Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kedudukan Akidah dalam Islam

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 23:51 WIB Last Updated 2024-10-05T16:51:02Z

Tintasiyasi.ID -- Sobat. Akidah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam karena merupakan pondasi atau dasar utama dari seluruh aspek agama. Tanpa Akidah yang benar, ibadah, dan amal seorang Muslim tidak akan diterima oleh Allah Swt. Akidah adalah keyakinan atau iman yang teguh kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qada serta kadar (takdir), yang dikenal dengan rukun iman.

 

Kedudukan Akidah dalam Islam

 

1. Pondasi Utama Agama

o Akidah adalah pondasi atau pondasi utama dalam Islam. Tanpa Akidah yang benar, seluruh bangunan ajaran Islam seperti ibadah, akhlak, dan muamalah tidak akan memiliki makna yang benar.

o Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:

Barang siapa yang kafir kepada Allah setelah beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpa mereka. (QS An-Nahl: 106).

o Ini menunjukkan bahwa akidah (iman) adalah inti yang paling penting dalam agama seseorang.

 

2. Syarat Diterimanya Amal

o Agar amal ibadah seorang Muslim diterima oleh Allah Swt., syarat pertama adalah memiliki akidah yang benar. Tanpa iman, amal yang dilakukan oleh seseorang, meskipun banyak, tidak akan diterima.

o Dalam Al-Qur’an disebutkan:

Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk ke dalam surga... (QS An-Nisa: 124).

o Ayat ini menegaskan bahwa iman atau akidah adalah syarat diterimanya amal saleh. Tanpa iman, semua amal tidak akan memiliki nilai di sisi Allah.

 

3. Penentu Keselamatan di Akhirat

o Akidah adalah penentu keselamatan di akhirat. Orang yang memiliki akidah yang benar, yaitu iman kepada Allah dan rukun iman lainnya, akan selamat dari siksa neraka dan mendapatkan tempat di surga.

o Nabi Muhammad saw. bersabda:

Barangsiapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka ia masuk surga. (HR Muslim).

o Ini menunjukkan bahwa akidah tauhid (keesaan Allah) adalah syarat utama untuk keselamatan akhirat.

 

4. Pemisah antara Iman dan Kekafiran

o Akidah yang benar membedakan antara iman dan kekafiran. Orang yang beriman kepada Allah dan rukun iman lainnya dianggap Muslim, sementara yang menolak atau ragu terhadap salah satu dari dasar akidah Islam tersebut dianggap kafir.

o Dalam Al-Qur'an disebutkan:

Barangsiapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS An-Nisa: 136).

 

5. Sumber Kedamaian Hati dan Kehidupan

o Akidah yang benar memberikan kedamaian hati dan ketenangan hidup. Keyakinan bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya yang berkuasa atas segala sesuatu, serta percaya kepada takdir baik dan buruk, akan membuat seorang Muslim merasa tenang dan tidak gelisah menghadapi kehidupan.

o Allah Swt. berfirman:

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Ra'd: 28).

 

6. Sumber Moral dan Akhlak

o Akidah Islam yang benar menjadi dasar moral dan akhlak. Keyakinan kepada Allah, hari akhir, serta balasan atas amal perbuatan baik dan buruk, akan mendorong seseorang untuk berbuat baik dan menjauhi kemaksiatan.

o Seorang Muslim yang memahami Akidah dengan baik akan memiliki akhlak mulia, karena ia percaya bahwa Allah selalu mengawasi perbuatannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amalnya di akhirat nanti.

 

Rukun Akidah dalam Islam

 

Akidah Islam didasarkan pada rukun iman, yang merupakan keyakinan dasar dalam Islam. Berikut adalah enam rukun iman yang menjadi pilar utama akidah:

 

1. Iman kepada Allah

o Keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan, Allah Swt., yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Mengatur segala sesuatu di alam semesta.

 

2. Iman kepada Malaikat

o Keyakinan bahwa Allah menciptakan malaikat sebagai makhluk yang taat dan tidak pernah membangkang, serta mereka memiliki tugas-tugas tertentu dalam pengaturan alam semesta.

