Tintasiyasi.ID -- Sobat. Akidah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam karena merupakan pondasi atau dasar utama dari seluruh aspek agama. Tanpa Akidah yang benar, ibadah, dan amal seorang Muslim tidak akan diterima oleh Allah Swt. Akidah adalah keyakinan atau iman yang teguh kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan qada serta kadar (takdir), yang dikenal dengan rukun iman.
Kedudukan Akidah
dalam Islam
1. Pondasi
Utama Agama
o Akidah
adalah pondasi atau pondasi utama dalam Islam. Tanpa Akidah yang benar, seluruh
bangunan ajaran Islam seperti ibadah, akhlak, dan muamalah tidak akan memiliki
makna yang benar.
o Allah Swt.
berfirman dalam Al-Qur'an:
Barang siapa
yang kafir kepada Allah setelah beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali
orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak
berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka
kemurkaan Allah menimpa mereka. (QS An-Nahl: 106).
o Ini
menunjukkan bahwa akidah (iman) adalah inti yang paling penting dalam agama
seseorang.
2. Syarat
Diterimanya Amal
o Agar amal
ibadah seorang Muslim diterima oleh Allah Swt., syarat pertama adalah memiliki akidah
yang benar. Tanpa iman, amal yang dilakukan oleh seseorang, meskipun banyak,
tidak akan diterima.
o Dalam
Al-Qur’an disebutkan:
Barang siapa
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka mereka akan masuk ke dalam surga... (QS An-Nisa:
124).
o Ayat ini
menegaskan bahwa iman atau akidah adalah syarat diterimanya amal saleh. Tanpa
iman, semua amal tidak akan memiliki nilai di sisi Allah.
3. Penentu
Keselamatan di Akhirat
o Akidah
adalah penentu keselamatan di akhirat. Orang yang memiliki akidah yang benar,
yaitu iman kepada Allah dan rukun iman lainnya, akan selamat dari siksa neraka
dan mendapatkan tempat di surga.
o Nabi
Muhammad saw. bersabda:
Barangsiapa
mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka ia masuk
surga. (HR Muslim).
o Ini
menunjukkan bahwa akidah tauhid (keesaan Allah) adalah syarat utama untuk
keselamatan akhirat.
4. Pemisah
antara Iman dan Kekafiran
o Akidah yang
benar membedakan antara iman dan kekafiran. Orang yang beriman kepada Allah dan
rukun iman lainnya dianggap Muslim, sementara yang menolak atau ragu terhadap
salah satu dari dasar akidah Islam tersebut dianggap kafir.
o Dalam
Al-Qur'an disebutkan:
Barangsiapa
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
(QS An-Nisa: 136).
5. Sumber
Kedamaian Hati dan Kehidupan
o Akidah yang
benar memberikan kedamaian hati dan ketenangan hidup. Keyakinan bahwa Allah Swt.
adalah satu-satunya yang berkuasa atas segala sesuatu, serta percaya kepada
takdir baik dan buruk, akan membuat seorang Muslim merasa tenang dan tidak
gelisah menghadapi kehidupan.
o Allah Swt.
berfirman:
Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Ra'd:
28).
6. Sumber
Moral dan Akhlak
o Akidah
Islam yang benar menjadi dasar moral dan akhlak. Keyakinan kepada Allah, hari
akhir, serta balasan atas amal perbuatan baik dan buruk, akan mendorong
seseorang untuk berbuat baik dan menjauhi kemaksiatan.
o Seorang
Muslim yang memahami Akidah dengan baik akan memiliki akhlak mulia, karena ia
percaya bahwa Allah selalu mengawasi perbuatannya, dan ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala amalnya di akhirat nanti.
Rukun Akidah
dalam Islam
Akidah Islam
didasarkan pada rukun iman, yang merupakan keyakinan dasar dalam Islam. Berikut
adalah enam rukun iman yang menjadi pilar utama akidah:
1. Iman
kepada Allah
o Keyakinan
bahwa hanya ada satu Tuhan, Allah Swt., yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha
Mengatur segala sesuatu di alam semesta.
