Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keniscayaan Permanen, Pengangguran Tinggi dalam Sistem Kapitalisme

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:44 WIB Last Updated 2024-10-22T06:44:49Z

TintaSiyasi.id -- Dalam tiga tahun terakhir ini, Sumatera Barat (Sumbar) senantiasa masuk ke dalam daftar juara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi dari sepuluh provinsi di pulau Sumatera. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka pengangguran Sumbar per Februari 2024 sebesar 5.79% dan angka ini termasuk tertinggi kedua dari 10 provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Tertinggi pertama, ditempati oleh Kepulauan Riau dengan angka tingkat pengangguran tertinggi pertama sebesar 6,94%, kemudian kedua, Sumbar sebanyak 5,79%, lalu Aceh sebesar 5,56%, Sumatera Utara sebesar 5,10%, Jambi sebesar 4,45%, Lampung sebesar 4,12%, Sumatera Selatan sebesar 3,97%, Riau sebesar 3,85%, babel sebesar 3,85% dan tingkat terakhir yaitu Bengkulu sebesar 3,17% (langgam.id, 18/09/2024).

Dari tahun sebelumnya, tingkat pengangguran Sumbar turun sebesar 0,11 dari Februari 2023 hanya mencapai 5,90% meskipun begitu, Sumbar masih menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi setelah pertama, di Pulau Sumatera. Data BPS menyatakan walaupun mengalami penurunan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,11%, namun dari sisi jumlah orang pengangguran di Sumbar, justru bertambah di tahun 2024 menjadi 178.838 orang dari tahun sebelumnya sebanyak 176.970 orang. Kemudian dari jumlah pengangguran tersebut, sebanyak 32.798 orang pengangguran di Sumbar termasuk ke dalam kategori hopeless atau pasrah putus harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan Pulau Sumatera juga termasuk ke dalam tertinggi angka hopeless-nya (langgam.id, 18/09/2024).

Pengangguran ini terjadi karena tidak cukupnya lapangan pekerjaan untuk menampung para calon pekerja. Lebih dari satu provinsi yang mengalami tingkat pengangguran terbuka menunjukkan bahwa permasalahan ini adalah permasalahan yang bersifat nasional sehingga perlu penanganan yang serius oleh pemerintah. Walaupun di tahun sebelumnya mengalami penurunan dan di tahun ini mengalami kenaikan maka sejatinya pengangguran tetaplah pengangguran artinya permasalahan ini tidak melihat turun atau tidaknya angka tingkat pengangguran tersebut tetapi bagaimana permasalahan pengangguran ini benar-benar tuntas secara akarnya dengan menemukan solusi tuntasnya pula. Ini pulalah yang menunjukkan bahwa masalah pengangguran yang tidak selesai dari tahun ke tahun secara implisit menyatakan bahwa pemerintah tidak benar-benar serius dalam menyelesaikan permasalahan ini.

Perlunya lapangan pekerjaan yang memadai untuk menampung seluruh para calon pekerja sehingga pengangguran pun dapat terselesaikan dengan baik, namun negara belum benar-benar serius membuka sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan. Tetapi yang dilakukan oleh negara adalah memberikan karpet merah kepada perusahaan asing maupun swasta untuk membuka bisnis ataupun perusahaannya di Indonesia agar mereka yang menerima para calon pekerja tersebut. Tidak dipungkiri juga bahwa perusahaan asing maupun swasta memiliki kriteria yang cukup tinggi untuk menerima calon pekerja, sayangnya calon pekerja yang sesuai kriteria perusahaan tersebut tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan sehingga dalam pekerjaan tersebut calon pekerja tidak diterima dan harus menganggur karena tidak ada yang menerima mereka.

Hal ini pulalah yang berkaitan dengan bagaimana calon pekerja dididik dalam mereka berpendidikan. Pendidikan hari ini tidak bisa ditutupi lagi bahwa orientasinya adalah menjadikan peserta didik sebagai orang-orang yang bekerja bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi memenuhi kepentingan para kapital atau pemilik modal yang hanya memikirkan materi semata. Minimnya pengetahuan dan karakter dalam output pendidikan menjadikan para peserta didik memiliki pengetahuan yang rendah dan karakter yang buruk dan yang teramat penting adalah jauhnya mereka dari nilai-nilai agamanya sendiri yaitu Islam.

Negara yang menerapkan sebuah sistem pemerintahan kapital yang berasaskan pada sekularisme sehingga pada akhirnya menghasilkan kebebasan atau liberal membentuk pemerintah yang hanya sebagai regulator yang meregulasi dan sebagai fasilitator yang memfasilitasi bukan untuk rakyatnya tetapi untuk para pemilik modal atau para kapital yang mereka nantinya yang akan meraup keuntungan dari rakyat terutama calon pekerja. 

