Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bahaya Moderasi Beragama yang Diaruskan ke Pelajar

Kamis, 03 Oktober 2024 | 18:01 WIB Last Updated 2024-10-03T11:02:16Z
TintaSiyasi.id -- Dekadensi Moral Remaja Indonesia

Berbagai fakta dekadensi moral remaja yang masih menjadi problem hampir di seluruh negara khususnya Indonesia. Mulai dari permasalahan remaja seperti kasus bullying, pergaulan bebas, kriminal, tawuran, narkoba, kekerasan, aborsi, dan berbagai kerusakan remaja lainnya. Permasalahan dekadensi moral remaja ini bukan hanya sekali atau beberapa kali terjadi di Indonesia, tapi kasusnya sangat banyak dan bahkan terus berulang.

Mengutip dari web UNICEF per Februari 2020 kasus bullying atau perundungan di kalangan pelajar di Indonesia disebutkan bahwa 41% pelajar berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan beberapa kali dalam satu bulan, baik itu berupa perundunungan dalam bentuk hinaan, kekerasan fisik, ancaman, maupun dikucilkan. (unicef.org, diakses pada 18/09/2024)

Belum lagi data kasus pergaulan bebas di kalangan pelajar mulai dari seks bebas maupun aborsi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan pendataan terhadap remaja pada tahun 2023 dan didapatkan hasil bahwa 60% remaja berusia 16-17 tahun sudah pernah melakukan hubungan seksual diluar pernikahan, pada usia 14-15 tahun sebanyak 20% dan pada usia 19-20 tahum sebanyak 20%. (solopos.com, diakses pada 18/09/2024)

Adapun data tentang kasus pada tahun 2009 saja angkanya sudah mencapai 2,3 kasus yang 30% nya adalah remaja, tentu sampai saat ini pada tahun 2024 angkanya terus meningkat. Meningkatnya kasus Kehamilan Tidak diinginkan (KTD) ini setidaknya cenderung meningkat antara 150.000 sampai 200.000 kasus dalam setiap tahunnya. (regional.kompas.com, diakses pada 19/09/2024)

Belum lagi kasus dekandensi moral remaja lainnya, seperti kasus pemerkosaan pada dua orang perempuan yang terjadi pada tahun 2022 di Bima, Nusa Tenggara Barat yang pelakunya adalah 5 orang pelajar SMP yang semuanya masih dibawah umur, mirisnya korban diperkosa secara bergantian bahkan salah satu pelaku ada yang merekam aksi bejat tersebut. (kompasiana.com, diakses pada 19/09/2024)

Dan masih banyak lagi kasus-kasus dekadensi moral remaja yang perlu menjadi perhatian serius terutama kepada pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab besar terhadap persoalan ini. Pemerintah khususnya harus memberikan respon dan solusi yang serius dan solutif untuk menyelesaikan permasalahan ini, mengingat remaja saat ini adalah para generasi yang akan melanjutkan kepemimpinan dimasa depan dan akan menentukan bagaimana arah peradaban kedepannya. Maka tentu berbagai macam masalah yang menyerang remaja ini harus dicari akar pemasalahannya.
    

Respon Pemerintah terhadap Dekadensi Moral dengan Moderasi Beragama

Sungguh miris melihat bagaimana respon pemerintah terhadap berbagai permasalahan remaja saat ini. Sebagaimana baru-baru ini kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh para istri menteri Kabinet Maju Indonesia (KIM), di antaranya Ibu Iriana Joko Widodo, Ibu Wury Ma’ruf Amin dan dihadiri oleh para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM, kegiatan ini menggaungkan moderasi beragama kepada 500 pelajar lintas agama yang berasal dari Madrasah Aliyah dan SMA se-Balikpapan yang berada di bawah naungan Kemenag dan Kemendikbudristek. Sosialiasi ini bertajuk “Sosialisasi Moderat Sejak Dini” yang dilaksanakan dengan tema “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia” yang dilaksanakan pada Rabu, 11 September 2024. Dalam sosialisasi ini Eny Retno Yaqut selaku istri dari Mneteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa moderasi beragama sengaja menyasar kalangan pelajar sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai moderasi kepada para pelajar sejak dini. Dengan nilai-nilai ini diharapkan para pelajar akan menjadi generasi yang cinta damai dan toleran. Ia juga mengatakan ada 4 sikap yang menggambarkan sikap moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan, antikekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal. (detik.com, diakses pada 19/09/2024)

