Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

FOMO Labubu Potret Generasi Haus Validasi

Rabu, 23 Oktober 2024 | 13:14 WIB Last Updated 2024-10-23T06:14:47Z

Tintasiyasi.id.com -- Labubu. Boneka berpenampilan unik; memiliki telinga panjang, bermata lebar dengan senyum yang tampak menyeramkan. Labubu dikenal terlebih dulu di negara Thailand, dipopulerkan oleh para artis, influencer, hingga anggota kerajaan turut mengoleksinya.

Belakangan ini, Labubu makin viral setelah Lisa Blackpink mengunggah potretnya bersama "monster kecil" tersebut di instagram story-nya. Gigi-gigi tajamnya yang khas seolah mampu menyihir siapa saja untuk menjadi si paling FOMO.

Repotnya Menjadi FOMO

FOMO sendiri adalah Fear of Missing Out. Perasaan cemas dan takut ketinggalan akan informasi, pengalaman, atau tren-tren yang sedang viral di media sosial. 

Orang berbondong-bondong membeli Labubu ini dikatakan sebagai FOMO karena terjadi secara tiba-tiba dan terjadi dalam waktu singkat. Bagaimana tidak? Masyarakat rela "repot" mengantre dari pagi hingga pagi hanya untuk memiliki boneka buatan seniman asal Hong Kong tersebut meski harus merogoh kocek dalam.

Produk keluaran Pop Mart tersebut dibanderol dengan harga yang fantastis karena limited edition seolah tampak eksklusif. Sebagaimana kita tahu dalam prinsip ekonomi, semakin banyak permintaan dengan jumlah komoditas barang yang terbatas maka akan semakin tinggi harganya. Tren semacam ini bukan kali pertama terjadi, jauh sebelumnya pernah populer oreo supreme, BTS meal, hingga fomo konser.

FOMO dikategorikan sebagai penyakit sosial, penyakit yang mungkin berpotensi menghilangkan jati diri seseorang. Demi pengakuan sosial, seseorang rela membeli sebuah barang yang tidak ada urgensinya bagi kehidupan, bahkan rela menghabiskan hartanya demi kepuasan.

Tren Labubu Menurut Perspektif Islam

Fenomena Labubu adalah potret gagalnya bimbingan dan pembinaan terhadap generasi. Generasi yang seharusnya mampu memikirkan sesuatu yang lebih bermanfaat dari sekadar tren dan viral, namun kini hanya menjadi generasi pembebek, korban strategi pasar kaum Kapitalis. Hedonisme sudah mengakar kuat pada semua kalangan, masyarakat telah terjajah oleh tren hanya demi mendapatkan pujian, perasaan ingin diakui, haus akan validasi.

Sungguh ironi generasi saat ini hanya mengikuti kemana arus tertiup angin tanpa tahu di mana ia akan bermuara.

Di samping itu, penjualan Labubu dirancang dengan format Blind Box di mana setiap pembeli tidak mengetahui karakter boneka apa yang ia dapat. Hal ini tentulah menarik karena cukup membuat penasaran. Padahal, konsep seperti itu dilarang dalam Islam karena terdapat ketidakjelasan-ketidakpastian alias gharar.

FOMO sendiri berdampak negatif karena secara tidak sadar kita dipaksa mengikuti tuntutan dari lingkungan sosial. Padahal seharusnya, saat kita membeli barang itu sesuai kebutuhan dan fungsinya. Sedangkan Labubu bisa dikatakan sebagai kebutuhan tersier, namun orang-orang FOMO seakan wajib untuk turut memilikinya.

Fenomena FOMO memang menjadi salah satu tantangan yang mau tidak mau harus kita hadapi di era digital ini. Namun, dengan tetap berpegang pada ajaran Islam kaffah disertai dengan kesadaran untuk lebih mengedepankan hal-hal yang bermanfaat, tentunya dapat membantu kita dalam menghadapi fenomena mengerikan semacam ini. Wallahu'alam bishshawwab.[]

Oleh: Irna purnamasari
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update