Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Stunting Masalah Sistemis, Bukan Gimik Politik Rezim

Jumat, 18 Oktober 2024 | 11:10 WIB Last Updated 2024-10-18T04:10:44Z
TintaSiyasi.id -- Menurut WHO (World Health Organization) Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun). Anak-anak stunting terganggu tumbuh kembangnya. Selain fisik, kognitifnya pun terganggu, sehingga kemampuan belajar dan kesehatan anak di masa depan juga menurun.

Data stunting nasional hingga kabupaten seperti Kabupaten. Bandung, cukup tinggi seiring memburuknya situasi ekonomi global yang beriimbas hingga lokal. Program Stunting nasional kini sedang gencar. Stunting masalah sistemik yang terkait banyak aspek, seperti ekonomi, politik dan sosial. Sayangnya isu stunting nampak sekedar gimik politik rezim.  Lantas bagaimana solusi tuntas stunting?

Fakta Stunting Dari Global Hingga Lokal

Kita tidak boleh menutup mata bahwa realitas global, ada 149 juta anak-anak di dunia mengalami stunting. Akses mereka terhadap makanan bergizi sangat minim. Kondisi paling ekstrim tentu di Gaza, 90% anak-anak disana rawan pangan dan gizi, akibat penjajahan israel dan politik. Sepintas negeri kita beruntung, negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi. Tapi ironis, angka stunting berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 tercatat 21,6%. Ada sekitar 6 juta anak Indonesia stunting. Target nasional menurunkan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024. 

Sementara data lokal di Kabupaten (Kab.) Bandung, prevalensi stunting 29,72% tahun 2023, masih diatas rata-rata nasional. Pemda Kab. Bandung menargetkan penurunan angka stunting menjadi 17,5% pada 2024, di atas target nasional. Padahal kab. Bandung termasuk etalase ekonomi nasional. Sungguh miris! artinya ada sekitar 2.255 balita kurang gizi dari 7.588 balita di Kab. Bandung. 

Upaya  intervensi gizi dengan peningkatan asupan gizi bagi ibu hamil dan balita dilakukan. Namun fakta di lapangan, program ini bernasib sama dengan program-program nasional lainnya, yaitu rawan penyelewangan, apalagi melibatkan anggaran yang tak sedikit. Korupsi selalu menjadi bumbu setiap proyek pemerintah. Fakta dari banyak sumber dilapangan, makanan yang diterima warga tidak sesuai standar gizi.  Banyak terjadi korupsi dan penyelewengan dana dan data.

Stunting Adalah Masalah Sistemis Bukan Kasuistis Apalagi Gimik Politik.

Seperti program-program bantuan lainnya, stunting jadi sekedar gimik politik. Upaya rezim atau pemerintah saat ini untuk menarik perhatian dan mendongkrak citra pada publik.  Mirisnya lagi ditengah kondisi stunting yang kian genting seperti di Kab. Bandung,  peran pemda justru makin kendur. Tugas utama pemerintah yaitu mengurus rakyat, perlahan dialihkan. Mengherankan, kini LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) aktif terlibat proyek stunting nasional, melalui Program LPS Peduli Bakti Bagi Negeri. Menurut Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, saat ini LPS bekerja sama dengan Yayasan CARE Indonesia memberikan bantuan dalam meningkatkan kesehatan dan taraf hidup rakyat. Seperti di Kecamatan Pangalengan, Kab. Bandung Jawa Barat warta ekonomi.co.id (Jumat 4/10/2024). 

Pelibatan LPS secara tak langsung menggunakan dana publik. Miris, selama ini Pemerintah  mengandalkan jurus pinjaman luar negri, pajak dan melirik, mengeruk dana-dana publik yang "tersimpan". Rakyat selain diperas lewat pajak untuk kas APBN/APBD juga harus menanggung beban hutang pinjaman luar negeri, lewat tingginya harga kebutuhan hidup. Anggaran APBN milik rakyat bocor disana sini.  Sejatinya pemenuhan pangan layak dan bergizi adalah tanggung jawab penuh negara.

 Islam Solusi Tuntas Stunting.

Stunting bukan sekedar membagi-bagi makanan bergizi tapi terkait banyak aspek (sistemis). Maka butuh solusi  mengakar.  Banyak masalah di negeri ini diselesaikan sebatas mengatasi akibat tidak  menyentuh sebab utama atau akar masalahnya. Diterapkannya ekonomi kapitalisme, itulah problem utama (sistemik). Ciri khas kapitalisme "si kaya" (olighart ekonomi/ politik, kapitalis, para pengusaha) makin kaya, sebaliknya rakyat banyak kian terpuruk. Bertambahnya  Kemiskinan akibat badai PHK, beban biaya hidup berat, kesehatan dan pendidikan layak mahal. Jadi jangankan makan bergizi cukup protein hewani, sekedar bisa beli beras saja sulit!

Ketika islam diterapkan secara kaffah (menyeluruh), sistem ekonomi islam bukan hanya akan mengatasi stunting tapi juga menyolusi masalah-masalah lain. Filosofi sistem ekonomi islam adalah menjamin kesejahteraan rakyat. Negara berupaya agar potensi kekayaan alam (SDA) adalah kepemilikan umum milik rakyat, kepemilikan negara, ZISWAF adalah untuk kesejahteraan rakyat. Negarapun memastikan distribusi  adil sampai pada tiap rakyat. Semua ini hanya bisa ditopang kredibilitas pemimpin yang bertakwa. Islampun memastikan tiga pilar berjalan, yaitu satu membangun ketakwaan individu, dua kontrol masyarakat dan ketiga peran negara sebagai pelindung (ra'in dan junnah) berjalan. Begitulah Islam menyelesaikan tuntas stunting sekaligus meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.


Oleh: Rengganis Santika A., S.T.P.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update