Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tragedi Rudapaksa hingga Rajapati Marak di Kalangan Generasi: Inikah Tumbal Sekularisme Berbasis Moderasi Beragama?

Kamis, 19 September 2024 | 21:53 WIB Last Updated 2024-09-19T14:53:45Z

TintaSiyasi.id—Sampai tulisan ini dirilis, pelaku pembunuhan Nia Kumala Sari (NKS) gadis penjual gorengan masih belum ditemukan. Keluarganya di Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, bercerita tentang sosok Nia yang mempunyai impian kuliah dan ikut membantu keluarga, tetapi harapannya kandas ketika Jumat (6-9-2024) lalu hilang dan Ahad (8-9-2024) ditemukan terkubur sejauh 500 meter dari rumahnya dengan kondisi tidak berbusana. Dugaan terkuat Nia diperkosa, dihabisi, dan dikubur oleh pelaku. 

Sebanyak 4 remaja ditangkap karena jadi pelaku pembunuhan dan pemerkosaan AA (13), yang mayatnya ditemukan di Kuburan Cina, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Polisi mengungkap para pelaku ternyata sudah berencana untuk memperkosa korban. Dilansir detikSumbagsel Rabu (4/9/2024), para pelaku masing-masing berinisial IS (16), MZ (13), AS (12), dan NS (12). IS terungkap sebagai otak perbuatan bejat itu. Kapolrestabes Palembang, Kombes Harryo Sugihhartono menerangkan motif IS mencabuli korban adalah ingin melampiaskan nafsunya. Pasalnya, sebelumnya ia menonton film porno dari handphone salah satu tersangka.

Dikutip dari Okezone (17-9-2024), beredar video di media sosial aksi tak terpuji diduga pelajar yang merekam aksi pencabulan yang dilakukannya bersama seorang perempuan di bawah umur. Dalam rekaman tersebut, pelaku masih menggunakan seragam putih abu-abu yang identik dengan seragam sekolah menengah atas (SMA).

Di saat berbagai masalah kejahatan, dari rudapaksa hingga rajapati melanda generasi, pemerintah tidak henti-hentinya dan tidak pernah lelah menguatkan kampanye moderasi beragama baik pelajar maupun mahasiswa. Dikutip dari kompas.com (11-9-2024), Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi) akan menyosialisasikan moderasi sejak dini di madrasah, Kota Balikpapan, Rabu (11/9/2024). Dalam kegiatan sosialisasi ini, Iriana didampingi Wury Ma'ruf Amin dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE-KIM). Katanya, mereka ingin menanamkan moderasi beragama sejak dini. Padahal moderasi beragama adalah cikal bakal seseorang berperilaku sekuler, seenaknya, serba bebas, dan tidak mau terikat dengan aturan apa pun. 

Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, pemerintah dapat membentuk para pelajar yang cinta damai dan toleran. Namun, faktanya jauh panggang dari api. Generasi hari ini suka melakukan perundungan, boro-boro cinta damai, justru cenderung bertindak anarkis, sulit diatur, diarahkan, dan pemuja kebebasan. Generasi hari ini juga tidak toleran, mereka memang toleran terhadap umat beragama lain, tetapi tidak toleran dengan sesama umat Islam. Mereka yang taat terhadap syariat Islam, tidak lekang dari stempel radikal dan ekstrem.

Di Balik Masifnya Kampanye Moderasi Beragama

Kegiatan 'Sosialisasi Moderat Sejak Dini' ini mengangkat tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia" di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (11-9-2024). Kegiatan ini diikuti sebanyak 500 pelajar lintas agama dari sekolah madrasah aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan yang bernaung di bawah Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Itulah acara yang dihadiri Ibu Negara Iriana Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Wury Ma'ruf Amin, kegiatan ini juga dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju (KIM).

Ada beberapa catatan kritis terkait kampanye moderasi beragama yang masif digaungkan di berbagai kalangan. Pertama, propaganda moderasi beragama adalah agenda global yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk menangkal radikalisme. Hanya saja diketahui radikalisme selalu menyasar Islam, sehingga kampanye moderasi beragama bertujuan untuk mencabut pengaruh Islam dari benak kaum muslim. 

