Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Soal Marriage is Scary, UIY: Tidak Lepas dari Skeptisisme Barat terhadap Pernikahan

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:37 WIB Last Updated 2024-10-20T12:38:16Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi fenomena marriage is scary di tengah masyarakat, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai hal itu tidak bisa dilepaskan dari skeptisisme masyarakat Barat terhadap pernikahan.

"Ini tidak bisa dilepaskan dari skeptisisme masyarakat di dunia barat terhadap pernikahan," ungkapnya di kanal YouTube UIY Official, Rabu (16/10/2024), Marriage is scary, Menakutkan? Kok Bisa? 

Ia memberikan contoh, di Amerika, dua dari tiga pernikahan itu berakhir dengan perceraian, dan setiap kali perceraian terjadi, pasti akan menimbulkan impact negative rasa sakitnya. Belum lagi bicara tentang anak, kemudian bicara tentang macam-macam yang itu kemudian sadar atau tidak sadar membawa publik itu kepada perspektif negatif tentang pernikahan.

"Sampai pada satu pernyataan sederhana begini buat apa menikah kalau kemudian itu membuat kita sakit? Tidak membuat kita bahagia, buat apa melakukan sesuatu yang membuat kita sedih, membuat kita tidak bahagia? Nah skeptisisme itu yang kemudian membawa mereka pada satu kesimpulan bahwa pernikahan itu menakutkan, mengerikan. Itu pula saya kira yang membuat akhirnya mereka menghindar dari pernikahan," jelasnya.

Sehingga, karena pernikahan membuat masyarakat Barat menjadi mengalami konflik dan konflik itu diantaranya berujung pada kekerasan, kemudian pernikahan juga mau menambah beban kepada mereka secara ekonomi akhirnya mereka tidak merasakan kebahagiaan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan ketika pernikahan dihindari maka terjadilah kegelisahan di dunia Barat dan juga Timur yaitu merosotnya populasi penduduk, karena angka fertility itu jauh di bawah angka multility. Orang yang meninggal lebih banyak daripada yang lahir. Ada banyak orang tidak mau menikah, yang menikah tidak mempunyai anak, yang punya anak hanya mau punya sedikit karena anak dianggap sebagai beban.

Ibadah

Dalam kacamata masyarakat Barat, kata UIY, mereka tidak memandang pernikahan adalah ibadah, sebaliknya, Islam memandang pernikahan adalah ibadah. Ini adalah suatu hal yang sebenarnya sangat fundamental, yaitu hilangnya landasan filosofis kenapa orang itu harus menikah. Bagi umat Islam itu sebenarnya hal elementer (mendasar) sekali, tetapi bagi mereka (masyarakat Barat) itu persoalan besar. Umat Islam beruntung sekali hidup di dalam satu risalah yang mempunyai pandangan bahwa seluruh perbuatan termasuk menikah itu perbuatan yang bernilai tinggi di hadapan Allah dalam rangka ibadah.

Saya ada punya pengalaman. Saya pernah bekerja bersama dengan seorang geolog dari Perancis yang tujuh tahun dia itu hidup bareng tanpa nikah, itu Samen Leven. Saya tanya pada waktu itu 'apakah setelah ini anda akan menikahi dia? Boleh bertanya kepada saya untuk apa menikah. Coba ketika dia bertanya untuk apa menikah, kita mau jawab apa? Kita pasti akan menjawab untuk ibadah. Tetapi ketika kita jawab untuk ibadah, pasti juga enggak nyambung dengan pikiran mereka karena tidak ada kosakata atau terminologi atau istilah ibadah di dalam hidup mereka. Hal yang membuat akhirnya apa yang dilakukan itu tidak pernah punya nilai itu. Ini saya kira sesuatu yang hilang sekarang pada kehidupan yang sekularistik materialistik dunia Barat maupun Timur," terangnya.

