Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dari Eksploitasi hingga Kapitalisasi Pendidikan Negeri

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:56 WIB Last Updated 2024-10-22T06:56:38Z

TintaSiyasi.id -- Badai derita masih berlanjut mengambil perannya di kancah dunia pendidikan, khususnya di negeri tempat lahir beta yang konon disebut sebagai tanah surga yang melimpah ruah sumber daya alamnya. 

Bagian dari derita itu terungkap dari Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah mengatakan bahwa program Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) rentan menjadi modus eksploitasi pekerja anak. Tak hanya bagi para pelajar pendidikan menengah saja, tapi derita ini pun sama menimpa pada pelajar perguruan tinggi, terangkum sebanyak 1.047 mahasiswa dari 33 universitas di Indonesia diduga menjadi korban eksploitasi kerja berkedok magang di Jerman, pada Oktober hingga Desember 2023. Miris dan sungguh ironis.

Terlebih di era zaman saat ini, dengan orientasi berpikirnya yang berpacu pada materi dan eksistensi. Dapat diketahui dengan ada program-program yang mengikuti sistem pendidikan dunia, bukannya menoreh tercapainya peningkatan kualitas pendidikan negeri, malah berujung tombak menjadi sarana eksploitadi pelajar/mahasiswa yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengerjar keuntungannya.

Dari eksploitasi hingga kapitalisasi, pendidikan yang merupakan hak kebutuhan dasar setiap rakyat dalam Negeri berujung luka nestapa yang diberikan oleh "penguasa" negeri sendiri. Bagaimana tidak? Jika yang terjadi adalah beban kerja yg tinggi, jam kerja overtime, tanpa gaji, tanpa jaminan keselamatan dan Kesehatan adalah makanan sehari-hari bagi para pejuang pendidikan. Seperti inilah dampak dari efek domino permasalah sistem pendidikan hari ini.

Bahaya efek domino yang mendominasi, mengantarkan pada hubungan yang serasi antara perusahan dan pihak penyelenggara pendidikan (sekolah/kampus) yakni hubungan saling menguntungkan. Akan tetapi, mirisnya yang akan menjadi korban utamanya adalah peserta didiknya. Hal demikian, menoreh keresahan yang sistemik bagi seluruh pihak. Sebab hubungan yang sudah terlanjur terjadi ini menjadi blunder masalah yang makin parah tapi, sistem hari hari ini tak mampu memberikan solusi secara menyeluruh dan tuntas menyejahterakan.

Hal paling menyedihkan lagi dalam hal ini adalah Allah tidak meridhoi sebab, makin berkuasanya orang yang zalim dan hukum Allah tak diterapkan. Padahal dalam Islam, Negara yang mengikuti hukum Islam akan menyelenggarakan pendidikan untuk mencetak generasi yang berdaya dengan kepribadian Islam, unggul, berjiwa pemimpin, berlaga sebagai agen perubahan, trampil yang akan membangun peradaban dunia yang mulia.

Dalam praktiknya, negara akan memfasilitasi sarana dan prasarana yang mumpuni, merata tanpa tumpang tindih kesenjangan sosial antar daerah. Hal ini akhirnya akan mencetak generasi yang unggul di seluruh negeri hingga ke pelosok daerahnya. Hal ini mudah diwujudkan sebab negara memiliki sumber daya untuk membiayai semuanya, tanpa hari bergantung pada pihak lain.

Selain itu sistem ekonomi Islam yang mandiri, dan dijalankan sesuai dengan sistem ekonomi syariah yang akan menjadi pedoman dalam mengatur anggaran negara. Sekalipun jika ada kerjasama dengan pihak lain, maka tidak akan mengorbankan atau menyalahgunakan program magang/PKL yang merugikan peserta didik, sebab Rahmat Allah sangat luas termasuk rizki Allah untuk setiap hamba-hambanya yang mengikuti apa yang diperintahkan-Nya, seperti yang termaktub dalam kalamullah:

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS. Al-A'raf : 96)

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Ayu Nailah
Praktisi Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update