TintaSiyasi.id -- "Sibuk taat kepada-Nya pasti dijaga oleh Allah" adalah sebuah keyakinan dalam Islam yang menyiratkan bahwa ketika seseorang secara konsisten menjalani hidupnya dengan berpegang pada perintah dan larangan Allah, ia akan mendapatkan perlindungan, bimbingan, dan rahmat dari-Nya.
Berikut beberapa makna penting dari pernyataan ini:
1. Ketaatan Membawa Perlindungan
Ketika seorang hamba bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah, seperti melaksanakan shalat, berpuasa, berbuat baik kepada sesama, dan menjauhi perbuatan yang dilarang, Allah menjanjikan penjagaan atas dirinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an, "Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar" (QS. At-Talaq: 2). Ini menunjukkan bahwa ketaatan dan ketakwaan akan membawa pertolongan dan perlindungan dari Allah dalam segala urusan.
2. Hidup dalam Rida Allah
Ketaatan kepada Allah tidak hanya mencakup aspek ritual ibadah, tetapi juga mencakup perilaku sehari-hari seperti berbuat jujur, adil, dan menjaga amanah. Ketika kita sibuk dengan hal-hal yang diridhai oleh Allah, kita secara otomatis berada dalam perlindungan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Setiap tindakan baik yang dilakukan dengan niat ikhlas akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
3. Keikhlasan dalam Ketaatan
Orang yang sibuk dalam ketaatan kepada Allah melakukannya dengan hati yang ikhlas, bukan karena ingin dipuji atau mendapatkan keuntungan duniawi. Dalam keadaan seperti ini, Allah yang Maha Mengetahui hati manusia akan menjaga dan memberikan keberkahan dalam hidupnya, bahkan di saat orang tersebut mungkin menghadapi ujian atau cobaan.
4. Jaminan Pertolongan dari Allah
Dalam Islam, ketika seorang hamba bersungguh-sungguh mengikuti ajaran Allah dan menjadikan hidupnya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya, Allah akan menurunkan pertolongan-Nya. Ini bisa berupa penjagaan dari mara bahaya, kekuatan dalam menghadapi masalah, atau ketenangan hati di tengah kesulitan. Sesuai firman Allah, "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (QS. Al-Baqarah: 153).
Dengan kata lain, kesibukan dalam ketaatan tidak hanya mendatangkan ridha Allah, tetapi juga penjagaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.
Rasulullah SAW bersabda, "Jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu."
Sabda Rasulullah SAW, “Jagalah Allah, niscaya Dia menjagamu” adalah bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma. Hadits ini menyampaikan pesan yang sangat mendalam tentang hubungan antara manusia dengan Allah SWT, dan bagaimana komitmen dalam ketaatan kepada-Nya akan mendatangkan penjagaan serta pertolongan dari Allah.
Berikut penjelasan makna dari sabda ini:
1. Menjaga Allah Berarti Menjaga Perintah dan Larangan-Nya
Makna "jagalah Allah" bukan berarti menjaga Allah secara fisik, tetapi menjaga perintah-perintah-Nya, hukum-hukum-Nya, dan larangan-larangan-Nya. Ini mencakup:
• Melaksanakan kewajiban ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
• Menjauhi larangan Allah seperti perbuatan dosa dan maksiat.
• Selalu berusaha untuk tetap dalam jalan ketaatan, menjaga hati, lisan, dan perbuatan agar sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan menjaga ketaatan kepada Allah, kita menempatkan diri kita dalam posisi untuk selalu dekat dengan-Nya dan senantiasa berada dalam keridhaan-Nya.
2. Allah Akan Menjaga Hamba-Nya
Lanjutan hadits ini, "niscaya Dia menjagamu", bermakna bahwa siapa pun yang menjaga perintah Allah, Allah akan menjaganya dalam berbagai aspek kehidupan:
• Penjagaan fisik dan batin: Allah akan menjaga kita dari bahaya, kesulitan, dan kejahatan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
• Penjagaan agama: Allah juga menjaga iman kita, hati kita, dan melindungi kita dari tergelincir ke dalam dosa atau kesesatan.
• Pertolongan di dunia dan akhirat: Siapa yang bersungguh-sungguh dalam menjaga hak-hak Allah, Allah akan memberikan pertolongan dan keberkahan dalam hidupnya, serta keselamatan di akhirat.
3. Keterkaitan dengan Takdir dan Ketakwaan
Hadits ini juga mengajarkan bahwa dengan menjaga hubungan kita dengan Allah, kita akan selalu berada dalam lindungan-Nya, meskipun kita mengalami berbagai ujian. Allah menjanjikan bahwa mereka yang bertakwa akan selalu mendapatkan jalan keluar dari kesulitan, sebagaimana firman-Nya: "Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka" (QS. At-Talaq: 2-3).