Ia menjelaskan sebagaimana diceritakan dalam hadis shahih Bukhari bahwa ada orang-orang datang kepada Nabi lakukan protes, tetapi hal positif karena mereka merasa iri dengan orang kaya, kata mereka; 'itu orang kaya borong semua pahala, mereka shalat sebagaimana kita salat, mereka puasa sebagaimana kita puasa, tetapi mereka dengan kekayaan bisa sedekah, sementara kita tidak', lalu Nabi menjelaskan kepada mereka; 'tidak begitu, karena dalam setiap tahmid itu ada sedekah, di setiap tahlil itu ada sedekah, di setiap tasbih itu ada sedekah, bahkan ketika engkau mendatangi istrimu itu juga ada sedekah artinya ada ibadah di situ', kaget mereka yang bertanya bagaimana orang melampiaskan hawa nafsu itu kok ada ada pahala'. Nabi bertanya balik, 'bagaimana kalau itu dia lakukan dengan kepada orang yang tidak halal, bukannya mendapatkan dosa? Lalu Nabi menutup penjelasannya dengan mengatakan, 'begitulah ketika meletakan itu pada tempat yang halal maka dia akan mendapatkan pahala.

Ia menegaskan bahwa kata-kata pahala, istilah pahala itu tidak ada dalam kehidupan materialistik ini hari, membuat akhirnya kehidupan itu tidak punya arti apa-apa, kecuali arti materialistik.

"Nah ketika semua ditimbang dengan materialisme maka sepanjang mata dan pikiran menjangkau itulah kebahagiaan material dan di situ pula ada banyak ascertain yang mereka apa tidak bisa menjangkaunya, menimbulkan ketakutan itu. Apa jaminannya bahwa pernikahan itu akan mendapat kebahagiaan? Enggak ada. Kalau kita ada keyakinan, kenapa ada jaminan di situ, bahwa kalau kita itu menikah lalu menikah dengan benar, dengan niat ibadah, masing-masing itu memenuhi hak dan kewajibannya sebagai pasangan suami istri maka di situ Allah ridha. Lalu Allah memberikan berkah akan memberikan kebaikan satu," urainya.

Kedua, jika sepasang suami istri mendapatkan masalah, dan itu biasa dalam kehidupan rumah tangga, Allah berjanji akan memberikan pertolongan, dalam hadis sahih juga
 
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُم : الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ يُرِيدُ الْعَفَافَ 

“Tiga golongan yang Allah wajibkan atas diri-Nya untuk menolong mereka : Orang yang berjihad di jalan Allah, Mukatab (budak) yang ingin menebus dirinya, dan Orang yang menikah dengan tujuan menjaga kehormatan dirinya” (HR Ahmad 2/251, Tirmidzi 4/184, Nasa’i 6/61, Ibnu Majah 2518, Al-Hakim dalam Al-Mustadrok 2/160. Imam Tirmidzi mengatakan Hadits Hasan. Al-Hakim menyatakan Shohih berdasarkan syarat Muslim dan disetujui oleh Ad-Dzahabi )

"Nah kayak begini-begini itu tidak ada di dalam kehidupan mereka, walhasil yang ada kecemasan-kecemasan karena semua diukur dengan materialisme tadi itu, dan itulah saya kira pangkal terjadi ya atau munculnya marriage is scary itu dan menakutkan. Saya kira bukan hanya marriage nanti bahkan mungkin hidup itu sesuatu yang menakutkan," tugasnya.

Kunci Pernikahan Bahagia 

Pertama tentu saja niat ibadah. Kedua ibadah itu intinya taat kepada Allah. Jdi kunci yang kedua suami melaksanakan kewajibannya atas dasar taat kepada Allah, dalam posisi dia atau dalam tugas dia sebagai suami sebagai bapak, sebagai pemimpin rumah tangga. Istri melaksanakan kewajibannya dalam taat kepada Allah sebagai ummu warobatul bait.

"Ketika pasangan ini sama-sama melakukan kewajiban, hak kewajiban lalu melaksanakan juga kewajiban bersama, maka insyaallah ketaatan itu akan membawa ridha, dan ridha akan membawa berkah," terangnya.

Sebagaimana Allah sampaikan dalam Hadis Qudsi; 'sesungguhnya apabila Aku ditaati, dan keluarga berkah itulah yang dituju seperti doa yang kita sampaikan setiap kali kita menghadiri akad nikah atau walimah barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir dan berkah ini yang juga tidak mereka temukan dalam kehidupan, bersyukur sekali bahwa kita ini hidup di bawah risalah yang agung ini," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update