2. Iman kepada
Malaikat
o Keyakinan
bahwa Allah menciptakan malaikat sebagai makhluk yang taat dan tidak pernah
membangkang, serta mereka memiliki tugas-tugas tertentu dalam pengaturan alam
semesta.
3. Iman
kepada Kitab-Kitab Allah
o Keyakinan
bahwa Allah menurunkan kitab-kitab suci-Nya kepada para Nabi dan Rasul sebagai
petunjuk bagi manusia, termasuk Al-Qur’an sebagai kitab terakhir dan sempurna.
4. Iman
kepada Para Nabi dan Rasul
o Keyakinan
bahwa Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan wahyu-Nya dan
membimbing manusia kepada jalan yang benar, dengan Nabi Muhammad saw. sebagai
penutup para Nabi.
5. Iman
kepada Hari Akhir
o Keyakinan
bahwa dunia ini akan berakhir dan ada kehidupan setelah mati, di mana semua
manusia akan dibangkitkan untuk dihisab (dihitung amalnya) dan mendapatkan
balasan berupa surga atau neraka.
6. Iman
kepada Qada dan Kadar (Takdir)
o Keyakinan
bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah dengan izin dan
kehendak Allah, baik itu hal yang baik maupun yang buruk.
Kesimpulan
Akidah adalah
dasar dan pondasi dalam Islam yang menjadi penentu keyakinan seseorang kepada
Allah Swt. dan seluruh ajaran-Nya. Kedudukan akidah sangat penting karena
menjadi syarat diterimanya amal, penentu keselamatan di akhirat, serta membentuk
moral dan akhlak yang baik. Akidah yang benar akan membawa seseorang pada
kehidupan yang tenang, penuh dengan keimanan dan ketakwaan, serta keselamatan
di dunia dan akhirat.
Qiyadah
Fikriyah dalam Islam
Qiyadah
Fikriyah dalam Islam merujuk pada kepemimpinan intelektual
atau kepemimpinan pemikiran yang menjadi pondasi utama bagi perubahan dan
kebangkitan umat. Dalam konteks Islam, qiyadah fikriyah menekankan peran
penting pemikiran dan ideologi Islam dalam membentuk pemimpin dan membangun
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip syariat dan akidah.
Konsep
Qiyadah Fikriyah dalam Islam
Berikut
beberapa poin penting terkait Qiyadah Fikriyah dalam Islam:
1.
Kepemimpinan Berdasarkan Pemikiran Islam
* Qiyadah
Fikriyah adalah kepemimpinan yang didasarkan pada pemikiran Islam yang
mendalam dan menyeluruh. Islam tidak hanya mengajarkan aspek ibadah atau
spiritual, tetapi juga memiliki panduan lengkap untuk kehidupan sosial,
politik, ekonomi, dan budaya.
* Pemimpin yang
berlandaskan qiyadah fikriyah harus memiliki pemahaman yang kuat tentang
akidah, syariat, dan sejarah Islam, serta memiliki kemampuan untuk menerapkan
pemikiran Islam dalam realitas kehidupan sehari-hari.
2. Pentingnya
Ideologi yang Jelas
* Qiyadah
fikriyah menuntut umat Islam untuk memiliki ideologi yang jelas dan teguh,
yang didasarkan pada tauhid dan prinsip-prinsip syariat. Dalam sejarah Islam,
kepemimpinan yang sukses selalu didasarkan pada ideologi yang kuat yang memandu
setiap tindakan dan kebijakan yang diambil.
* Dalam
konteks modern, pemimpin yang memiliki qiyadah fikriyah harus mampu
menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan tantangan zaman, seperti menghadapi isu
globalisasi, ekonomi, dan politik dunia.
3. Menjaga
Identitas Islam
* Salah satu
fungsi utama dari qiyadah fikriyah adalah menjaga identitas Islam di tengah
berbagai ideologi dan pengaruh asing yang masuk ke dalam masyarakat. Pemimpin
yang memiliki qiyadah fikriyah akan selalu berusaha untuk melindungi
umat dari pemikiran yang bertentangan dengan Islam, seperti materialisme,
sekularisme, dan liberalisme.
* Pemimpin
intelektual dalam Islam harus mampu membedakan antara pemikiran yang sesuai
dengan Islam dan yang tidak, serta memberikan bimbingan intelektual kepada umat
agar tetap berpegang pada prinsip-prinsip akidah Islam yang benar.
