Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

UIY: Justru Dakwah Syariah Adalah Wujud Cinta Indonesia

Selasa, 10 September 2024 | 09:47 WIB Last Updated 2024-09-10T02:48:45Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi tuduhan bahwa memperjuangkan syariah tidak cinta Indonesia, Cendekiawan Muslim Ismail Yusanto (UIY) mengatakan justru dakwah syariah adalah wujud cinta kepada Indonesia.

"Melihat berbagai macam persoalan yang sedang dihadapi negeri ini, jadi kita katakan ini justru merupakan bentuk dari kecintaan kita kepada negeri ini dengan menerapkan Islam. Justru dakwah syariah adalah wujud rasa cinta kepada Indonesia," tegas UIY sapaan akrabnya di kanal YouTube UIY Official: Perjuangkan Syariah Islam, Cinta Indonesia?, Jumat (6/9/2024).

UIY menggambarkan, sederhananya cinta adalah adanya keinginan sesuatu yang dicintai bisa menjadi lebih baik. Tidak ingin yang dicintai menjadi buruk. Sebaliknya, kalau seseorang mengatakan cinta, tapi dia rela saja yang dicintai menjadi buruk dan tidak mau menjadi baik sebenarnya dia tidak cinta, meskipun dia berbusa-busa mengatakan cinta.

"Ini Negeri, menghadapi banyak masalah. Bagaimana mengatasinya? Maka orang yang betul-betul cinta kepada negeri ini pasti dia akan berpikir keras bagaimana mengatasi persoalan ini sedemikian sehingga bisa terselesaikan dengan tuntas. Diatasi dengan cara apa? Bisa A, B, C, D, E dan sebagainya gitu," paparnya.

Sebagai seorang Muslim lanjutnya, sudah seharusnya bisa melihat bahwa akar masalah dari berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia adalah karena tidak terlaksananya ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dengan kata lain negeri Indonesia tidak diatur dengan syariat Allah SWT.

"Dalam keyakinan seorang Muslim bahwa Allah itu Zat yang menciptakan alam semesta, lalu Dia menurunkan aturan, maka aturan itu ketika diterapkan dia akan membawa kepada kebaikan termasuk kebaikan kepada diri kita, keluarga dan terlebih-lebih pada bangsa dan negara ini, itu keyakinan. Tidak mungkin Allah SWT menurunkan aturan yang itu justru menimbulkan keburukan," tegasnya.

UIY melanjutkan, dengan keyakinan tersebut, maka kemudian para pengemban dakwah melakukan usaha untuk bagaimana kemudian menjelaskan aturan-aturan tersebut di dalam upaya menyelesaikan berbagai persoalan-persoalan yang dihadapi oleh Indonesia.

"Jadi, sekali lagi kita katakan bahwa ini justru merupakan bentuk dari kecintaan kita kepada negeri ini dengan menerapkan Islam. Jadi, ibarat dokter punya pasien, maka dokter yang betul-betul cinta kepada pasiennya ingin pasien itu sembuh, maka dia akan katakan jangan ini, lakukan ini, jangan itu dengan ilmu. Nah, begitu juga kita ini mengkaji Islam itu begini apalagi kemudian kita lihat bahwa yang dipakai selama ini sesuatu yang memang secara rasional sudah banyak dibuktikan itu akan menimbulkan masalah," yakinnya.

UIY memberi contoh, tentang sistem keuangan ribawi. Menurutnya, sudah banyak sekali riset yang menunjukkan bahwa riba itu sumber labilitas keuangan sebuah negara bahkan dunia. Dr. Abdul Muhsin Sulaiman dalam bukunya Ilajul Musykilah Al-Iqtisad bil Islam mengatakan, mengatasi persoalan ekonomi hanya dengan Islam. 

"Ia menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi dalam sebuah negara yang menggunakan sistem ribawi itu siklus. Jadi, dia menuju puncak pertumbuhannya, setelah sampai puncak dia jatuh lagi. Nah, siklusnya berapa? Disebutkan di situ, di dalam buku itu tergantung berbagai faktor yang lain. Kalau di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika itu disebutkan kira-kira 25 tahun, Asia Timur 25 tahun, tapi kalau Asia Tenggara kaya Indonesia ini hanya lima sampai tujuh tahun dan ternyata terbukti," ungkapnya.

UIY membeberkan, dalam riset yang dilakukan oleh ikatan ahli ekonomi Islam dalam seratus tahun terakhir Indonesia mengalami lebih dari duapuluh krisis ekonomi. Artinya, krisis ekonomi terjadi di Indonesia setiap lima tahunan. Jadi secara empirik terbukti bahwa sistem ekonomi ribawi menimbulkan keburukan.

"Lalu dari segi keyakinan, kita yakin syariat itu baik. Dari segi fakta pernah dicobakan juga bagus. Bagaimana kita kemudian dikatakan dengan usaha atau ikhtiar atau perjuangan untuk menegakkan syariat disebut kita tidak cinta? Justru ini bentuk cinta yang sangat nyata," tegasnya.

"Bahkan kita bisa balik mengatakan bahwa mereka yang mempertahankan kapitalisme sekularisme ini yang harus dikatakan tidak cinta kepada negeri ini, yang akan menghancurkan negeri ini," pungkasnya.[] Nabila Zidane

Opini

×
Berita Terbaru Update