Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dua Cara Menyempurnakan Akal

Senin, 14 Oktober 2024 | 11:05 WIB Last Updated 2024-10-14T04:05:16Z

TintaSiyasi.id—Dalam Islam, akal adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada manusia. Akal menjadi alat untuk memahami, merenungi, dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Menyempurnakan akal berarti memanfaatkan potensi akal untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran, kebijaksanaan, dan hikmah. Berikut dua cara utama untuk menyempurnakan akal:

1. Memperbanyak Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu adalah kunci utama untuk menyempurnakan akal. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, dan ilmu yang bermanfaat akan membantu akal menjadi lebih tajam dan mampu memahami berbagai persoalan dengan bijaksana. Dengan menuntut ilmu, seseorang tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang dunia, tetapi juga meningkatkan kesadaran spiritual dan pemahaman tentang tujuan hidup yang lebih tinggi.

Dalil:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ilmu bermanfaat mencakup ilmu agama (syar’i) yang membimbing seseorang pada jalan kebenaran, serta ilmu dunia yang mendukung kemajuan dan kesejahteraan umat manusia. Semakin banyak ilmu yang dipelajari, semakin sempurna akal dalam mengambil keputusan dan memahami hikmah di balik kejadian-kejadian hidup.

2. Meninggalkan Perbuatan yang Haram dan Syubhat
Akal manusia dapat menjadi rusak atau terhalang fungsinya ketika seseorang terlibat dalam perbuatan yang haram atau syubhat (perkara yang tidak jelas halal-haramnya). Meninggalkan yang haram dan menjauhi syubhat adalah cara untuk menjaga kebersihan hati dan kejernihan akal. Ketika seseorang terjerumus dalam perbuatan dosa, akal akan menjadi kabur, dan pemahaman tentang kebenaran akan terdistorsi.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara yang syubhat (samar-samar), yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barang siapa yang menjaga diri dari perkara syubhat, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan meninggalkan yang haram dan syubhat, akal akan semakin kuat dalam membedakan antara yang benar dan yang salah. Ini akan membawa kepada pemahaman yang lebih dalam, kemampuan berpikir secara jernih, dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan:

Menyempurnakan akal dapat dilakukan dengan memperbanyak ilmu yang bermanfaat dan meninggalkan perbuatan yang haram serta syubhat. Kedua cara ini akan menjaga kebersihan hati dan kejernihan pikiran, serta membawa seseorang lebih dekat kepada kebijaksanaan dan kebenaran yang hakiki.

Mengikuti Ridha Allah SWT.

Mengikuti ridha Allah SWT adalah tujuan utama setiap Muslim dalam menjalani kehidupan di dunia. Ridha Allah berarti mendapatkan persetujuan dan keridhaan-Nya atas segala perbuatan kita. Ini adalah tanda kesuksesan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai ridha Allah, seseorang perlu berpegang teguh pada ajaran Islam, menghindari segala yang dilarang, dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya.

Berikut adalah beberapa cara penting untuk mengikuti dan mendapatkan ridha Allah SWT:

1. Melaksanakan Ibadah dengan Ikhlas
Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas (tulus) hanya karena Allah adalah jalan utama menuju ridha-Nya. Allah memerintahkan kita untuk beribadah semata-mata hanya kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun. Shalat, zakat, puasa, dan ibadah lainnya harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, karena keikhlasan adalah inti dari semua amal.

Dalil:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dengan ibadah yang ikhlas, kita menunjukkan ketundukan penuh kepada Allah dan mencari ridha-Nya dalam setiap perbuatan.

2. Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ
Untuk meraih ridha Allah, seseorang harus mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ, karena beliau adalah teladan yang sempurna dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ridha Allah. Mencontoh sunnah Rasul dalam perilaku, ibadah, dan akhlak adalah cara pasti untuk mendapatkan cinta dan ridha Allah.

Dalil:
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)
Mengikuti sunnah Nabi berarti menjaga diri dari perbuatan yang bisa mendatangkan murka Allah dan senantiasa berusaha melakukan apa yang telah diajarkan oleh Rasul-Nya.

3. Bersikap Tawakal dan Berserah Diri
Tawakal (berserah diri kepada Allah setelah berusaha) adalah tanda keimanan yang kuat. Seorang Muslim harus yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah, dan Dia selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Berserah diri kepada Allah dalam setiap urusan kehidupan dan menerima segala keputusan-Nya dengan penuh kerelaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan ridha-Nya.