Namun kenyataannya alih-alih menjadikan generasi menjadi generasi yang lebih baik, moderasi beragama justru mengancam generasi masa depan dengan liberalisasi yang sejatinya tertanam sejak dini. Maka perlu untuk dipahami lebih mendalam apa sebenarnya moderasi beragama, dan darimana asalnya. Istilah moderasi beragama pertama kali berasal dari lembaga think tank milik Amerika Serikat. Moderasi beragama ini tertulis dalam sebuah dokumen milik RAND Corporation yang berjudul “Building Moderate Muslim Networks” yang artinya “Membangun Jaringan Islam Moderat” yang terbit pada tahun 2007. Maka dari sini sangat jelas bahwa istilah Moderasi Beragama dan segala ide-idenya bukan berasal dari Islam melainkan berasal dari Barat negeri kufur. Maka apa yang diharapkan dengan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama dari Barat kepada para generasi khususnya generasi Islam yang bahkan ide dan nilai-nilainya sudah tentu bertentangan dengan syariat Islam.

Maka harapan akan hadir generasi yang cinta damai dan toleran, justru yang ada adalah generasi yang liberal dan jauh dari nilai-nilai agama Islam. Hal ini karena sikap pluralisme dimana semua agama dianggap sama dan tidak ada agama yang lebih baik atau lebih benar menjadikan generasi hanya menganggap agama hanya sebagai pelengkap identitas di administrasi semata. Belum lagi berbagai permasalahan dikalangan pelajar yang sejatinya akar masalahnya adalah jauhnya generasi dari nilai-nilai agama, akhlak dan budi pekerti justru direspon dengan penanaman nilai-nilai moderasi beragama yang malah menjauhkan generasi dari perbaikan sikap dan perilaku.


Haram Mengambil Moderasi Beragama

Sejatinya kegiatan-kegiatan sosialiasi ataupun kegiatan apapun yang mengangkat tema moderasi beragama bukanlah hal baru, karena saat ini moderasi beragama memang tengah diaruskan terutama didunia pendidikan, seperti disekolah, pesanteran maupun dilingkungan kampus. Tak hanya melalui kegiatan, bahkan dibangun juga program di kampus seperti rumah moderasi, KKN moderasi, lomba-lomba dengan tema moderasi, hingga memasukkan moderasi beragama ke dalam kurikulum pendidikan.

Moderasi beragama adalah paham berbahaya sekaligus haram untuk diambil umat Muslim. Moderasi beragama merupakan paham dan cara pandang dalam beragama secara tengah-tengah, artinya mengamalkan agama tidak berlebihan namun juga tidak meninggalkan keseluruhan. Melalui cara pandang ini, artinya umat Muslim didorong untuk tidak mengamalkan seluruh ajaran agamanya secara keseluruhan. Hanya perihal ibadah yang sifatnya privasi saja, seperti sholat, puasa, haji dan lain sebagainya. Namun perkara syariat seperti aturan ekonomi dan bernegara tidak dijalankan karena dianggap berlebihan dengan label “radikal” dan “intoleransi” tehadap umat agama lain. Belum lagi berbagai label dan framming lain yang disematkan kepada umat muslim yang ingin menerapkan Islam secara kaffah, seperti tuduhan “teroris” dan “ekstremisme” semua label yang diberikan seolah-olah umat muslim penuh dengan kekerasan dan kekejian serta sangat egois. Padahal sangat jelas bahwa perintah menerapkan Islam secara kaffah merupakan perintah dari Yang Maha Agung Allah SWT, dalam firmannya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah [2]: 208)

Maka sangat jelas bahwasanya merupakan sebuah kewajiban bagi setiap umat muslim untuk menerapkan seluruh syariat Islam, bukan hanya perihal ibadah yang sifatnya privasi melainkan juga aturan-aturan lain, karena sejatinya Islam adalah agama yang sempurna yang memiliki aturan dalam setiap aspek kehidupan. Islam memiliki aturan tentang ibadah pribadi, ekonomi, sosial, pendidikan, pernikahan, bahkan sampai politik, baik itu politik dalam negeri sampai politik luar negeri. Maka sangat wajar ketika kita melalaikan hal yang menjadi kewajiban yang akan datang justru adalah kerusakan. Seperti saat ini ketika aturan Islam dalam bidang pendidikan untuk mengatur kurikulum, bidang sosial untuk mengatur bagaimana interaksi antara laki-laki dan perempuan serta berbagai pengaruh budaya luar yang masuk kepada generasi, maupun bidang politik bagaimana negara mengatur masyaratnya sesuai dengan aturan Islam. Dapat dilihat dampaknya hari ini banyak sekali kerusakan dan kriminalitas yang terjadi, yang parahnya pelakunya adalah para pelajar yang bahkan masih dibawah umur. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Andai saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Oleh karena itu, Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu.” (TQS Al-A’raf [7]: 96)

