Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Rusaknya Bangunan Keluarga Akibat Penerapan Sistem Sekuler Kapitalisme, Benarkah?

Jumat, 13 September 2024 | 09:58 WIB Last Updated 2024-09-13T02:58:32Z

TintaSiyasi.id -- Apalah daya bunda mengandung, anak meninggal dalam keadaan tak beruntung. Pribahasa ini cukup mengambarkan keadaan sebagian kehidupan manusia saat ini. Amarah mudah sekali membuncah, hingga tak lagi mampu menguasai diri. Lalu nekad menghunus bilah hingga nyawa terkapar tak berdaya. Harga nyawa dianggap murah, melayang di tangan siapa saja meski korban bisa saja tidak berdosa. 

Seperti kisah tragis dalam lingkungan keluarga baru-baru ini, peristiwa mengerikan terjadi di Jalan Sepakat RT 46, Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balik Papan Barat, pada Jum’at 23 Agustus 2024. Seorang anak yang bernama AR tega membunuh ibu kandungnya sendiri bernama Hj RK. Pelaku diduga mengalami gangguan kejiwaan, ia menebas leher ibunya menggunakan parang. Lalu AR melarikan diri dengan menenteng sebilah parang. Sontak, membuat warga sekitar geger dan resah. (prokal.co, 24 Agustus 2024)

Kasus pembunuhan dalam keluarga juga terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat. Seorang anak yang bernama Nizam Ahmad Alfahri (6 tahun) tewas setelah dianiaya oleh ibu tirinya, Iftahurrahmah (24 tahun). Korban ditemukan pada Kamis, 22 Agustus 2024. Korban ditemukan dengan kondisi mengenaskan terbungkus di dalam karung. Ternyata, selama ini korban sering mendapatkan penyiksaan fisik dari pelaku. Motif pelaku mengahbisi nyawa korban lantaran cemburu karena sang ayah tidak perhatian kepada pelaku pada saat hamil. (daerah.sindonews.com, 24 Agustus 2024)

Peristiwa penganiayaann yang berujung pada kematian juga terjadi di Desa Kasugengan Kidul, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon pada Jumat, 23 Agustus 2024. Seorang anak yang berinisial K (22 tahun) tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, yaitu Jana (52 tahun). Bukan hanya itu, K juga melukai adik perempuannya. (metrotvnews.com, 24 Agustus 2024)

Sungguh miris, peristiwa bunuh membunuh sepertinya tak pernah usai. Bahkan pembunuhan terjadi diruang lingkup keluarga. Media sosial kita sering kali disuguhkan dengan berita-berita yang menyayat hati. Tentu banyak faktor pemicu, mulai dari rasa kecewa, dendam, amarah, sakit hati, masalah ekonomi, percintaan dan lain sebagainya. Kehidupan yang serba bebas saat ini melahirkan manusia-manusia yang nir adab dan tak punya belas kasih. Nyawa seseorang dianggap murah harganya bahkan tak berharga. 

Semua ini tidak terlepas dari sistem kehidupan yang diterapkan hari ini. Penerapan sistem sekularisme-kapitalisme membuat hubungan keluarga kalah dengan materi. Kapitalisme dengan asas sekularisme yakni pemisahan agama dengan kehidupan, telah merubah orientasi kehidupan manusia adalah materi. Baik itu harta, jabatan, popularitas dan hingga kepuasan atas prilaku yang diinginkan dan disukainya. Pada sistem ini manusia dididik dan dibentuk dengan pemahaman yang salah. Ketidakpahaman manusia terkait orientasi tentang makna kehidupan telah membuat manusia kehilangan arah. Pemisahan agama dalam kehidupan menjadikan agama tidak lagi mampu menjadi rem untuk menghentikan jiwa brutal yang dimiliki manusia.

Di samping itu, memisahkan agama dalam kehidupan juga menghasilkan manusia yang ketika berbuat tidak lagi memperhatikan apakah sesuai petunjuk Al-Qur’an atau tidak. Sekularisme juga menjadikan emosi seseorang tidak stabil, mudah menggebu-gebu hingga berujung pada aktivitas menyimpang. Kegagalan meraih materi, hubungan keluarga diabaikan sehingga tega melakukan tindak kekerasan yang berujung pada kematian. 