Dalil:
"Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan keperluannya." (QS. At-Talaq: 3)
Tawakal menunjukkan bahwa kita percaya kepada kekuasaan Allah dan mengandalkan-Nya dalam setiap urusan, baik yang mudah maupun yang sulit.

4. Berbuat Baik kepada Sesama
Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang berbuat baik (ihsan) kepada sesama manusia. Setiap kebaikan yang dilakukan terhadap sesama makhluk Allah, baik manusia, hewan, maupun lingkungan, adalah salah satu jalan menuju ridha-Nya. Kebaikan ini bisa berupa sedekah, tolong-menolong, menjaga silaturahmi, hingga memberikan senyum kepada orang lain.

Dalil:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat..." (QS. An-Nahl: 90)
Dengan melakukan kebaikan, kita menunjukkan kepedulian dan kasih sayang kepada makhluk Allah, yang pada akhirnya akan mendatangkan ridha-Nya.

5. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Selalu mengingat Allah melalui dzikir dan beristighfar (memohon ampun) adalah cara untuk menjaga hubungan kita dengan Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Istighfar membersihkan dosa-dosa yang mungkin menghalangi kita dari ridha Allah, sedangkan dzikir menenangkan hati dan mendekatkan kita kepada-Nya.

Dalil:
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Dengan memperbanyak dzikir, kita menjaga hati tetap bersih dan jiwa tetap fokus pada tujuan untuk meraih ridha Allah.

6. Meninggalkan yang Dilarang dan Haram
Meninggalkan segala yang diharamkan oleh Allah adalah salah satu syarat penting untuk meraih ridha-Nya. Allah melarang sesuatu bukan untuk membatasi kebebasan manusia, melainkan untuk melindungi mereka dari kerusakan dan keburukan. Menjauhi yang haram, seperti zina, riba, ghibah (menggunjing), dan dosa lainnya, akan membawa kita lebih dekat kepada ridha Allah.

Dalil:
"Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab: 71)

7. Sabar dalam Menghadapi Ujian
Sabar dalam menghadapi ujian hidup, baik berupa kesulitan maupun cobaan, adalah salah satu cara untuk mendapatkan ridha Allah. Ujian adalah bagian dari kehidupan, dan Allah menguji hamba-Nya untuk melihat siapa yang tetap teguh dalam keimanan dan bersabar. Sabar menunjukkan keteguhan hati dan keimanan yang kuat, yang akan mendekatkan kita kepada Allah.

Dalil:
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran: 146)

Kesimpulan

Mengikuti ridha Allah SWT berarti menundukkan diri sepenuhnya pada kehendak-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya, mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ, berbuat baik kepada sesama, menjauhi yang haram, dan sabar dalam ujian. Ridha Allah adalah tujuan tertinggi bagi setiap Muslim, dan mencapainya berarti meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Dengan selalu menjaga hati dan perbuatan agar selaras dengan syariat-Nya, kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang datang dari keridhaan Allah.

Menjauhi Murka Allah SWT.

Menjauhi murka Allah SWT adalah salah satu kewajiban penting bagi setiap Muslim. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus berhati-hati agar tidak melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan Allah. Allah SWT Maha Pengasih dan Penyayang, namun ada perbuatan-perbuatan tertentu yang jika dilakukan dengan sengaja, dapat mendatangkan murka-Nya. Menjauhi murka Allah berarti hidup sesuai dengan petunjuk-Nya, menghindari larangan-Nya, dan terus-menerus memohon ampunan-Nya.

Berikut beberapa cara untuk menjauhi murka Allah SWT:

1. Menaati Perintah Allah dan Rasul-Nya
Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah cara utama untuk menjauhi murka Allah. Allah memerintahkan kita untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas, baik dalam ibadah maupun perilaku sehari-hari. Meninggalkan perintah Allah, seperti shalat, puasa, zakat, dan kewajiban lainnya, adalah tindakan yang bisa mendatangkan murka-Nya.

Dalil:
"Barang siapa menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh ia telah menaati Allah." (QS. An-Nisa: 80)
"Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata." (QS. Al-Ahzab: 36)

Dengan mentaati perintah-perintah Allah, kita akan berada di jalan yang lurus dan terhindar dari tindakan yang mendatangkan murka-Nya.

2. Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat
Perbuatan dosa dan maksiat, baik besar maupun kecil, adalah penyebab utama turunnya murka Allah. Beberapa dosa besar yang mendatangkan murka Allah antara lain adalah syirik (menyekutukan Allah), zina, riba, pembunuhan, memakan harta anak yatim, dan perbuatan-perbuatan lain yang jelas-jelas dilarang dalam Al-Qur'an dan hadits.

Dalil:
"Dan barang siapa yang melakukan suatu dosa, sesungguhnya ia hanya mengerjakan dosa itu untuk (kerugian) dirinya sendiri. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa: 111)
Oleh karena itu, meninggalkan segala bentuk dosa dan maksiat adalah salah satu cara untuk menjauh dari murka Allah dan mendapatkan rahmat-Nya.

3. Memohon Ampunan dan Bertaubat
Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, tetapi yang membedakan seorang hamba yang dicintai oleh Allah dengan yang dimurkai-Nya adalah kesediaan untuk bertaubat. Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang selalu berusaha memperbaiki diri dengan memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh (taubat nasuha) adalah cara yang efektif untuk menghindari murka Allah dan mendapatkan ampunan-Nya.

Dalil:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)

Dengan selalu beristighfar dan bertaubat, kita menunjukkan rasa takut kepada murka Allah dan harapan untuk mendapatkan ampunan serta rahmat-Nya.

4. Menjaga Lisan dan Perilaku
Kata-kata yang keluar dari lisan kita dan tindakan yang kita lakukan bisa menjadi penyebab turunnya murka Allah jika tidak dikendalikan. Perbuatan seperti ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dan berkata kasar adalah hal-hal yang sangat dibenci Allah. Menjaga lisan dari perkataan buruk dan perilaku dari tindakan yang melanggar syariat akan menjaga kita dari murka-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan menjaga lisan dan perilaku, kita akan terhindar dari perbuatan yang bisa merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia.

5. Berbuat Baik kepada Sesama
Allah mencintai hamba-Nya yang berbuat baik kepada sesama makhluk, termasuk manusia, hewan, dan alam sekitar. Sebaliknya, perilaku yang zalim, seperti mengambil hak orang lain, menipu, atau merusak lingkungan, adalah perbuatan yang bisa mendatangkan murka Allah.

Dalil:
"Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas: 77)
Dengan berbuat baik dan menghindari kezaliman, kita akan mendekatkan diri kepada ridha Allah dan menjauh dari murka-Nya.

6. Memperbanyak Dzikir dan Mengingat Allah
Selalu mengingat Allah melalui dzikir, shalat, dan amal-amal kebaikan adalah cara untuk menjaga hati agar tetap bersih dan tidak mudah terjerumus dalam perbuatan yang dimurkai-Nya. Dengan senantiasa berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah, kita akan terhindar dari godaan setan yang sering kali mengajak kepada keburukan.

Dalil:
"Maka ingatlah Aku, Aku pun akan mengingatmu..." (QS. Al-Baqarah: 152)

Mengingat Allah secara terus-menerus akan menjaga kita tetap berada di jalan-Nya dan menghindarkan kita dari perilaku yang mendatangkan murka-Nya.

7. Bersikap Sabar dan Ikhlas dalam Ujian
Ujian dan cobaan dalam hidup adalah bagian dari takdir Allah. Ketika menghadapi ujian, orang yang tidak sabar dan marah kepada takdir Allah bisa terjerumus dalam murka-Nya. Oleh karena itu, sabar dan ikhlas dalam menerima segala ketentuan Allah adalah tanda keimanan yang kuat dan akan menjauhkan kita dari kemurkaan-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dari besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah, apabila mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah, dan barang siapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Tirmidzi)

Kesimpulan

Menjauhi murka Allah SWT memerlukan kesungguhan hati dalam menaati perintah-Nya, meninggalkan larangan-Nya, serta selalu bertaubat dan memohon ampunan atas dosa. Menjaga lisan, bersikap sabar, dan berbuat baik kepada sesama adalah cara yang efektif untuk menjauh dari murka Allah. Dengan senantiasa mengingat Allah dan mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah ﷺ, seorang Muslim akan mendapatkan perlindungan dari murka-Nya dan meraih ridha serta rahmat-Nya di dunia dan akhirat.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update