 

3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah

o Keyakinan bahwa Allah menurunkan kitab-kitab suci-Nya kepada para Nabi dan Rasul sebagai petunjuk bagi manusia, termasuk Al-Qur’an sebagai kitab terakhir dan sempurna.

 

4. Iman kepada Para Nabi dan Rasul

o Keyakinan bahwa Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan wahyu-Nya dan membimbing manusia kepada jalan yang benar, dengan Nabi Muhammad saw. sebagai penutup para Nabi.

 

5. Iman kepada Hari Akhir

o Keyakinan bahwa dunia ini akan berakhir dan ada kehidupan setelah mati, di mana semua manusia akan dibangkitkan untuk dihisab (dihitung amalnya) dan mendapatkan balasan berupa surga atau neraka.

 

6. Iman kepada Qada dan Kadar (Takdir)

o Keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah dengan izin dan kehendak Allah, baik itu hal yang baik maupun yang buruk.

 

Kesimpulan

 

Akidah adalah dasar dan pondasi dalam Islam yang menjadi penentu keyakinan seseorang kepada Allah Swt. dan seluruh ajaran-Nya. Kedudukan akidah sangat penting karena menjadi syarat diterimanya amal, penentu keselamatan di akhirat, serta membentuk moral dan akhlak yang baik. Akidah yang benar akan membawa seseorang pada kehidupan yang tenang, penuh dengan keimanan dan ketakwaan, serta keselamatan di dunia dan akhirat.

 

Qiyadah Fikriyah dalam Islam

 

Qiyadah Fikriyah dalam Islam merujuk pada kepemimpinan intelektual atau kepemimpinan pemikiran yang menjadi pondasi utama bagi perubahan dan kebangkitan umat. Dalam konteks Islam, qiyadah fikriyah menekankan peran penting pemikiran dan ideologi Islam dalam membentuk pemimpin dan membangun masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip syariat dan akidah.

 

Konsep Qiyadah Fikriyah dalam Islam

 

Berikut beberapa poin penting terkait Qiyadah Fikriyah dalam Islam:

 

1. Kepemimpinan Berdasarkan Pemikiran Islam

* Qiyadah Fikriyah adalah kepemimpinan yang didasarkan pada pemikiran Islam yang mendalam dan menyeluruh. Islam tidak hanya mengajarkan aspek ibadah atau spiritual, tetapi juga memiliki panduan lengkap untuk kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

* Pemimpin yang berlandaskan qiyadah fikriyah harus memiliki pemahaman yang kuat tentang akidah, syariat, dan sejarah Islam, serta memiliki kemampuan untuk menerapkan pemikiran Islam dalam realitas kehidupan sehari-hari.

 

2. Pentingnya Ideologi yang Jelas

* Qiyadah fikriyah menuntut umat Islam untuk memiliki ideologi yang jelas dan teguh, yang didasarkan pada tauhid dan prinsip-prinsip syariat. Dalam sejarah Islam, kepemimpinan yang sukses selalu didasarkan pada ideologi yang kuat yang memandu setiap tindakan dan kebijakan yang diambil.

* Dalam konteks modern, pemimpin yang memiliki qiyadah fikriyah harus mampu menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan tantangan zaman, seperti menghadapi isu globalisasi, ekonomi, dan politik dunia.

 

3. Menjaga Identitas Islam

* Salah satu fungsi utama dari qiyadah fikriyah adalah menjaga identitas Islam di tengah berbagai ideologi dan pengaruh asing yang masuk ke dalam masyarakat. Pemimpin yang memiliki qiyadah fikriyah akan selalu berusaha untuk melindungi umat dari pemikiran yang bertentangan dengan Islam, seperti materialisme, sekularisme, dan liberalisme.

* Pemimpin intelektual dalam Islam harus mampu membedakan antara pemikiran yang sesuai dengan Islam dan yang tidak, serta memberikan bimbingan intelektual kepada umat agar tetap berpegang pada prinsip-prinsip akidah Islam yang benar.

