“Belakangan ini dua tahun terakhir, baik China maupun Rusia sama-sama
ditekan oleh Amerika Serikat. Nah, tujuan Amerika jelas, yaitu ingin menahan agar baik China
maupun Rusia tidak menjadi ancaman yang menggeser kekuatan Amerika Serikat
secara global,” paparnya dalam China Jepang Di Ambang Perang? di kanal Youtube
Khilafah News, Minggu (22/09/2024).
Menurutnya, di wilayah Eropa Timur dua tahun terakhir, Ukraina menjadi
pion Amerika untuk memberi tekanan atau intimidasi pada Rusia. Taiwan di Laut
China Selatan menjadi pion bagi Amerika untuk mengontrol kekuatan China di
wilayah Laut China Selatan.
Sekalipun dalam tekanan, tambahnya, tidak membuat Amerika dan
China mengambil langkah yang serius karena masih saling bergantung antar dua
negara.
“Walaupun ada perselisihan antara Amerika dan China, tetapi
saya kira tidak sampai mengambil langkah yang lebih komprotatif. Mungkin bahasanya itu gimmick. Kenapa? karena ada ketergantungan dua
negara yang sangat tinggi baik China maupun Amerika,” tuturnya.
Ia menambahkan, banyak energi yang dikeluarkan Amerika Serikat sehingga tidak
lagi mengambil risiko meningkatkan eskalasi di Laut China Selatan.
"Amerika Serikat juga tidak mau meningkatkan eskalasi di
Laut China Selatan karena sekarang kan banyak mengeluarkan energi di Eropa
Timur membantu Ukraina, juga mengeluarkan energi di Timur Tengah membantu
Israel," pungkasnya.[] Sin