TintaSiyasi.id Menurut Imam An-Nawawi, terdapat empat tanda keimanan yang menunjukkan kualitas iman seorang Muslim. Tanda-tanda ini mencerminkan integritas, kedekatan spiritual dengan Allah, serta hubungan baik dengan sesama. Berikut adalah keempat tanda keimanan tersebut:
1. Menjaga Lisan dari Hal-Hal yang Buruk
● Salah satu tanda keimanan yang kuat adalah kemampuan untuk menjaga lisan dari perkataan yang buruk, seperti kebohongan, fitnah, dan ghibah (menggunjing). Lisan yang terkendali menunjukkan adanya kontrol diri dan kesadaran bahwa setiap kata akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim).
● Ini mencakup berbicara dengan kejujuran, kelembutan, serta menghindari ucapan yang dapat menyakiti orang lain. Menjaga lisan juga berarti tidak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat atau merusak hubungan dengan orang lain.
2. Menjaga Amanah dan Menepati Janji
● Memegang amanah dan menepati janji adalah tanda utama orang yang beriman. Ketika seseorang diberikan kepercayaan atau amanah, baik itu berupa harta, pekerjaan, atau tanggung jawab, seorang mukmin akan menjaga dan melaksanakan amanah tersebut dengan penuh kesungguhan dan kejujuran. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (QS. An-Nisa: 58).
● Selain itu, menepati janji, baik kepada Allah maupun kepada manusia, juga menjadi bagian dari keimanan. Orang yang sering melanggar janji atau amanah dipandang tidak memiliki kualitas iman yang kuat, karena janji dan amanah adalah amanat dari Allah yang harus dijaga dengan baik.
3. Berperilaku Baik Terhadap Sesama
● Tanda keimanan yang ketiga adalah berakhlak baik terhadap sesama manusia. Akhlak yang mulia mencakup kesabaran, kerendahan hati, kelembutan, serta sikap membantu orang lain dengan ikhlas. Rasulullah ﷺ bersabda, Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. (HR. Tirmidzi).
● Ini berarti seorang mukmin tidak hanya berhubungan baik dengan Allah melalui ibadah-ibadah ritual, tetapi juga memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama manusia. Saling memaafkan, tidak mendendam, serta memberikan manfaat bagi orang lain menjadi tanda keimanan yang sejati.
4. Meninggalkan Hal-Hal yang Tidak Bermanfaat
● Salah satu ciri orang beriman adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat atau tidak memiliki nilai kebaikan. Imam An-Nawawi mengutip hadis Rasulullah ﷺ yang mengatakan, Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya. (HR. Tirmidzi).
● Tindakan ini mencakup meninggalkan perkara-perkara yang sia-sia, baik dalam perbuatan, perkataan, maupun waktu yang dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bernilai. Ini juga berarti menghindari perbuatan yang hanya membawa kerugian, baik secara spiritual maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Keempat tanda keimanan menurut Imam An-Nawawi ini mencakup kontrol diri dalam berbicara, kesetiaan terhadap amanah, akhlak mulia terhadap sesama, serta penghindaran dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Semua ini merupakan manifestasi dari keimanan yang mendalam dan menunjukkan bahwa iman bukan hanya keyakinan di dalam hati, tetapi juga tercermin dalam perilaku dan interaksi sehari-hari. Orang yang beriman akan selalu berusaha untuk menjaga lisannya, menepati amanah, berbuat baik kepada orang lain, dan fokus pada hal-hal yang membawa manfaat dalam hidupnya.
Empat Tanda Utama, yakni Ketaqwaan, Rasa Malu, Bersyukur, dan Kesabaran
Empat tanda utama yang mencerminkan kualitas seorang Muslim sejati adalah ketaqwaan, rasa malu, bersyukur, dan kesabaran. Setiap sifat ini memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual dan moral seorang mukmin, serta menjadi pondasi bagi kebajikan dan ketaatan kepada Allah.
