Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Demam Labubi: Konsumerisme, FOMO, dan Solusi Islam

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 22:20 WIB Last Updated 2024-10-19T15:20:11Z
TintaSiyasi.id -- Fenomena "demam" Labubu menjadi contoh nyata bagaimana eksklusivitas produk, dorongan FOMO (fear of missing out), dan budaya konsumerisme membentuk perilaku masyarakat dalam sistem kapitalisme demokrasi modern. Dalam sistem ini, kapitalisme sangat dominan mengatur kehidupan masyarakat, menekankan pertumbuhan ekonomi, kepemilikan pribadi, dan konsumsi sebagai simbol status dan kesuksesan. Akibatnya, generasi yang hidup di dalamnya sering kali terjebak dalam siklus konsumsi tanpa akhir, di mana identitas seseorang sering kali diukur berdasarkan barang-barang yang mereka miliki.

Generasi Materialistik dalam Kapitalisme Demokrasi

Sistem kapitalisme demokrasi saat ini telah melahirkan generasi yang cenderung materialistik. Media sosial, iklan, dan budaya pop mempromosikan gaya hidup konsumeristik, di mana memiliki barang-barang mewah atau mengikuti tren terkini dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan sosial. Produk seperti boneka Labubu, yang menjadi viral berkat selebritas seperti Lisa BLACKPINK, menjadi contoh bagaimana konsumerisme mendorong orang untuk membeli barang bukan berdasarkan kebutuhan nyata, tetapi untuk mendapatkan pengakuan sosial dan merasakan "kebersamaan" dalam tren global.

Budaya kapitalistik memanfaatkan dorongan alami manusia untuk diterima dan dihargai, serta ketakutan akan tertinggal (FOMO), untuk terus mendorong siklus konsumsi. Kapitalisme modern sangat bergantung pada penciptaan kebutuhan-kebutuhan palsu agar roda ekonomi terus berputar. Generasi ini sering kali merasa terjebak dalam tekanan sosial untuk terus membeli barang yang dianggap dapat meningkatkan status sosial mereka, meskipun terkadang barang-barang tersebut melampaui kemampuan finansial mereka atau tidak relevan dengan kebutuhan pribadi.

Sayangnya, fenomena ini juga menciptakan masalah psikologis, seperti kecemasan sosial, ketidakpuasan, dan perbandingan sosial yang tidak sehat. Orang merasa perlu untuk terus bersaing dengan orang lain dalam hal kepemilikan materi, yang sering kali mengabaikan aspek spiritual, intelektual, dan moral dari kehidupan.

Solusi Islam Kaffah: Membangun Generasi Bertakwa dan Berkualitas

Di tengah pengaruh materialisme yang kuat, Islam hadir dengan solusi yang berbeda. Islam memandang kehidupan ini bukan hanya sebagai tempat untuk mengejar keuntungan materi, tetapi sebagai kesempatan untuk mencapai tujuan spiritual, yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Membangun Generasi Muslim yang Berkualitas dan Bertakwa

Untuk melahirkan generasi Muslim yang berkualitas, pendidikan dan pembinaan harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya dari aspek intelektual, tetapi juga dari aspek spiritual dan moral. Generasi Muslim harus dididik untuk memahami bahwa kesuksesan bukan diukur dari banyaknya harta yang dimiliki atau tren yang diikuti, tetapi dari seberapa taat mereka kepada Allah dan seberapa bermanfaat mereka bagi orang lain.

Islam sebagai sistem yang kaffah memberikan panduan yang jelas untuk menjalani kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat. Ketika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh, baik dalam aspek individu, keluarga, masyarakat, hingga negara, maka akan terbentuk generasi yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga bertakwa, memiliki prinsip hidup yang kuat, dan tidak mudah terjebak dalam materialisme yang mengikis moralitas.

Dengan demikian, Islam kaffah mampu menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan konsumerisme dan FOMO yang melanda generasi saat ini. Generasi Muslim yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam tidak akan tergoda oleh kilauan materialisme, tetapi akan fokus pada pengembangan diri yang holistik, baik dari segi spiritual, intelektual, maupun sosial, sehingga melahirkan generasi yang berkualitas dan bertakwa.


Oleh: Latifah Muslimah
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update