Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Moderasi Agama Menyasar Pelajar, Pencerahan atau Krisis Identitas ?

Rabu, 09 Oktober 2024 | 18:54 WIB Last Updated 2024-10-09T11:54:16Z

tintasiyasi.id.com -- Sebanyak 500 pelajar lintas agama yang berasal dari sekolah Madrasah Aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut yang bertajuk “Sosialisasi Moderat Sejak Dini” yang mengangkat tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia" pada Rabu (11/9/2024). 

Dimuat dari detik.com, Iriana Joko Widodo (Jokowi), Ibu Wury Ma'ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) berkunjung ke kota Balikpapan, Kalimantan Timur, guna mensosialisasikan Moderasi Beragama kepada para pelajar di Kota tersebut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini.

Sosialisasi moderasi beragama di kalangan remaja termasuk pelajar semakin intens. Para pelajar yang turut berpartisipasi dalam agenda tersebut diharapkan bisa menjadi duta moderasi di sekolah masing-masing. 

Mereka diminta untuk menjelaskan pentingnya moderasi beragama kepada teman-teman mereka. Dan kegiatan ini merupakan yang ketiga kalinya diadakan, sebelumnya diselenggarakan di Bali dan Yogyakarta.

Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Ibu Wury Ma’ruf Amin hadir dalam acara tersebut, memberikan arahan mengenai pentingnya moderasi di kalangan remaja. Istri Menag Yaqut Cholil Qoumas, Eny Retno, dalam sambutannya menyatakan bahwa ada empat sikap moderasi beragama yang perlu disosialisasikan kepada pelajar yaitu; komitmen kebangsaan, anti kekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal.

Program moderasi beragama di sekolah telah diluncurkan sejak tahun 2016. Tujuan program ini adalah untuk mempertahankan sikap beragama warga negara agar tetap terarah. Moderasi beragama dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Ini bertujuan untuk mengembangkan manusia sebagai titik sentral dalam proses pembangunan peradaban.

Jika kita melihat peningkatan program sosialisasi moderasi di kalangan remaja, hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan. Kegiatan tersebut sangatlah tidak sinkron dengan akar permasalahan yang dialami oleh generasi saat ini, yaitu dekadensi moral yang sudah sangat meresahkan. 

Juga berbagai kasus seperti perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba, geng motor, kriminalitas, dan kenakalan remaja, yang sudah tidak ubahnya “makanan sehari-hari” generasi muda.

Perihal pergaulan bebas misalnya, merujuk dari data BKKBN (2017) mencatat bahwa remaja pada usia 16-17 tahun, sekitar 60%-nya telah melakukan hubungan seksual. Usia 14-15 tahun dan usia 19-20 tahun memiliki proporsi yang sama, yaitu 20%. Angka kasus aborsi mencapai 2,5 juta kasus, dengan 1,5 juta di antaranya dilakukan oleh remaja. Kini pergaulan bebas dilakukan oleh anak SMP, bahkan SD.

Ini seperti yang sedang viral di media sosial. Ada seorang anak berusia 13 tahun yang ditanya, "Senakal-nakalnya kamu dengan pacar, apa yang dilakukan?", dan ia menjawab, "Check in." Astagfirullah!

Juga, data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa pada tahun 2024 sebanyak 2,2 juta remaja Indonesia menjadi penyalahguna narkoba, dan jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2021, lebih dari 3,66 juta individu memasuki zona hitam narkoba.

Total individu yang berusia 15-64 tahun di antara mereka adalah sekitar 4,8 juta penduduk desa dan kota yang pernah menggunakan narkoba sepanjang 2022-2023. Masalah kejahatan remaja lainnya seperti perundungan, geng motor, dan tawuran juga telah menyebabkan banyak korban jiwa. 

Remaja seharusnya fokus pada aktivitas belajar, namun malah menjadi predator masyarakat yang meresahkan. Semua hal tersebut menunjukkan kondisi negatif remaja saat ini.

Melihat fakta di tengah kekacauan dunia remaja termasuk pelajar, pemerintah justru meluncurkan program moderasi beragama dari pusat hingga daerah sambil memberikan stigma terhadap ajaran Islam kaffah.

Juga kriminalisasi terhadap ulama yang lantang menyuarakan kebenaran, membubarkan ormas yang mengajarkan Islam kaffah, bahkan represif pada semua pihak yang bersuara kritis di media sosial.

Tampaknya, yang menjadi kekhawatiran negara bukanlah kerusakan moral remaja dan kehilangan generasi, melainkan ancaman kebangkitan Islam yang dapat mengancam kepentingan nafsu kekuasaan. Penguasa tidak benar-benar memperhatikan nasib generasi yang semakin hari moralnya semakin buruk.

Penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem sesuai arahan Barat. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan ideologi kapitalisme produk Barat.

Oleh karena itu, upaya sosialisasi moderasi beragama di kalangan remaja untuk mengatasi persoalan remaja terlihat tidak relevan. Faktanya, kasus intoleransi atau ketidaksediaan untuk mengikuti tradisi lokal tidak banyak terjadi. 

Faktor terbesar yang menyebabkan kekerasan pelajar bukanlah pertikaian SARA, melainkan budaya liberal yang mempengaruhi generasi muda sehingga mereka merasa bebas bertindak.

Intensnya sosialisasi moderasi beragama pada institusi pendidikan bertujuan untuk mencegah radikalisme di kalangan pelajar. Namun, penting bagi kita untuk menyadari bahwa radikalisme adalah propaganda Barat yang sengaja digunakan untuk mencap kaum muslim yang mendukung penerapan syariat Islam kaffah dalam kehidupan.

Radikalisme ini jelas adalah label negatif, karena umat Islam seharusnya yakin dan memahami bahwa ideologi Islam berlawanan dengan ideologi kapitalisme yang dominan saat ini.

Jadi tidak mengherankan lagi, upaya untuk menyosialiasikan moderasi beragama semakin intensif agar generasi muda memiliki sikap moderat dalam beragama, yaitu menjalankan agama tanpa bertentangan dengan pandangan sekuler Barat. Dengan moderasi, pelajar akan menjauh dari kepribadian Islam.  

Jika para remaja termasuk pelajar memahami Islam secara menyeluruh dan mengadopsinya sebagai ideologi, mereka akan berusaha menggulingkan kapitalisme yang merusak. 

Selanjutnya, para remaja tersebut tidak akan menerima dicekoki oleh pemikiran Barat untuk memperkuat dominasinya di negara-negara Muslim, termasuk di negara ini.

Para pelajar yang memahami Islam secara utuh berusaha untuk menentang ideologi kapitalisme yang telah menyengsarakan umat. Mereka akan memperjuangkan penerapan ideologi Islam secara utuh dalam institusi negara. 

Mereka akan menjadi role model dakwah Islam yang menyampaikan tentang penerapan syariat Islam dalam Khilafah kepada teman-teman mereka. Inilah yang sangat ditakuti oleh Barat.

Jika para pemuda sadar akan pentingnya agama dalam menyelamatkan bangsa, mereka akan melindungi negara dari ideologi kapitalisme, bukan mempertahankan ideologi sekuler.

Karena, Syariat Islam kaffah mengajarkan pelajar untuk mengusir penjajah dari negeri ini. Mereka akan menjadi generasi yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat.

Mereka juga akan menjadi sosok calon pemimpin negeri yang independen dan lepas dari kendali asing. Penerapan syariat Islam yang komprehensif akan membawa kemakmuran bagi bangsa. Inilah cinta tanah air yang sejati, yaitu tidak merelakan tanah airnya untuk dijajah.

Sudah semestinya, pelajar menjadi duta Islam dengan menerima Islam secara murni tanpa campuran pemikiran Barat. Dengan pemahaman yang menyeluruh tentang Islam, individu akan menyadari bahwa tujuan hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah Swt.

Dengan berpegang pada iman dan takwa, pelajar dapat menghindari kenakalan remaja. Sehingga amal perbuatan mereka juga akan selalu terikat dengan aturan Allah. Mereka akan menghabiskan waktunya dengan belajar dan beramal saleh. 

Ketika dewasa, mereka akan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Mereka juga akan berjuang gigih untuk menyebarkan Islam di kalangan umat, terutama kepada teman-teman mereka.

Jelas, generasi seperti itu hanya akan dilahirkan oleh negara Islam, Khilafah. Khilafah akan terus memperhatikan dan meningkatkan kualitas generasi dengan ideologi Islam melalui pendidikan berbasis akidah Islam. Media yang dianggap merugikan generasi saat ini, akan dimanfaatkan dalam Islam untuk memperkuat keimanan masyarakat.

Juga mempersiapkan generasi muda yang bertenaga agar dapat terus mendorong aktivitas dakwah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dalam naungan Khilafah, Insyaallah akan terwujud generasi penjaga Islam yang tepercaya. Wallahualam bishshawwab.[]

Oleh: Syamsiar, S.S.
(Komunitas Pena Ideologis Maros)

Opini

×
Berita Terbaru Update