Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Skandal P. Diddy Mengguncang: Inikah Wajah Hiburan Peradaban Sekuler Kapitalisme yang Merusak Generasi?

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 07:05 WIB Last Updated 2024-10-22T04:53:34Z
TintaSiyasi.id— Tidak mengherankan kondisi dunia hiburan hari ini tidak sekadar melalaikan, tetapi juga menjerumuskan ke jurang kemaksiatan. Sebagaimana yang geger beberapa pekan terakhir ini, yakni skandal P. Diddy. Dikutip dari CNBCIndonesia.com (26-9-2024), skandal seks menimpa rapper Amerika Serikat (AS), Sean "Puff Daddy" Combs atau yang juga akrab disapa P. Diddy. Atas perkara ini, ia dihadapkan dengan dakwaan federal yang menuduhnya memaksa dan mengendalikan banyak wanita untuk melakukan hubungan seksual secara paksa.

Dalam laporan Philenews, Diddy telah menghadapi dakwaan yang dibuka di pengadilan New York. Menurut Kantor Kejaksaan AS, pelantun lagu 'I'll Be Missing You' itu menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk merekrut wanita muda ke dalam lingkaran dalamnya, menjanjikan mereka peluang di industri musik.

Dakwaan terhadap Diddy meliputi perdagangan seks, pemerasan, dan penghalangan keadilan. Dakwaan pemerasan menuduh bahwa Diddy mengoperasikan perusahaan kriminal yang terlibat dalam berbagai kegiatan ilegal, termasuk perdagangan seks, perdagangan narkoba, dan pencucian uang. Menanggapi dakwaan ini, pengacara artis hip-hop itu menyebut Diddy sebagai orang yang tidak bersalah. Bahkan tidak punya apa-apa untuk disembunyikan.

Dunia hiburan yang berkiblat ke Hollywood atau Barat memang tidak baik-baik saja. Mereka adalah corong utama dalam menghancurkan generasi dengan kampanye-kampanye sekularisme, liberalisme, ataupun hedonisme. Semua mata tertuju di Hollywood, ternyata yang terjadi tidak lebih jadi eksploitasi dan perbudakan manusia.

Mengungkap di Balik Dunia Hiburan Barat yang Berpotensi Besar Merusak Generasi

Tidak dimungkiri cikal bakal peradaban Barat, yakni sekularisme telah menjadi sumber malapetaka kerusakan di dunia ini. Sebuah konsep yang menghilangkan peran Islam dalam mengatur kehidupan dan anti-Islam telah melahirkan berbagai pemikiran yang mengeluarkan manusia dari fitrahnya. 

Sekularisme dalam ideologi kapitalisme Barat telah melebur bersama fun (hiburan), food (makanan), dan fashion (gaya berpakaian yang mencerminkan budaya tertentu) telah menggerus generasi untuk terus mengikuti budaya Barat. Belum lagi budaya FOMO (Fear of Missing Out) adalah perasaan takut ketinggalan atau tertinggal sesuatu yang baru, seperti informasi, tren, atau pengalaman. 

Semua dipaksa FOMO dengan budaya Barat dan sekarang bobroknya dunia hiburan Barat dibongkar dengan skandal mengguncang dunia, yakni skandal P. Diddy. Dari skandal itu, terungkap beberapa hal. Pertama, hiburan Barat telah mengeksploitasi manusia, baik lelaki maupun perempuan dieksploitasi secara brutal menampilkan sisi seksualitas sehingga mampu membangkitkan syahwat siapa pun yang melihat. Tidak hanya dalam gaya berpakaian, tetapi dengan suara yang mendesah ataupun tarian yang erotis semua dipadukan untuk mempromosikan sisi seksualitasnya. 

Kedua, hiburan Barat telah menjadi ajang perdagangan manusia (human trafficking). Hal itu terungkap blak-blakan dalam skandal P. Diddy. CNBC Indonesia mengungkap, kasus ini terungkap sejak penggerebekan dilakukan Maret 2024. Menurut laporan Page Six, ini dilakukan seiring penyelidikan terhadap acara-acara panas yang digelar mantan pacar Jennifer Lopez dan Cameron Diaz itu, dikenal dengan nama Freak Offs.

Freak Offs ternyata bukan sekadar pesta biasa tapi disebut sebagai "pertunjukan seksual yang berlangsung lama". Bahkan agendanya bisa jalan terus selama beberapa hari. Di acara itulah, korban-korban perdagangan seksual dituduh dan dipaksa untuk berhubungan dengan pekerja seks. Diddy diduga merekam sesi-sesi panas tersebut dan pakai rekamannya untuk memeras para korban. Saat pengerebekan dilakukan di rumahnya ditemukan sekitar seribu botol pelumas. Polisi juga menemukan barang-barang lain seperti narkoba dan senjata.