4. Makna Spiritual
Secara spiritual, hadits ini mengajarkan bahwa menjaga Allah berarti menjadikan hubungan dengan-Nya sebagai prioritas utama dalam hidup. Dengan demikian, hati akan dipenuhi ketenangan, keberanian, dan keikhlasan. Penjagaan Allah ini tidak hanya fisik, tetapi juga mencakup penjagaan ruhani, menjaga hati dari kekhawatiran yang berlebihan, serta memberikan rasa damai meskipun berada dalam cobaan.
Hadits ini memberikan pelajaran penting bahwa kesetiaan dan ketaatan kepada Allah akan membuahkan penjagaan dan perlindungan yang sempurna dari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Seorang ulama salaf mengatakan, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, ia telah menjaga dirinya, dan barangsiapa mengabaikan takwa, ia telah mengabaikan dirinya dan Allah tidaklah butuh kepada-Nya.”
Pernyataan ini menekankan pentingnya takwa dalam kehidupan
seorang Muslim. Takwa adalah bentuk kesadaran akan Allah yang diiringi dengan upaya menjaga diri dari segala bentuk dosa dan maksiat, serta berusaha untuk selalu berada dalam ketaatan kepada-Nya.
Berikut penjelasan dari kalimat tersebut:
1. Barangsiapa Bertakwa kepada Allah, Ia Telah Menjaga Dirinya
Bertakwa berarti melindungi diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah. Orang yang bertakwa senantiasa berusaha untuk hidup sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam melakukan hal ini, ia bukan hanya menjaga ketaatan kepada Allah, tetapi juga menjaga kebaikan dirinya sendiri:
• Menjaga hati dari kerusakan moral, kebencian, dan penyakit hati seperti sombong dan iri.
• Menjaga akhlak dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga menciptakan hubungan yang baik dan harmonis.
• Menjaga jiwa dari keburukan yang akan membawa kerugian, baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan bertakwa, seseorang sebenarnya melindungi dirinya dari akibat-akibat buruk, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Allah SWT berfirman, “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya jalan keluar” (QS. At-Talaq: 2).
2. Barang siapa Mengabaikan Takwa, Ia Telah Mengabaikan Dirinya Sendiri
Orang yang mengabaikan takwa berarti tidak peduli terhadap perintah dan larangan Allah. Mereka tidak menjaga diri dari perbuatan dosa atau maksiat, yang pada akhirnya menyebabkan kerugian bagi diri sendiri:
• Kerugian duniawi: Ketika seseorang tidak peduli terhadap takwa, ia mungkin mengalami masalah dalam hidup seperti ketidaktenangan batin, kerusakan hubungan, atau dampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan.
• Kerugian akhirat: Mengabaikan takwa berarti juga mengabaikan keselamatan di akhirat, yang merupakan kehidupan kekal.
Orang yang tidak bertakwa sebenarnya sedang merusak dirinya sendiri, karena mereka menempatkan diri dalam posisi yang jauh dari rahmat dan perlindungan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an, “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itu sendiri yang menzalimi dirinya sendiri” (QS. Yunus: 44).
3. Allah Tidak Butuh Kepada-Nya
Allah SWT adalah Maha Kaya (Al-Ghani), dan tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, manusia yang butuh kepada Allah. Ketika seseorang tidak bertakwa atau tidak menaati Allah, ia tidak merugikan Allah sedikit pun, melainkan merugikan dirinya sendiri.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri petunjuk. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri makan.
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan bisa membahayakan-Ku sehingga kalian bisa mencelakakan-Ku, dan kalian tidak akan bisa memberikan manfaat kepada-Ku sehingga bisa memberi manfaat kepada-Ku." (HR. Muslim)
Allah tidak memerlukan ketaatan kita, tetapi kita yang butuh kepada-Nya untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka, orang yang mengabaikan takwa adalah orang yang mengabaikan kebutuhannya sendiri akan pertolongan dan rahmat Allah.
Kesimpulan
Pernyataan ini menegaskan bahwa takwa adalah perlindungan bagi diri sendiri. Dengan bertakwa, kita menjaga diri dari kerugian duniawi dan akhirat, sementara mengabaikan takwa berarti mengabaikan diri sendiri dan menyebabkan kerugian besar. Allah tidak memerlukan ketaatan kita, namun kita sangat membutuhkan petunjuk dan perlindungan-Nya untuk kebahagiaan yang hakiki.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritua. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo