Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gen Z dalam Pusaran Kapitalisme-Liberalisme

Jumat, 18 Oktober 2024 | 07:15 WIB Last Updated 2024-10-18T00:15:46Z

TintaSiyasi.id -- Gen-Z adalah generasi kelahiran tahun 1997-2012, generasi ini tentunya adalah generasi muda di mana generasi tersebut harusnya produktif dan inovatif. Gen-Z sendiri berasal dari kata zoomer karena mereka lahir dan tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga mereka memiliki kesempatan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan internet secara cepat. Gen-Z juga memiliki konektivitas dan ketergantungan dengan teknologi, mereka sangat tergantung pada teknologi dalam aktivitas sehari-hari dan aspek kehidupan lainnya. Namun, gen-Z dalam sistem kapitalis sekuler justru salah arah dan kehilangan arah, mereka mudah sekali terikut arus, bagaimana beberapa waktu viral boneka Labubu yang di mana di serbu oleh para gen-Z. 

Terkait "demam" Labubu yang menyerbu masyarakat terutama gen-Z, Sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiah SSosio MSc mengatakan, daya tarik produk populer sering kali terletak pada nilai eksklusivitas keterbatasan produksi dan keterkaitannya dengan budaya Pop yang memiliki basis penggemar sebagaimana diketahui boneka Labubu menjadi begitu booming setelah idol k-pop Lisa blackpink memamerkan di media sosial. Hal tersebut tentunya membawa persepsi bahwa memiliki Labubu berarti turut menjadi bagian dari tren global yang dipopulerkan sosok yang sangat diidolakan oleh para gen-Z. Beliau juga menambahkan pembelian produk viral bukan sekedar soal pemenuhan kebutuhan individu, namun bagaimana seseorang terlihat relevan dimata lingkungan sosialnya. Dengan begitu terjadilah fenomena fire of missing out (FOMO). (Kompas.com, 11/10/2024)

Labubu sendiri adalah karakter dari animasi the monster yang memiliki ciri khas diantaranya telinga runcing, gigi tajam yang menonjol hingga keluar dari mulut, juga memiliki senyuman yang nakal, dan memiliki tubuh yang kecil. Ironisnya boneka Labubu dijual dengan harga yang beragam, mulai dari harga Rp 231 ribu hingga angka yang lumayan fantastik yaitu dengan kisaran harga Rp 5 jutaan. (Suara.com, 16/9/2024)

Tentunya kalangan gen-Z fear of missing out (FOMO) ini mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu terutama di kalangan remaja. Akar permasalahan dari munculnya gaya hidup FOMO ini adalah sistem liberal kapitalisme demokrasi, sistem ini rusak mengakibatkan gen-Z bergaya hidup bebas, hedonistik konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama para gen-Z. FOMO adalah gaya hidup ikut-ikutan mengejar perhatian orang lain atau kata lain narsistik, perasaan khawatir atau cemas bahwa para geng-Z akan ketinggalan momen pengalaman atau informasi penting yang sedang viral.

Pengabaian potensi gen-Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apabila regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen-Z, namun justru menjerumuskan gen-Z pada lingkar materialistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.

Gaya hidup tersebut tentunya mengacu pada orientasi hidup yang lebih fokus pada kesenangan dan kenikmatan serta kepuasan diri dengan mengabaikan tanggung jawab sosial moral dan etika, dan itu menjadikan gen-Z individualis. Gaya hidup FOMO ini lebih mementingkan kepuasan pribadi dan seringkali mengabaikan nilai-nilai moral mempengaruhi integritas sosial dan akhlak individu serta merusak norma sosial yang ada. Gen-Z yang mengikuti gaya hidup tersebut memprioritaskan hal-hal materi dan konsumtif berlebihan, yang dapat menjadi penyebab ketimpangan sosial. Gaya hidup tersebut pun mengarah pada pola hidup yang rusak, karena berbagai macam cara akan dilakukan generasi muda untuk memenuhi segala keinginannya.

Melihat potret menyedihkan pemuda hari ini umat Islam harusnya bersegera menyelamatkan gen-Z agar tidak terus-menerus menjadi korban sistem kapitalis sekuler liberal. Umat Islam harus bersatu membangun visi menjadikan dan mewujudkan pemuda menjadi generasi khairu ummah. Umat harus mampu menggambarkan bahwa islam itu sebuah solusi hakiki dari permasalahan gen-Z, tentunya agar pemuda bisa berubah menuju lebih baik dan tidak mudah terbawa arus kehidupan. Rasulullah ﷺ sendiri telah membuktikan keberhasilan Rasulullah ﷺ dalam membina generasi muda di masanya, menjadikan generasi tersebut generasi yang tangguh, generasi yang kuat dan generasi yang berkepribadian Islam.

Sebagai generasi muda adalah tonggak perubahan yang lebih baik. Sebagaimana generasi muda dalam sistem Islam mereka mampu menaklukkan kota konstantinopel sebagaimana Muhammad Al Fatih yang menaklukkan kota konstantinopel di usia 21 tahun. Dan juga sebagaimana Ali bin Abi Tholib yang menjadi panglima perang di Badar di usia 25 tahun. Sudah seharusnya gen-Z melakukan perubahan, dan itu mampu terealisasi jika dalam sistem Islam. Sebagaimana tinta emas telah mengukir prestasi generasi-generasi dalam sistem Islam dimasa kejayaan dalam bingkai khilafah. []


Ross A.R.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update