Ketiga, penyembahan setan. Ada spekulasi atau dugaan kuat pesta seks yang dilakukan rutin oleh P. Diddy adalah sarana untuk melakukan ritual penyembahan terhadap iblis. Mereka melakukan pemerkosaan massal, pencabulan bergantian, tidak hanya antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga sesama jenis adalah untuk memuja iblis. Apalagi di sana difasilitasi dengan minuman beralkohol, narkoba, agar mereka hilang akal dan melakukan apa yang menjadi kehendak P. Diddy. 

Kurang rusak apalagi yang ditunjukkan dari terbongkarnya skandal P. Diddy ini? Namun, tampaknya dunia masih terbius oleh syahwat, pamor, dan cuan yang dijanjikan oleh ideologi kapitalisme. Sampai kapan pun, sekalipun perkara P. Diddy ini viral dan menjadi kecaman dunia hiburan Barat, patut diduga akan muncul P. Diddy lainnya yang sama bahkan lebih parah daripada dia dalam memperbudak manusia.

Dampak Hiburan Barat terhadap Aspek Politik, Ekonomi, Hukum, dan Sosial

Dunia hiburan Barat yang penuh kegelapan berlindung dalam payung kapitalisme sekuler telah memberikan daya rusak luar biasa terhadap generasi, apalagi generasi muslim. Dampak utama adalah mereka makin jauh dari Islam dan akidah Islam makin terkikis dari benak kaum muslim. Ada beberapa dampak nyata dari dunia hiburan Barat. Pertama, sebenarnya dunia hiburan sekuler adalah penjaga dan pengukuh ideologi kapitalisme sekuler. Mereka terus mempropagandakan kesenangan dunia dan meminta manusia untuk menjadi budak penikmat hiburan mereka yang merusak. 

Segala bentuk hiburan yang membawa nilai-nilai sekularisme, liberalisme, dan hedonisme dilindungi negara dengan perangkat hukum atas nama hak asasi manusia (HAM). Dampak secara politik dari gemerlapnya hiburan kapitalisme adalah jalinan hubungan mutualisme. Negara tidak akan turun tangan jika eksploitasi ataupun kasus perdagangan orang tidak terungkap ke permukaan. Oleh karenanya, kasus-kasus P. Diddy kemarin terbongkar karena adanya laporan dari pihak-pihak yang tidak terima atas ancaman, paksaan, dan intimidasi P. Diddy dalam melakukan kejahatannya. 

Kedua, secara ekonomi justru dunia hiburan adalah penyokong ekonomi kapitalisme. Kapitalisme telah meliberalisasi hiburan, seksualitas diperdagangkan; minuman beralkohol, narkoba diperjualbelikan; segala perangkat yang mendukung kebebasan mereka difasilitasi negara. Padahal itulah yang merusak generasi di Barat. Parahnya, hal itu dikampanyekan di negeri-negeri muslim. Mereka ingin hancur dan rusak bersama. 

Ketiga, dampak hukum adalah tidak akan ada keadilan di bawah payung kapitalisme. Sekalipun kasus P. Diddy ini terbongkar, andai saja para korban tidak speak up, tentu kasus ini akan berjalan mulus tanpa ada yang mengganggu. Arti HAM dalam ideologi kapitalisme ini hipokrit. Oleh karena itu, tidak bisa dijadikan sandaran dalam menegakkan keadilan dalam membela kasus perdagangan orang maupun eksploitasi seksual di Barat. 

Keempat, dampak sosial adalah kehancuran dan kerusakan tatanan kehidupan. Coba lihatlah, bangunan yang megah di Barat, teknologi yang canggih, segala gemerlap keindahan infrastruktur di sana. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan kualitas manusia di sana. Masyarakat di sana, seks bebas, minum minuman keras, penikmat narkoba, senjata tajam legal, dan aurat dieksploitasi. Bagaimana bisa tercipta masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, jika kondisi kehewanan dibiarkan di sana? 

Peradaban yang memuja kebebasan dan menihilkan peran akal dalam menjadi pembeda mana yang benar dan yang batil. Sehingga, yang adalah hewanisasi ala kapitalisme. Manusia secara fitrah seharusnya terikat dengan syariat dan menundukkan hawa nafsunya demi mendapatkan kehidupan yang mulia, tetapi karena kapitalisme manusia dipaksa meliarkan syahwatnya.

