Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sepuluh Juta Gen Z Menganggur, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Minggu, 13 Oktober 2024 | 19:28 WIB Last Updated 2024-10-13T12:28:48Z

TintaSiyasi.id -- Siapa yang bertanggung jawab atas menganggurnya jutaan gen Z? Pasalnya, hampir 10 juta generasi muda rentang usia 15 sampai 24 tahun belum bekerja Sebagaimana data Badan Pusat Statistik. (Not employment, education, or training/NEET). Bila dilihat berdasarkan tempat tinggalnya, rinci BPS sebagaimana dipublikasikan cnnindonesia.com (29/05/2024), jumlah NEET di perkotaan lebih tinggi yakni 5,23 juta orang dibandingkan di pedesaan sebanyak 4,65juta orang. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin paling banyak perempuan sebanyak 5,72 juta orang dan laki-laki sebanyak 4,16 juta orang. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab utama dari pengangguran di kalangan gen Z ? banyak pihak termasuk pemerintah menyatakan penyebabnya ialah tidak sesuai jurusan/bidang yang ditekuni dengan passion dari anak muda itu sendiri. Benarkah hanya itu ? faktanya, banyak sekali faktor yang menyebabkan tinggi angka pengangguran di Indonesia. 
             
Mulai dari permasalahan pendidikan hingga ke politik ekonomi. Oleh karenanya, sekali lagi patut dipertanyakan, generasi muda terjebak pengangguran. Selain itu, tidak bisa dipungkiri, sektor industri lah yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga jurusan-jurusan yang tidak komersial di dunia kerja tentu akan sulit mendapatkan pekerjaan. Tak jarang dari gen Z akhirnya berjualan online, jadi kurir, dan ojek online sambil terus mencari lapangan pekerjaan yang sesuai jurusan pendidikan mereka. 

Minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia, menjadi faktor mendasar yang membuat anak muda putus asa dalam mencari pekerjaan. Seharusnya negara menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan, khususnya kepada para laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga. Namun kondisi hari ini tidak demikian, negara sibuk membuka keran-keran investasi dalam proyek pengelolaan sumber daya Alam (SDA), sehingga SDA di Indonesia banyak dikuasai oleh asing. 

Padahal, jika SDA diolah oleh negara sendiri, tentu akan banyak lapangan pekejaan terbuka untuk generasi muda. Maka dalam hal ini peran negara untuk mengatasi tingginya angka pengangguran dan menyokong agar negara bisa berkembang perlu dipertanyakan. Sebab angka pengangguran di kalangan generasi muda terus meningkat. Apalagi banyaknya pengangguran itu dari kalangan terdidik atau yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. 

Lepas tangannya negara hari ini dalam menuntaskan pengangguran dan juga meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan imbas dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Negara memberikan kesempatan besar kepada pihak asing dan swasta dalam pengelolaan sumber daya alam dan energi. Pihak swasta yang berstandar kapitalis cenderung mencari tenaga kerja murah, bahkan menarik tenaga kerja dari luar yang dianggap lebih kompenten. Ini meningkatkan persaingan dan mengurangi kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. 

Kapitalisme sekuler akan terus menciptakan masalah di tengah masyarakat. Yang tidak akan ada habisnya. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan ini dibutuhkan negara yang turun tangan mengatur urusan rakyatnya, bukan hanya pencitraan yaitu dengan menerapkan Islam sebagai aturan dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut Khilafah Islam. Dengan menerapkan sistem politik dan ekonomi Islam, maka segi pengaturan SDAE mengoptimalkan peran negara itu sendiri dan akan digunakan untuk kesejahteraan, sehingga kesempatan anak muda untuk bekerja lebih terbuika lebar. Selain itu, perlu didukung juga dengan pengaturan pendidikan islam yang berkualitas dan gratis, agar dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional dan bertakwa. []


Oleh: Rahma
Praktisi Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update