Kedua, patut diduga kampanye moderasi beragama masih memiliki benang merah atas kunjungan Paus Fransiskus awal September 2024 lalu. Kedatangan Paus ke Indonesia sebenarnya berupaya menguatkan tren moderasi beragama yang digaungkan Barat. Tindak lanjut dari kedatangan Paus adalah mengukuhkan moderasi beragama yang meniscayakan kekacauan akidah dan hilangnya identitas muslim penduduk mayoritas di Indonesia. 

Ketiga, agenda sekularisasi dan liberalisasi generasi. Profil moderat yang digembar-gemborkan ini mencabut akidah muslim karena mencekokkan jalan tengah yang membuat umat Islam mengabaikan bangunan akidah yang kuat dan pelaksanaan syariat Islam secara totalitas. Keempat, agenda penjajahan secara pemikiran terhadap umat manusia. Fitrahnya manusia adalah beriman dan bertakwa kepada Allah taala, tetapi moderasi beragama mengajak manusia membangkang kepada kepada Allah dengan mengabaikan syariat Islam. 

Kelima, upaya mencegah kebangkitan kaum muslim. Bangkitnya kaum Muslim adalah dari pemikirannya. Jika kaum muslim dininabobokan dengan paham-paham sekuler dan liberal, bagaimana bisa bangkit? Alih-alih taat, justru mereka menjadi pembebek budaya Barat dan pengikut ajaran-ajaran yang dilahirkan ideologi kapitalisme. Misalnya, pluralisme menganggap semua agama benar; hedonisme, menggunakan hidup hanya untuk bersenang-senang dan memenuhi hawa nafsunya; sekularisme, pangkal dari ide dasar kapitalisme; liberalisme yang membuat manusia sulit diatur dan bertindak layaknya hewan yang tidak punya akal. 

Akar masalah dari semua ini adalah kebencian dan dendam kaum kafir Barat penjajah yang tidak pernah padam. Allah taala berfirman dalam surah Al-Imran ayat 118, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya."

Mereka melakukan agenda dan propaganda besar hanya untuk menuruti hawa nafsunya semata yakni menghancurkan Islam. Sekarang layakkah umat Islam bergelimang pemikiran dan aturan yang tidak pernah lahir dalam bangunan akidah Islam? Sungguh moderasi beragama adalah ide lahir yang bertentangan dengan Islam dan dilahirkan oleh ideologi kapitalisme untuk memporak-porandakan pemikiran Islam. Begitu pun kehidupan yang hari ini diatur dengan sistem sekuler demokrasi telah membuat kerusakan moral yang tersistematis.

Dampak Kampanye Moderasi Beragama terhadap Aspek Politik, Pendidikan, dan Sosial

Dampak kampanye moderasi beragama sebenarnya tidak main-main dan cukup serius. Secara politik, dampaknya adalah sebagai berikut. Pertama, Indonesia sebagai negeri muslim menjadi target dan tujuan Barat untuk melakukan penjajahan gaya baru (neokolonialisme). Agar umat Islam di sana adem ayem tidak melakukan perlawanan dengan segala daya upaya, umat mayoritas di negeri ini dininabobokan dengan sistem kehidupan sekuler dan moderasi beragama. Seolah-olah Barat itu kuat, superior, dan patut dijadikan teladan. Padahal Barat adalah monster jahat yang melakukan kekacauan di dunia ini dengan kezaliman yang dia lakukan tiada henti. 

Misalnya, perampokan sumber daya alam atas nama kerja sama dan investasi; pembodohan umat dengan berbagai gaya hidup dan gagasan-gagasannya yang dilahirkan ideologi kapitalisme; promosi undang-undang Barat yang dijadikan kiblat negeri-negeri muslim; penjajahan fisik atas nama institusi Yahudi di Palestina atau di negeri-negeri Timur Tengah. Semua itu dilakukan dalam rangka menuruti keserakahan dan kerakusan kapitalisme saat ini. 

