau korporasi besar dalam menguasai sumber daya alam dan pasar di negara berkembang. Ini sering terjadi melalui utang luar negeri, kontrak eksploitasi sumber daya alam yang tidak adil, serta penguasaan pasar oleh produk asing yang meminggirkan industri lokal.

Sistem ekonomi Islam menekankan keadilan dalam distribusi kekayaan dan larangan praktik riba, yang menyebabkan ketergantungan ekonomi. Zakat, sedekah, dan wakaf dapat membantu menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan mengurangi ketimpangan. Selain itu, pemerintah harus berfokus pada kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor industri, pertanian, dan hilirisasi sumber daya alam

3. Penjajahan Budaya
Penjajahan budaya merujuk pada dominasi budaya asing yang mengikis identitas nasional dan lokal. Melalui media, hiburan, dan gaya hidup global, nilai-nilai asing sering kali menggantikan budaya tradisional. Ini menyebabkan generasi muda semakin jauh dari akar budaya dan agama mereka, dan lebih menerima nilai-nilai materialisme atau konsumerisme.

Peran pendidikan Islam sangat penting dalam melawan penjajahan budaya. Dengan memperkuat nilai-nilai agama dan budaya lokal, masyarakat dapat mempertahankan jati diri mereka. Di samping itu, teknologi dan media bisa digunakan untuk memperkuat narasi budaya lokal dan agama dalam format yang modern dan menarik.
Menyambung Juang Wali Sanga dan Para Ulama

Seperti Wali Sanga yang menyebarkan Islam dengan pendekatan budaya dan dakwah yang damai, generasi saat ini harus melanjutkan perjuangan mereka dengan metode yang kontekstual. 

Dakwah bil hal (dakwah melalui tindakan) yang relevan dengan masalah modern, seperti pemberdayaan ekonomi umat, pembelaan hak-hak kaum lemah, dan penyebaran nilai-nilai akhlak dalam politik dan sosial, merupakan cara efektif untuk melawan penjajahan gaya baru ini.

Kesimpulan

Perjuangan melawan penjajahan modern membutuhkan kesadaran akan bentuk-bentuk penjajahan yang lebih halus tetapi berdampak besar. Dengan menerapkan ajaran Islam yang menyeluruh dan menekankan keadilan dalam hukum, ekonomi, dan budaya, kita dapat melanjutkan perjuangan para wali dan ulama dalam membebaskan negeri ini dari berbagai bentuk ketidakadilan.

SAntri yang Memiliki Aqidah Islam dan Tsaqofah Islam yang Mumpuni dan Menjadikan Dakwah sebagai Poros kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.

Seorang santri yang memiliki aqidah Islam yang kuat dan tsaqofah Islam (pemahaman mendalam terhadap ilmu-ilmu Islam) yang mumpuni dapat memainkan peran sentral dalam masyarakat. Ketika dakwah menjadi poros kehidupan santri tersebut, ia tidak hanya menjadi pelaku keilmuan dan ibadah, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi masyarakat. Ada beberapa elemen kunci yang menjadikan santri dengan karakter ini unggul:

1. Aqidah yang Kuat
Aqidah yang benar dan kuat adalah pondasi utama kehidupan seorang Muslim, terutama santri. Seorang santri yang memiliki aqidah yang kokoh akan memiliki:
• Keyakinan yang Mendasar: Keyakinan terhadap tauhid, risalah Nabi Muhammad SAW, dan akhirat mendorong santri untuk menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai dengan tuntunan Allah. Ini memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan tegar dan istiqamah.
• Komitmen Terhadap Nilai-Nilai Islam: Dengan aqidah yang kuat, santri tidak mudah tergoda oleh pengaruh luar, baik dalam bentuk ideologi sekuler, materialisme, atau hedonisme yang saat ini sering menyerang generasi muda

2. Tsaqofah Islam yang Mendalam
Tsaqofah Islam meliputi pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu Islam, seperti fikih, aqidah, hadits, tafsir, dan sejarah Islam. Santri yang memahami tsaqofah Islam secara mendalam memiliki keunggulan sebagai berikut:
• Menjadi Sumber Rujukan dalam Masyarakat: Santri yang paham tsaqofah Islam dapat menjadi rujukan masyarakat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait agama dan kehidupan sosial. Mereka mampu memberikan panduan syar’i yang dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun sosial.
• Memadukan Ilmu dengan Aksi: Santri yang mendalami tsaqofah Islam tidak hanya memahami konsep-konsep keagamaan, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, memberikan contoh kepada masyarakat tentang bagaimana Islam diterapkan dalam realitas

3. Menjadikan Dakwah sebagai Poros Kehidupan
Dakwah adalah misi penting bagi setiap Muslim, khususnya santri. Ketika dakwah menjadi poros kehidupan, seorang santri berperan aktif dalam:
• Mengajak kepada Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran: Santri akan berupaya menyebarkan nilai-nilai Islam dengan hikmah, baik melalui lisan (ceramah, diskusi), tulisan (media, literatur), maupun teladan perilaku. Dakwah juga bisa dilakukan dalam bentuk membangun komunitas Islami yang kuat dan berintegritas di tengah-tengah masyarakat.
• Menjadi Pemimpin dalam Perubahan Sosial: Dengan dakwah sebagai inti kehidupannya, santri akan memandang semua aspek kehidupan sebagai ladang untuk beramal dan menyebarkan kebaikan. Ini termasuk mendorong perbaikan di bidang ekonomi (misalnya melalui ekonomi syariah), pendidikan (dengan memberikan akses ilmu yang sesuai dengan nilai-nilai Islam), dan budaya (melestarikan nilai-nilai luhur dan akhlak Islami)

4. Konteks Masyarakat Modern
Dalam masyarakat modern yang penuh tantangan globalisasi, sekularisme, dan liberalisme, peran santri yang berfokus pada dakwah sangat diperlukan. Seorang santri yang menjadi pelopor dakwah tidak hanya harus memiliki kecakapan agama, tetapi juga harus memahami perkembangan sosial, politik, dan teknologi. Hal ini penting agar dakwah yang disampaikan relevan dan efektif dalam merespons problematika masyarakat kontemporer.

5. Peran Dakwah dalam Membentuk Masyarakat Islami
Seorang santri yang berdakwah di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk:
• Membangun Kesadaran Kolektif: Dakwah membantu menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya nilai-nilai keislaman dalam membentuk masyarakat yang adil dan makmur. Ini termasuk mengarahkan masyarakat untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Islam seperti kejujuran, keadilan, dan tolong-menolong.
• Menggerakkan Sosial dan Politik: Santri yang menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan dapat berkontribusi dalam menggerakkan perubahan sosial dan politik yang berlandaskan syariah, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah maupun masyarakat lebih mendukung terciptanya keadilan dan kesejahteraan

Kesimpulan

Santri yang memiliki aqidah dan tsaqofah Islam yang kuat, serta menjadikan dakwah sebagai poros kehidupannya, memiliki potensi besar untuk menjadi motor perubahan dalam masyarakat. Dengan aqidah yang kokoh dan pemahaman Islam yang mendalam, mereka tidak hanya mampu menghadapi tantangan zaman tetapi juga menjadi pemimpin dalam perjuangan untuk mewujudkan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update