Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Begini Penyebab Maraknya Perseteruan Keluarga

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 06:27 WIB Last Updated 2024-10-04T23:27:34Z

Tintasiyasi.ID -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menjelaskan tiga penyebab maraknya perseteruan keluarga.

 

"Ada tiga faktor penyebab maraknya perseteruan keluarga," ungkapnya dalam rubrik Family Zone: Solusi Maraknya Perseteruan Keluarga di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Selasa (01/09/2024).

 

Pertama, pengaruh dominasi sistem sekuler kapitalis. “Sekuler adalah menjauhkan nilai-nilai agama sehingga seseorang melakukan sesuatu bukan lagi pertimbangan syariat, apakah itu dibolehkan atau dihalalkan. Kalau kapitalisme adalah dorongan untuk melakukan sesuatu itu semata keuntungan materi,” ujarnya.

 

"Jadi ketika terjadi perseteruan dengan keluarga dalam hal ini dengan anak atau dengan ibu akan menaikkan rating, membuat dia viral, opini umum akan berpihak pada dia sehingga dia akan mendapatkan simpati, dia menjadi viral, dia akan punya kontribusi pada pendapatan materi. Orang akan menempuh jalan ini untuk mendapatkan keuntungan materi," terangnya.

 

Kedua, komunikasi antarkeluarga tidak harmonis. “Komunikasi antar keluarga bukan komunikasi yang harmonis, bukan komunikasi yang penuh cinta tetapi ada kebuntuan  komunikasi. Anak lebih dekat dengan temannya, pacarnya, atau komunitasnya,” urainya.

 

"Sementara dengan orang tunya itu sekadar basa basi, atau justru yang didapatkan anak di rumah itu kritikan, menjatuhkan, investigasi, sesuatu yang mengancam dia, sesuatu yang ditakutkan. Ibarat dia di rumah seolah-olah seperti mendapat pengadilan, seperti sesuatu yang akan berkonsekuensi pada hukuman, bukan kenyamanan, bukan kasih sayang, sehingga anak tidak betah di rumah," ujarnya.

 

Ketiga, hubungan antarkeluarga seperti persaingan. Adakalanya hubungan dengan anggota keluarga itu adalah hubungan ibarat saingan, ibarat musuh. Ibu bersaing dengan anak, suami bersaing dengan istri,” ungkapnya.

 

"Sehingga motivasi atau dorongan ketika berinteraksi itu bagaimana memenangkan diri sendiri, pembenaran bagi diri sendiri, dan kadang kala upaya itu justru dilakukan dengan menjatuhkan orang lain, dalam hal ini anaknya atau pasangannya," imbuhnya.

 

Solusi Islam

 

Pertama, mengembalikan konsep berumah tangga di dalam Islam. “Bukan sekadar materi semata, tetapi di situ adalah hubungan untuk beribadah kepada Allah, untuk menyalurkan kasih sayang, untuk mewujudkan sakinah, mawaddah war-rahmah yang harus dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Ada hak orang tua juga hak anak, hak suami dan juga hak istri,” sarannya.

 

"Kedua, mengubah sistem yang mendominasi dunia. Bagaimana kita mengubah sistem yang mendominasi kehidupan ini, bukan sekuler kapitalis, tetapi bagaimana mengatur kehidupan ini dengan sistem Islam. Sistem yang mendorong ketaatan bagi siapa pun, ketakutan kepada Allah. Keinginan untuk mendapatkan pahala di sisi-Nya," jelasnya.

 

Termasuk menurutnya, ketika membangun sebuah keluarga, ingin dalam berkeluarga itu menghantarkan kepada turunnya rida dan rahmat Allah. Walaupun ada ketidaknyamanannya, ada rasa sakit, tetapi tidak ada dorongan untuk membalas tetapi yang ada itu bagaimana memaafkan suami, istri, orang tua, anak demikian juga sebaliknya. Ada saling memaafkan antaranggota keluarga, karena semua mempunyai semangat yang sama ingin masuk surga bersama-sama.

 

"Jika  ada yang melakukan kesalahan bukan dijadikan senjata untuk menyerang, tetapi memiliki semangat yang sama bagaimana mengganti, mengubah yang salah jadi benar, yang buruk jadi baik. Sehingga yang terjadi adalah bagaimana suasana saling menasihati amar makruf nahi mungkar. Mengembalikan semuanya kepada ketentuannya syariat Islam," pungkasnya.[] Rina

Opini

×
Berita Terbaru Update