Kedua, aspek pendidikan. Gagasan-gagasan Barat seperti moderasi beragama masuk ke dalam kurikulum pendidikan dan dikampanyekan oleh ibu negara. Dampaknya adalah kerusakan generasi secara sistematis dan struktural terjadi. Tidak akan mungkin tujuan pendidikan terwujud, justru tujuan Barat merusak generasi yang tercipta. Generasi salah asuhan, inginnya citra kebaikan yang dibangun, tetapi malah menjelma monster-monster yang jahat, mereka tak segan-segan melakukan perundungan, kekerasan, bahkan pemerkosaan hingga pembunuban. 

Ketiga, dampak sosial adalah hancurnya kepribadian masyarakat, maraknya kejahatan, kasus kriminalitas yang dilakukan oleh bocil (bocah cilik). Bocil-bocil sudah melakukan kejahatan seperti di Palembang, pemerkosaan dan pembunuhan. Mau sampai berapa kasus lagi pemerintah sadar bahwa moderasi beragama yang mereka dengungkan telah membuat generasi keluar dari koridor Islam dan bermetamorfosis menjadi monster yang merusak dunia? 

Dampak moderasi beragama sangat serius dan perlu dijadikan perhatian khusus. Bagaimana akan lahir generasi unggul kalau dia setengag-setengah dalam ber-Islam kafah? Bagaimana terbina generasi emas jika mereka dimabukkan dengan sistem sekuler yang memuja moderasi beragama? Moderasi beragama adalah sumber malapetaka pemikiran umat, karena membentuk generasi yang tidak mau ngaji dan tidak mau taat agama, mereka bangga dengan penyimpangan yang sudah menjadi tren kebanyakan orang dan dipromosikan Barat.

Strategi Islam dalam Mencetak Generasi Unggul

Tidak mungkin generasi emas ataupun unggul tercipta dari sistem sekuler kapitalisme. Tidak mungkin! Seribu jalan yang kau lakukan, hanya kerusakan dan kekacauan yang akan menjelma dalam tatanan kehidupan ideologi kapitalisme. Begitu pula dengan moderasi beragama, tidak akan mungkin lahir generasi saleh yang bertakwa jika memakai kendaraan moderasi beragama. Karena moderasi beragama ide dasarnya adalah pembangkangan terhadap agama dan pengingkaran akan aturan-aturan yang telah Allah taala turunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Untuk mewujudkan generasi emas satu-satunya adalah dengan kristalisasi akidah Islam dan penerapan syariat Islam secara keseluruhan. Mengapa? Karena untuk melahirkan generasi emas butuh dukungan sistem kehidupan yang paripurna. Berikut strategi Islam dalam mencetak generasi unggul. Pertama, penanaman akidah sejak dini, keluarga, masyarakat, dan negara menjadi pilar pengukuh kristalisasi akidah Islam di tengah-tengah umat, sehingga generasi unggul dapat lahir dan lestari dalam sistem kehidupan Islam.

Kedua, pendidikan diselenggarakan secara cuma-cuma. Tidak mungkin negara bisa menyelenggarakan pendidikan gratis kalau tidak memiliki sistem ekonomi yang kuat. Satu-satunya sistem ekonomi yang kuat dan selamat adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam terbukti anti krisis dan adil, sehingga hanya dengan penerapan sistem ekonomi Islam, pendidikan gratis dan kesejahteraan dapat diwujudkan. 

Ketiga, optimalisasi fasilitas, infrastruktur, sarana, dan prasarana pendidikan. Sistem pendidikan Islam ini jelas tak bisa berdiri sendiri, harus ditopang oleh sistem ekonomi dan politik yang sehaluan, apalagi kalau bukan sistem islam. Tentu jika kita membicarakan sistem islam maka tidak lain adalah khilafah. Kebijakan negara Khilafah akan mengupayakan fasilitas, sarana prasarana, dan menjamin kesejahteraan tenaga pendidik. Infrastruktur pendidikan akan dibangun guna mendukung suksesnya tujuan pendidikan Islam.

