Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Polemik Persoalan Guru yang Tersistematis

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 08:29 WIB Last Updated 2024-10-19T01:29:42Z

TintaSiyasi.id -- Pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya ialah guru. Tepat tanggal 5 oktober kemarin, diperingati Hari Guru Sedunia. Peringatan Hari Guru Sedunia sudah dilakukan sejak 1994 dalam rangka memperingati penandatanganan Rekomendasi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 1966 yang menetapkan hak serta tanggung jawab guru. Pada peringatan Hari Guru Sedunia, UNESCO mengangkat tema "Suara Guru Adalah Suara Masa Depan Pendidikan". Program Officer UNESCO Jakarta, Gunawan Zakki mengatakan, alasan di balik tema tersebut adalah untuk menekankan pentingnya mendengarkan dan mengapresiasi suara guru (Kompas, 05/10/2024).

Suara para guru memang sangat diperlukan karena merekalah yang dapat memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya. Profil Indonesia pada masa depan tergambar pada kualitas para guru saat ini. Guru berkualitas akan menghasilkan generasi emas yang berguna untuk dunia dan akhirat. Begitu penting peran guru, namun fakta di Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya.


Peran Guru dan Persoalan yang Dihadapi

Pada Kamis (26/9/2024), seorang siswa SMP Negeri 1 STM Hilir berinisial RSS dikabarkan wafat setelah menjalani hukuman dari guru agamanya sebab tidak hafal ayat di kitab suci. Karenanya, RSS dihukum seorang guru honorer di sekolah itu untuk melakukan squat jump sebanyak 100 kali. Kejadian lainnya terjadi di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. KAF (13 th) tewas setelah mengalami pendarahan hebat akibat terkena lemparan kayu dari seorang ustaz di pesantren tersebut (Tirto.id, 02/10/2024). Belum lama ini juga dihebohkan viral di media sosial video seks oknum guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Guru DV (57 th) berhubungan intim dengan siswi kelas 12 MAN 1 Kabupaten Gorontalo (Detik.com, 27/09/2024).

Berbagai kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak didik yang dilakukan oleh sang guru. Guru yang dipercaya akan menjadi pelita bagi cahaya ilmu namun menghancurkan masa depan anak didik. Hal ini terjadi karena karut marut persoalan yang harus dihadapi oleh guru. 

Guru dihadapkan pada berbagai persoalan, di antaranya:
Pertama, gaji yang belum mensejahterakan. 
Kedua, kurikulum yang membingungkan dan menjauhkan anak didik dari perilaku yang beradab, serta tekanan hidup yang tinggi. 
Ketiga, Guru juga tak dihargai dengan semestinya, hanya dianggap sebagai faktor produksi dalam tindakan teknis agar mencapai target sehingga pencapaiannya melahirkan anak didik yang siap di dunia kerja. 
Keempat, Guru terbebani kebijakan administrasi yang banyak dan rumit terkait dengan sertifikasi sehingga menguras waktu dan perhatian. 
Kelima, hilangnya profil diri pendidik. Pendidik siswa dalam tatanan kehidupan sekularisme mampu mempengaruhi jati diri guru, sehingga tega melakukan tindakan buruk pada siswa, baik kekerasan fisik maupun seksual, bahkan mengakibatkan siswa meregang nyawa. 

Persoalan yang dihadapi para guru saat ini bukanlah soal individual semata namun persoalan yang sistemis yang membutuhkan solusi sistemis agar melahirkan pendidik yang berkualitas, cerdas dan bertakwa. Sekularisme menjadi akidah alias keyakinan yang diemban oleh sistem kapitalisme dalam mengurusi kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Maka wajar tenaga pendidik memiliki banyak persoalan yang tidak tuntas ditambah output pendidikan yang dihasilkan tak bernilai spiritual dan moral, melainkan hanya nilai materi. Betapa banyak generasi saat ini yang minus adab dan moral juga tak faham agamanya sendiri. Bahkan, apa yang semestinya dalam agama wajib dilakukan justru ditinggalkan (contoh : sholat), sedangkan apa yang semestinya harus ditinggalkan justru malah dilakukan (contoh : zina).


Islam Memuliakan Peran Guru 

Tugas mulia guru bukan hanya sekedar transfer pengetahuan namun mendidik adab dan mengasah proses berpikir muridnya hingga ia menuntut ilmu dan mengamalkannya semata mata hanya mengharap ridha Allah Ta'ala

"Tidaklah diberikan ilmu pengetahuan sebagai hadiah yang lebih baik dan lebih luas daripada kekayaan." (HR. Ibnu Majah). 

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat, penduduk langit dan bumi, bahkan semut-semut di dalam sarangnya, dan ikan di laut, mengucapkan salam kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." (HR. At-Tirmidzi). 

Dalam pandangan Islam, guru membimbing murid-muridnya dalam mencintai ilmu, membentuk kreatifitas inovasi serta pemahaman agama yang menjadikan mental dan iman yang kuat. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan ajaran Islam, etika, dan moralitas kepada murid-murid mereka. Hubungan antara guru dan murid dihargai tinggi dalam Islam. Terdapat ajaran yang menekankan pentingnya adab (etika) dalam berinteraksi dengan guru. Murid diharapkan untuk menghormati, mendengarkan dengan baik, dan belajar dengan tekun dari guru mereka.

Dalam era Islam, para penguasa dan komunitas masyarakat memberikan gelar dan penghargaan formal kepada ulama dan cendekiawan sebagai pengakuan terhadap kontribusi mereka dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Didirikannya universitas dan pusat-pusat pembelajaran tinggi di dunia Islam merupakan bentuk penghargaan terhadap peran guru dan ilmuwan. Contohnya, Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, diakui sebagai universitas tertua yang masih beroperasi, didirikan pada tahun 859 M.

Islam juga mendorong memberikan gaji dan kesejahteraan yang baik kepada guru sebagai bentuk penghargaan terhadap pekerjaan mereka. Konsep zakat dan sedekah dapat digunakan untuk memberikan dukungan finansial kepada para guru yang mungkin membutuhkan bantuan. Pendidikan dalam islam akan memperhatikan peran guru dan outputnya. Mereka semua menuntut ilmu atas dasar aqidah dan ketakwaan serta ditopang dengan negara yang memfasilitasi secara penuh dalam dunia pendidikan. []


Oleh: Maulida Nafeesa, M.Si.
Pemerhati Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update