Berikut penjelasan masing-masing tanda tersebut
1. Ketaqwaan (Taqwa)
● Ketaqwaan adalah rasa takut dan kesadaran yang mendalam terhadap Allah yang membuat seseorang selalu berhati-hati dalam setiap perbuatannya. Seorang yang bertaqwa selalu menjaga dirinya dari dosa dan maksiat, serta senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaqwaan tercermin dalam sikap menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan Allah, baik dalam ibadah maupun muamalah (hubungan sosial).
● Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. (QS. Al-Hujurat: 13). Ketaqwaan menjadi standar kemuliaan seorang Muslim di mata Allah, menunjukkan bagaimana seseorang senantiasa merendahkan diri di hadapan-Nya dan menjaga amal perbuatannya.
2. Rasa Malu (Haya')
● Rasa malu dalam Islam bukan sekadar malu terhadap manusia, melainkan terutama malu kepada Allah. Rasa malu ini mendorong seseorang untuk menjauh dari perbuatan dosa, menjaga kehormatan diri, dan senantiasa bersikap baik. Rasulullah ﷺ bersabda, Malu adalah sebagian dari iman. (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki rasa malu akan menjaga kesucian hati dan perilakunya.
● Rasa malu juga melindungi seseorang dari tindakan yang tidak pantas atau menyimpang dari norma-norma agama dan moral. Dengan rasa malu, seorang Muslim menghindari perilaku buruk, menjaga adab, serta menutup pintu-pintu yang dapat membawanya pada maksiat.
3. Bersyukur (Syukur)
● Bersyukur adalah tanda dari orang yang mengenali karunia dan nikmat Allah dalam kehidupannya. Syukur berarti menghargai segala yang diberikan Allah, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Bersyukur tidak hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam perbuatan dengan menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk hal-hal yang baik. Allah berfirman: Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. (QS. Ibrahim: 7).
● Orang yang bersyukur selalu memiliki hati yang penuh dengan kepuasan dan kebahagiaan karena dia melihat setiap nikmat sebagai bentuk kasih sayang Allah. Sikap syukur menjauhkan seseorang dari rasa sombong, tamak, dan ketidakpuasan, serta mendorongnya untuk terus berbuat baik dengan nikmat yang diberikan.
4. Kesabaran (Sabr)
● Kesabaran adalah kemampuan untuk bertahan dan tetap teguh dalam menghadapi ujian, musibah, dan cobaan. Kesabaran juga mencakup kemampuan untuk menahan diri dari dorongan hawa nafsu dan godaan duniawi. Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan: Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153).
● Kesabaran dibutuhkan dalam tiga aspek utama: (1) Sabar dalam ketaatan, yaitu tetap istikamah dalam menjalankan ibadah meskipun terasa sulit, (2) Sabar dalam meninggalkan maksiat, yaitu mampu menahan diri dari perbuatan dosa meskipun ada dorongan kuat untuk melakukannya, (3) Sabar dalam menghadapi cobaan, yaitu menerima segala ujian yang datang dengan tawakal dan keyakinan bahwa semuanya adalah bagian dari takdir Allah yang memiliki hikmah.
Kesimpulan
Keempat tanda ini, ketaqwaan, rasa malu, bersyukur, dan kesabaran merupakan pilar utama yang membentuk kepribadian seorang Muslim yang sempurna. Ketaqwaan mengarahkan seseorang untuk selalu bertindak sesuai dengan perintah Allah, rasa malu menjaga kehormatan dan moralitas, bersyukur mengisi hati dengan kepuasan dan kebahagiaan, sementara kesabaran menjadi kekuatan yang menopang dalam setiap ujian dan tantangan hidup. Jika seorang Muslim mampu mengamalkan keempat sifat ini, maka dia akan menjalani hidup dengan penuh kebaikan, kebijaksanaan, dan kedekatan kepada Allah.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual.
Dosen Pascasarjana UIT LIrboyo