Strategi Islam dalam Mengatur Masalah Penerangan

Dalam Islam tidak ada dunia hiburan yang mempertontonkan aurat bahkan mengeksploitasi manusia. Departemen penerangan ada dalam Islam, fungsinya adalah amar makruf nahi mungkar dengan memberikan konten-konten edukatif demi mengukuhkan akidah umat Islam dan syiar Islam. Selain itu, media dijadikan corong itu untuk membentuk opini Islam. Oleh karenanya, tidak akan ada bentuk kemungkaran atau kemaksiatan yang diglorifikasi oleh media Islam. Semua memiliki visi misi untuk membentuk umat terbaik dambaan zaman. 

Dikutip dari Al-Waie.id, Departemen Penerangan (Al-I’lâm) adalah departemen yang berwenang membuat kebijakan-kebijakan penerangan bagi Daulah Khilafah Islamiyah untuk kemaslahatan Islam dan kaum Muslim, baik secara internal maupun eksternal.
Dari sisi internal, departemen ini didirikan dalam rangka membantu pembinaan masyarakat islami yang kuat, lurus dan bersih.

Adapun dari sisi eksternal ditujukan untuk menyiarkan Islam, baik dalam keadaan damai maupun perang, dengan menonjolkan sisi keagungan Islam, keadilannya dan kekuatan militernya yang tangguh; juga memaparkan kerusakan sistem-sistem buatan manusia serta kelemahan mesin perang mereka.

Ada beberapa catatan terkait hal ini. Pertama, departemen penerangan dalam daulah Khilafah Islam memiliki tugas khusus dalam dakwah dan ini dikuasai negara. Sekalipun ada swasta yang membuat media, tetapi media tersebut tidak boleh keluar koridor syariat Islam. Kedua, bisa jadi akan banyak uslub yang digunakan untuk menyampaikan syiar-syiar Islam, uslub dalam bentuk kartun, puisi, musik, dan sebagainya. Segala bentuk uslub boleh dilakukan asalkan tidak keluar dari batasan-batasan syariat Islam. 

Ketiga, segala bentuk ekploitasi aurat ataupun aktivitas yang membangkitkan ghariza nau' atau naluri seksual diawasi secara ketat. Karena ini adalah bagian dari penjagaan akal manusia. Keempat, Politik penerangan bertujuan menjelaskan Islam dengan paparan yang kuat dan berpengaruh. Ia harus mampu mempengaruhi seluruh umat manusia untuk menerima, mengkaji dan mempelajari Islam.

Kelima, menjadi media informasi terkait urusan dalam negeri maupun luar negeri. Informasi-informasi lain yang diperlakukan seperti halnya informasi-informasi militer adalah propaganda, perjanjian, kesepakatan dan diplomasi politik yang dilakukan oleh Khalifah atau orang yang diberi kewenangan oleh Khalifah dengan negara-negara kafir.  

Departemen Penerangan akan bekerja sama dengan departemen lain untuk menegakkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran. Oleh karenanya, tidak ada calah dalam sistem pemerintahan Islam untuk mempromosikan kemaksiatan ataupun kemungkaran. Semua dalam pengawasan demi mewujudkan syariat Islam, terciptanya kesejahteraan, kedamaian, kemajuan, dan kehidupan yang terbaik karena pancaran cahaya Islam. 

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama. Kurang rusak apalagi yang ditunjukkan dari terbongkarnya skandal P. Diddy ini? Namun, tampaknya dunia masih terbius oleh syahwat, pamor, dan cuan yang dijanjikan oleh ideologi kapitalisme. Sampai kapan pun, sekalipun perkara P. Diddy ini viral dan menjadi kecaman dunia hiburan Barat, patut diduga akan muncul P. Diddy lainnya yang sama bahkan lebih parah daripada dia dalam memperbudak manusia.

Kedua. Peradaban yang memuja kebebasan dan menihilkan peran akal dalam menjadi pembeda mana yang benar dan yang batil. Sehingga, yang adalah hewanisasi ala kapitalisme. Manusia secara fitrah seharusnya terikat dengan syariat dan menundukkan hawa nafsunya demi mendapatkan kehidupan yang mulia, tetapi karena kapitalisme manusia dipaksa meliarkan syahwatnya.

Ketiga. Departemen Penerangan akan bekerja sama dengan departemen lain untuk menegakkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran. Oleh karenanya, tidak ada calah dalam sistem pemerintahan Islam untuk mempromosikan kemaksiatan ataupun kemungkaran. Semua dalam pengawasan demi mewujudkan syariat Islam, terciptanya kesejahteraan, kedamaian, kemajuan, dan kehidupan yang terbaik karena pancaran cahaya Islam.[] 


Oleh. Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute 

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO. Rabu, 16 Oktober 2024. Di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum. #Lamrad #LiveOpperessedOrRiseAgainst

Opini

×
Berita Terbaru Update