 

4. Peran Ilmu Pengetahuan

* Ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam qiyadah fikriyah. Islam sangat menghargai ilmu, dan pemimpin dalam Islam harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Islam tidak pernah memisahkan antara ilmu agama dan ilmu dunia, keduanya harus dikuasai dan digunakan untuk kemaslahatan umat.

* Pemimpin dengan qiyadah fikriyah harus berusaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam, serta mendorong penelitian dan inovasi yang sesuai dengan ajaran Islam.

 

5. Menciptakan Kesadaran Umat

* Qiyadah fikriyah juga berfungsi untuk menciptakan kesadaran di kalangan umat Islam, baik kesadaran spiritual, sosial, politik, maupun ekonomi. Pemikiran Islam yang benar harus mampu membangkitkan kesadaran umat akan tanggung jawab mereka sebagai khilafah (wakil Allah) di muka bumi.

* Pemimpin intelektual harus mampu mengajarkan umat untuk berpikir kritis berdasarkan ajaran Islam, sehingga mereka dapat memahami tantangan yang dihadapi dan berkontribusi dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran menurut syariat.

 

6. Kepemimpinan dalam Krisis Pemikiran

* Dalam situasi krisis pemikiran, qiyadah fikriyah menjadi sangat penting. Krisis ini bisa terjadi ketika umat Islam terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran asing yang merusak atau ketika ada kebingungan di antara umat mengenai konsep-konsep dasar dalam Islam.

* Pemimpin intelektual Islam harus mampu mengarahkan kembali pemikiran umat ke jalan yang benar, mengatasi kebingungan, dan menguatkan kembali landasan Akidah dan syariat sebagai pedoman utama dalam kehidupan.

 

7. Membentuk Pemimpin Masa Depan

* Qiyadah fikriyah juga berperan dalam mencetak pemimpin-pemimpin masa depan. Pemimpin Islam yang berkarakter kuat harus memiliki visi intelektual yang mendalam, serta mampu memimpin umat dengan hikmah, kesabaran, dan pengetahuan.

* Islam menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan pemikiran bagi generasi muda, sehingga mereka dapat menjadi penerus yang kuat dan berkompeten dalam memimpin umat.

 

Contoh Qiyadah Fikriyah dalam Sejarah Islam

 

Beberapa contoh dalam sejarah Islam menunjukkan pentingnya kepemimpinan intelektual dalam membimbing umat:

* Rasulullah saw.: Sebagai pemimpin umat Islam pertama, Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang memiliki pemikiran yang jernih dan pandangan jauh ke depan, selalu membimbing umat dengan wahyu dan hikmah dari Allah.

* Khalifah Umar bin Khattab: salah satu contoh pemimpin intelektual yang sangat dihormati, Umar bin Khattab RA memadukan antara pemikiran yang tajam dan keadilan dalam kepemimpinan. Beliau sering mendorong diskusi intelektual di kalangan sahabat dan selalu mendasarkan keputusan politik dan sosialnya pada syariat.

* Imam Al-Ghazali: sebagai salah satu ulama besar, Al-Ghazali memainkan peran penting dalam membangun qiyadah fikriyah dengan menggabungkan ilmu filsafat, tasawuf, dan syariat, serta membimbing umat Islam melalui karya-karyanya yang monumental.

 

Kesimpulan

 

Qiyadah Fikriyah dalam Islam menekankan pentingnya kepemimpinan berbasis pemikiran yang kuat dan mendalam, serta berlandaskan pada Akidah dan syariat. Kepemimpinan intelektual ini berperan dalam membimbing umat, menjaga identitas Islam, serta mengarahkan umat untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam di tengah tantangan zaman. Seorang pemimpin dengan qiyadah fikriyah harus mampu memahami berbagai aspek pemikiran Islam dan dunia, serta mengaplikasikannya untuk kebaikan dan kemajuan umat Islam.

 

 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 

Penulis  Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update