4. Peran Ilmu
Pengetahuan
* Ilmu
pengetahuan memainkan peran penting dalam qiyadah fikriyah. Islam sangat
menghargai ilmu, dan pemimpin dalam Islam harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Islam
tidak pernah memisahkan antara ilmu agama dan ilmu dunia, keduanya harus
dikuasai dan digunakan untuk kemaslahatan umat.
* Pemimpin
dengan qiyadah fikriyah harus berusaha untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di kalangan umat Islam, serta mendorong penelitian dan inovasi yang
sesuai dengan ajaran Islam.
5.
Menciptakan Kesadaran Umat
* Qiyadah
fikriyah juga berfungsi untuk menciptakan kesadaran di kalangan umat Islam,
baik kesadaran spiritual, sosial, politik, maupun ekonomi. Pemikiran Islam yang
benar harus mampu membangkitkan kesadaran umat akan tanggung jawab mereka
sebagai khilafah (wakil Allah) di muka bumi.
* Pemimpin
intelektual harus mampu mengajarkan umat untuk berpikir kritis berdasarkan
ajaran Islam, sehingga mereka dapat memahami tantangan yang dihadapi dan
berkontribusi dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran menurut syariat.
6.
Kepemimpinan dalam Krisis Pemikiran
* Dalam
situasi krisis pemikiran, qiyadah fikriyah menjadi sangat penting.
Krisis ini bisa terjadi ketika umat Islam terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran
asing yang merusak atau ketika ada kebingungan di antara umat mengenai
konsep-konsep dasar dalam Islam.
* Pemimpin
intelektual Islam harus mampu mengarahkan kembali pemikiran umat ke jalan yang
benar, mengatasi kebingungan, dan menguatkan kembali landasan Akidah dan syariat
sebagai pedoman utama dalam kehidupan.
7. Membentuk
Pemimpin Masa Depan
* Qiyadah
fikriyah juga berperan dalam mencetak pemimpin-pemimpin masa depan.
Pemimpin Islam yang berkarakter kuat harus memiliki visi intelektual yang
mendalam, serta mampu memimpin umat dengan hikmah, kesabaran, dan pengetahuan.
* Islam
menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan pemikiran bagi generasi muda,
sehingga mereka dapat menjadi penerus yang kuat dan berkompeten dalam memimpin
umat.
Contoh Qiyadah
Fikriyah dalam Sejarah Islam
Beberapa
contoh dalam sejarah Islam menunjukkan pentingnya kepemimpinan intelektual
dalam membimbing umat:
* Rasulullah saw.:
Sebagai pemimpin umat Islam pertama, Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang
memiliki pemikiran yang jernih dan pandangan jauh ke depan, selalu membimbing
umat dengan wahyu dan hikmah dari Allah.
* Khalifah Umar
bin Khattab: salah satu contoh pemimpin intelektual yang sangat dihormati, Umar
bin Khattab RA memadukan antara pemikiran yang tajam dan keadilan dalam
kepemimpinan. Beliau sering mendorong diskusi intelektual di kalangan sahabat
dan selalu mendasarkan keputusan politik dan sosialnya pada syariat.
* Imam
Al-Ghazali: sebagai salah satu ulama besar, Al-Ghazali memainkan peran penting
dalam membangun qiyadah fikriyah dengan menggabungkan ilmu filsafat,
tasawuf, dan syariat, serta membimbing umat Islam melalui karya-karyanya yang
monumental.
Kesimpulan
Qiyadah
Fikriyah dalam Islam menekankan pentingnya kepemimpinan
berbasis pemikiran yang kuat dan mendalam, serta berlandaskan pada Akidah dan syariat.
Kepemimpinan intelektual ini berperan dalam membimbing umat, menjaga identitas
Islam, serta mengarahkan umat untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip
Islam di tengah tantangan zaman. Seorang pemimpin dengan qiyadah fikriyah
harus mampu memahami berbagai aspek pemikiran Islam dan dunia, serta
mengaplikasikannya untuk kebaikan dan kemajuan umat Islam.
Oleh: Dr.
Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT
Lirboyo