Keempat, kontrol dan pengawasan keluarga, masyarakat, dan negara berjalan. Dalam kehidupan Islam dibudayakan amar makruf nahi mungkar. Hal inilah yang menyebabkan kontrol masyarakat jalan, andaikan terjadi pelanggaran, negara menegakkan hukum Islam secara adil. Sehingga dakwah dan penegakan hukum Islam menjaga akal, jiwa, dan harta umat. Kelima, pemberdayaan sumber daya manusia untuk mengelola dan memaksimalkan potensi sumber daya alam. Sistem Islam membebaskan kaum Muslim untuk belajar sains dan teknologi, tetapi sebelum fokus ke sana, pelajar harus memiliki akidah yang mantap. Sehingga, mereka mempelajari sains dan teknologi bukan untuk iseng, tetapi untuk memajukan negara dan kemaslahatan umat. 

Keenam, kajian Islam dan penguatan tsaqofah Islam adalah tanggung jawab negara, masyarakat, dan keluarga. Sehingga semuanya bersatu padu untuk memperkaya khazanah Islam umat demi syiar dan Islam. Ketujuh, negara menjaga umatnya dari tontonan, media sosial, atau apa pun yang berpotensi merusak generasi. Selain itu, ada sanksi yang tegas terhadap penyebaran konten-konten negatif yang merusak akal dan jiwa. Di sini perlu ditopang penegakan hukum terhadap segala hal yang merusak jiwa dan akal. 

Oleh karena itu, hal itu tidak akan mampu terwujud jika hanya menegakkan satu aspek saja dalam Islam, melainkan harus menegakkan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan dengan sistem khilafah Islam. Harapannya dari sini lahir generasi tangguh dan berpengaruh yang siap menguatkan syiar Islam di muka bumi, sehingga Islam rahmatanlilalamin benar-benar terwujud di muka bumi ini.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama. Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, pemerintah dapat membentuk para pelajar yang cinta damai dan toleran. Namun, faktanya jauh panggang dari api. Generasi hari ini suka melakukan perundungan, boro-boro cinta damai, justru cenderung bertindak anarkis, sulit diatur, diarahkan, dan pemuja kebebasan. Generasi hari ini juga tidak toleran, mereka memang toleran terhadap umat beragama lain, tetapi tidak toleran dengan sesama umat Islam. Mereka yang taat terhadap syariat Islam, tidak lekang dari stempel radikal dan ekstrem.

Kedua. Dampak moderasi beragama sangat serius dan perlu dijadikan perhatian khusus. Bagaimana akan lahir generasi unggul kalau dia setengag-setengah dalam ber-Islam kafah? Bagaimana terbina generasi emas jika mereka dimabukkan dengan sistem sekuler yang memuja moderasi beragama? Moderasi beragama adalah sumber malapetaka pemikiran umat, karena membentuk generasi yang tidak mau ngaji dan tidak mau taat agama, mereka bangga dengan penyimpangan yang sudah menjadi tren kebanyakan orang dan dipromosikan Barat.

Ketiga. Tidak mungkin generasi emas ataupun unggul tercipta dari sistem sekuler kapitalisme. Tidak mungkin! Seribu jalan yang kau lakukan, hanya kerusakan dan kekacauan yang akan menjelma dalam tatanan kehidupan ideologi kapitalisme. Begitu pula dengan moderasi beragama, tidak akan mungkin lahir generasi saleh yang bertakwa jika memakai kendaraan moderasi beragama. Karena moderasi beragama ide dasarnya adalah pembangkangan terhadap agama dan pengingkaran akan aturan-aturan yang telah Allah taala turunkan kepada Nabi Muhammad saw. Untuk mewujudkan generasi emas satu-satunya adalah dengan kristalisasi akidah Islam dan penerapan syariat Islam secara keseluruhan. Mengapa? Karena untuk melahirkan generasi emas butuh dukungan sistem kehidupan yang paripurna. 


Oleh. Ika Mawarningtyas (Direktur Mutiara Umat Institute)

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO. Rabu, 18 September 2024. Di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum. #Lamrad #LiveOpperessedOrRiseAgainst

Opini

×
Berita Terbaru Update