Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Faktor Pemicu Utama Terjadinya Perundungan

Jumat, 13 September 2024 | 05:48 WIB Last Updated 2024-09-12T22:48:59Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi perundungan yang menimpa dr. Aulia Risma Lestari yang berakhir pada perbuatan bunuh diri, Direktur Mutiara Umat Institute Ika Mawarningtyas mengungkapkan ada tiga faktor pemicu utama terjadinya perundungan.

"Ada tiga faktor utama pemicu terjadinya perundungan," ungkapnya dalam Kritik ke-31: Dugaan Perundungan Mahasiswa PPDS, Inikah Dampak Pendidikan Sekuler?, Kamis (5/9/2024) di YouTube TintaSiyasi Channel.

Pertama, perundungan terjadi karena senioritas. Senioritas adalah keadaan ketika seseorang memiliki kedudukan yang lebih tinggi pada segi usia, ilmu, jenjang pendidikan, pengalaman, atau pangkat yang mereka miliki. Umumnya, seseorang yang dianggap senior akan selalu dihormati oleh orang lain di bawahnya. Namun, bagi senior yang angkuh, kedudukan tinggi yang dimiliki justru digunakan untuk menindas juniornya.

"Sudah sepatutnya junior menghormati senior dan sudah selayaknya senior menyayangi yang muda, terkadang hal itu tidak terjadi. Justru senior menunjukkan kesombongannya dengan memperlakukan semena-mena kepada junior, bahkan sampai menyuruh-nyuruh, memukul, memalak, dan sebagainya hingga junior tertekan akan sikap senior. Parahnya, ada yang sampai meninggal akibat dirundung seniornya. Inilah bahaya senioritas," jelasnya.

Kedua, yakni tradisi merundung yang diwariskan turun temurun. Seolah-olah tradisi merundung adalah warisan dari senior terdahulu. 

"Jadi, jika dulu jadi junior dirundung, besok ketika sudah menjadi senior, harus merundung juniornya. Mereka memelihara dendam dan mewariskan dendam kepada juniornya. Dendam untuk dibalaskan secara turun temurun dan tiada akhir rantai dendam ini, hingga seiring berjalannya waktu perundungan berakhir pembunuhan," lanjutnya.

Ketiga, sistem. Sistem sekuler hari ini yang menihilkan peran agama telah membuat manusia yang seharusnya berperikemanusiaan menjadi berperikehewanan. Mereka melakukan perundungan ugal-ugalan, sampai tidak memikirkan bagaimana masa depan junior yang dirundung.

"Tidak memikirkan kalau mereka punya hak untuk disayangi dan keluarga yang menyayangi mereka, tidak memikirkan dosa apa yang akan dia dapat jika menzalimi seseorang yang tidak bersalah. Bahkan, kecupuan atau keluguan atau kekurangan fisik junior menjadi lahan basah senior untuk meluapkan emosi dalam bentuk perundungan," lanjutnya.

Ia menyarankan, negara harus memutus rantai sistem perundungan yang terjadi di berbagai lembaga pendidikan. Karena bisa hancur generasi ke depan jika kasus bullying terus terjadi. 

"Bagaimana seorang dokter bisa tangguh menyelesaikan berbagai penyakit yang menimpa masyarakat jika jiwa mereka rapuh akibat dirundung senior. Itu baru di kampus kedokteran, bagaimana di kampus lain? Kampus teknik, sastra, hukum, ekonomi, dan sebagainya? Lalu bagaimana kasus perundungan yang terjadi di sekolah, akademi militer, pondok, dan masih banyak lagi?" tanyanya.

Ia juga menekankan untuk menguatkan mental generasi, bukan dengan merundung yang membuat mental mereka rusak. Laksana tangan besi yang tidak punya perasaan karena pembiaran perundungan terus terjadi.

"Meningkatkan mental generasi dengan menguatkan keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT., bukan malah melakukan perundungan," tandasnya.[] Isty Da'iyah

Opini

×
Berita Terbaru Update