Maka sangat jelas dan pasti bahwa moderasi beragama, cara pandang untuk menjalankan syariat Islam yang tidak “berlebihan” yang sejatinya adalah mengambil sebagian syariat Islam dan meninggalkan sebagian syariat yang lain. Mengambilnya berarti mempersiapkan diri untuk mendapatkan siksa dan hukuman dari Allah. Maka betapa bahayanya ketika moderasi beragama diberikan kepada para pelajar yang akan menjadi generasi yang meneruskan kepemimpinan di masa depan.


Agenda Barat Menghalangi Kebangkitan Islam

Maka sudah sangat jelas orientasi generasi yang ingin dibentuk dari penerapan moderasi beragama adalah generasi yang liberal, jauh dari agama, sekuler, sikap toleransi yang kebablasan, pandangannya kabur dengan agamanya sendiri, dan yang pasti generasi yang terbentuk adalah generasi yang jauh dari kata cerdas dan intelektual dan nihil generasi yang demikian dapat membawa kepada kebangkitan. Karena sekedar urusan pribadinya saja sudah rusak, baik dari pemikiran maupun sikap dan perilaku karena cara pandang yang salah. Islam tidak hanya sekedar agama melaikan juga cara pandang dalam berbuat dan berpikir. Maka hal yang urgent untuk kita lakukan saat ini adalah menyelamatkan generasi yaitu pelajar dari bahaya moderasi beragama. Kita harus memberikan kesadaran bahwa pendidikan yang berlandaskan moderasi beragama akan membentuk generasi yang sekuler dan liberal, pergaulan yang landasannya moderasi beragama akan menjadikan generasi yang jauh dari pola sikap Islam dan akhlak Islam. Generasi seharusnya diberikan gambaran bagaimana Islam sebagai agama yang sempurna akan mendatangkan kemashlahatan dan keberkahan apabila diterapkan secara sempurna. Islam diterapkan dalam diri pelajar sebagai generasi akan menjadikan generasi tersebut memiliki pola pikir dan pola sikap Islam yang begitu mulia, Islam yang diterapkan secara sempurna dalam aturan negara akan menjadikan negara tersebut menjadi negara yang makmur dan senantiasa dilimpahi keberkahan dan juga rahmat dari Allah SWT karena diterapkannya Islam secara kaffah sebagai bentuk implementasi dan realisasi kewajiban dari Allah SWT.


Islam Mencetak Generasi Emas

Islam dalam sejarah emasnya telah diterapkan dalam sebuah institusi negara yaitu Daulah Islamiyah atau biasa disebut Khilafah Islamiah dengan pemimpinnya yang disebut sebagai Khalifah. Daulah Islam ini merupakan negara yang menjadikan Islam sebagai landasan kepemimpinan dan seluruh aturan kenegaraan diatur sebagaimana aturan Islam. Mulai dari kurikulum pendidikan, aturan pergaulan, aturan ekonomi, aturan sosial, sampai kepada aturan politik, semuanya diatur sesuai dengan syariat Islam. Hal ini terbukti penerapan Islam melahirkan para generasi-generasi cemerlang dan banyak memberikan kontribusi keilmuwan sebagaimana Muhammad Al-Fatih anak muda yang berhasil melebarkan sayap kekuasaan Islam, pada masa Rasulullah SAW ada Usamah bin Zaid yang pada usia muda yaitu 18 tahun sudah diangkat oleh Nabi sebagai komandan pasukan Islam, adapula Imam Syafi’i yang pada usia belia 9 tahun sudah selesai menghafalkan al-Qur’an dan pada usia 13 tahun sudah mulai masyarakat meminta fatwa kepadanya.

Begitulah sedikit dari banyaknya kisah-kisah generasi emas yang dicetak oleh peradaban dan negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam naungan negara yang disebut Daulah Khilafah Islamiyah. Maka sekarang saatnya kita berjuang bersama demi melanjutkan kembali penerapan Islam yang sudah pernah ada selama berabad-abad dan berhasil menguasai 2/3 dunia. Semuanya tidak lain dan tidak bukan adalah dengan jalan dakwah sesuai dengan manhaj kenabian.

Wallahu a'lam. []


Oleh: Hemaridani
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update