Peran negara yang tidak tersentuh secara langsung kepada rakyat dalam menyelesaikan masalah pengangguran ini dan menyerahkan semua kepada perusahaan asing maupun swasta menjadi sebab berkelanjutan terjadinya pengangguran ini selain yang utama yaitu sistem yang digunakan di negeri ini. 

Sama halnya juga dengan sistem pendidikan di negara kapital sekuler menjadikan para peserta didik rapuh mentalnya dan minim pengetahuannya serta diarahkan untuk menjadi budak korporat. Akhirnya terbentuklah penderitaan tersebab jauhnya peran negara dalam mengurusi calon pekerja yang membutuhkan pekerjaan dan ketika tidak terwujud maka pengangguranlah yang muncul daripadanya. 

Seperti itulah tabiat negara yang menerapkan sistem kapitalisme sekularisme liberal yang menjadikan puncak dari negara yaitu pemerintahan yang seharusnya mengurus rakyatnya tetapi seolah menelantarkan rakyatnya bahkan memberatkan rakyatnya sendiri untuk menghadapi kehidupan rakyatnya sendirian kemudian merembes kepada regulasi dari pemerintah kepada perusahaan asing maupun swasta yang ugal-ugalan kemudian merembes juga kepada sistem pendidikan yang jauh dari nilai nilai Islam.

Indonesia adalah mayoritas umat Muslim, bagi umat Muslim sejati, Islam tidak sekadar hanya agama ruhiyah saja tetapi Islam adalah agama yang kaffah atau menyeluruh yang mengatur seluruh kehidupan manusia terutama umat Muslim dalam hal pengangguran ini. Islam memiliki pengaturan yang jelas yakni yang bertanggung jawab dalam mengurusi rakyatnya itu adalah penguasa atau pemimpin dalam ranah pemerintah. Merekalah yang mengurusi rakyatnya, membuat kebijakan sesuai syariat-Nya yang memberikan kemaslahatan bagi rakyatnya bukan malah menelantarkan rakyatnya karena seorang pemimpin di dalam Islam diikat dengan akidah Islam sehingga pemimpin tidak boleh main-main dengan amanah yang diberikan Allah kepadanya dan yang diamanahkan juga oleh rakyatnya. 

Tugas seorang pemimpin di dalam Islam yang sering disebut khalifah yang benar dalam memahami kedudukannya dan kewajibannya kepada rakyatnya maka khalifah tidak akan membiarkan pengangguran ini terjadi kepada rakyatnya. khalifah akan membantu rakyatnya dengan cara mencarikan pekerjaan untuknya, tidak hanya itu ketika Islam sudah berada di dalam naungan negara maka sumber daya alam yang merupakan kepemilikan umum akan dikelola sendiri oleh khalifah sehingga memerlukan para calon pekerja sehingga pekerja pun tidak lagi menganggur dan apa yang dikelola itu untuk kemaslahatan rakyatnya bukan sebaliknya memberikan kepada perusahaan asing maupun swasta dan hanya mencukupkan dengan hal itu saja.

Hal ini juga berkaitan dengan pendidikan di mana pendidikan di dalam Islam didasarkan pada aqidah Islam maka akan lahir manusia-manusia yang memiliki kepribadian Islam yakni pola pikir dan pola sikap yang berasaskan pada akidah Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga peserta didik yang berada dalam sistem pendidikan Islam menjadi para ilmuwan yang berkompeten dalam ilmu sains dan teknologi bahkan menjadi calon pekerja yang profesional serta memiliki karakter yang kuat, tangguh, ulet dan memiliki skill yang luar biasa dan ke semua itu diniatkan untuk beribadah kepada Allah semata dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi manusia yang lainnya bukan untuk materi semata seperti di sistem kapitalisme sekularisme liberal yang hari ini diterapkan oleh negeri ini.

Pemimpin yang seperti ini, kemudian regulasi yang tepat berdasarkan pada akidah Islam serta sistem pendidikan yang memberikan output yang melahirkan manfaat luar biasa ini tidak bisa diterapkan jika tidak ada negara yang memayungi terjalankannya sistem Islam tersebut untuk dapat dengan aman menjalankan sistem Islam itu berdasarkan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka penting untuk memiliki negara Islam dengan cara mendirikannya kemudian memilih pemimpin atau seorang khalifah yang berakidah Islam dan berkepribadian Islam sehingga bisa menerapkan sistem-sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan manusia sehingga terbuktilah kelak bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta dan dengan mudah dapat menyelesaikan permasalahan pengangguran ini. Hanya sistem Islam lah yang secara total memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya bukan untuk kepentingan materi semata. []


Oleh: Osama Putri Anelta
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update