Banyaknya kasus pembunuhan yang terjadi diantara anggota keluarga menunjukkan bahwa jenis kriminalitas ini telah menjadi fenomena dalam kehidupan kita saat ini. Penyebabnya bukan hanya dari aspek internal saja, tetapi juga aspek eksternal yang sistemik. Sungguh disadari atau tidak, negara yang memiliki wewenang untuk mengatur rakyatnya telah berperan dalam merusak atau menghilangkan hubungan antar anggota keluarga. Pasalnya, negara tidak memberikan pendidikan yang mencetak generasi yang bersakhsiyah Islam (pola pikir dan pola sikap) yang sesuai dengan Islam. Sistem pendidikan sekuler yang diterapkan hari ini menjadikan agama tidak lagi dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyusun kurikulum pendidikan. Penerapan pendidikan sekuler hari ini terbukti gagal dalam membangun hubungan di dalam keluarga untuk tunduk pada syariat. 

Dari ekonomi dan politik sekuler hari ini juga gagal dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Ini dilihat dari beratnya beban hidup rakyat, untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga sekalipun sangat sulit untuk diwujudkan. Harga barang pokok melambung tinggi, biaya kesehatan yang mahal begitupun dengan biaya pendidikan. Alhasil, ini menjadi pemicu mudahnya seseorang untuk stress dan tidak mampu mengontrol emosi.


Islam Adalah Solusi

Berbeda dengan sistem Islam yaitu khilafah. Islam menjadikan negara sebagai pengurus (raa’in) untuk menjaga fungsi dan peran keluarga. Negara akan berperan paling efektif untuk membangun dan menjaga akidah rakyatnya. Islam menjadikan umat makin dekat dengan agamanya. Sebab, tanpa agama manusia akan tersesat di dunia. Dengan memahami agama manusia akan memahami tujuan penciptaannya di muka bumi. Sehingga, seorang muslim akan terdorong untuk melakukan amal saleh karena dorongan keimanan. 

Negara Islam akan menjamin keimanan dan ketakwaan dalam diri kaum muslim. Sehingga, bangunan keluarga akan kokoh dan para anggota keluarga akan memahami hak dan kewajibannya. Negara juga akan menjaga fungsi dan peran keluaraga tersebut untuk terikat dengan hukum syarak.

Negara akan menjaga rakyatnya dari pemahaman-pemahaman sekularisme-kapitalisme untuk masuk di tengah-tengah umat, seperti paham materialistik, hedonistik, juga kesetaraan gender. Negara akan mengarahkan orientasi kehidupan rakyatnya untuk meraih ridho Allah semata, bukan materi. Peran negara negara Islam yakni khilafah dalam mewujudkan hal tersebut adalah sebagai beriut:

Pertama, melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Pendidikan dalam Islam akan mencetak generasi yang paham akan agamanya, sehingga terbentuklah kepribadian Islam di dalam dirinya. Yakni, yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. selain itu, pendidikan di dalam Islam akan memotivasi para pelajar untuk dapat berkontribusi dalam kemaslahatan umat. Karena mereka menyadari bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia. 

Para generasi yang terlahir dari pendidikan Islam akan menjadikan anak-anak tumbuh dengan rasa penuh kasih sayang kepada kedua orang tuanya. Mereka menyadari bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah perintah Allah yang wajib untuk dijalankan. Kesadaran ini akan mampu mewujudkan hubungan harmonis di dalam keluarga. 

Kedua, sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi dalam Islam akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Negara khilafah akan memudahkan para ayah dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Sedangkan, para ibu akan fokus di rumah sebagai ummun warobbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). Alhasil, para ibu akan memberikan pendidikan dan pengasuhan yang optimal kepada buah hatinya. Sehingga, anak-anak pun tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. 

Ketiga, sistem sanksi dalam islam. Islam memberikan sanksi yang tegas dan menjerakan bagi pelaku tindak kriminal. Islam melakukan kisas bagi pelaku penganiayaan dan pembunuhan. Kisas adalah pembalasan hukum yang setimpal kepada pelaku pidana. Sesungguhnya di dalam kisas ada jaminan kehidupan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT.

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) kisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Dan dalam kisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa.” (TQS Al-Baqarah [2]: 178-179)

Keempat, sistem politik dalam Islam. Negara khilafah akan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Baik perkara hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan manusia yang lain. Negara Islam akan mewujudkan maqashid syariah. Sehingga, kebaikan akan terwujud di dalam keluarga, masyarakat serta negara. 

Inilah solusi tegaknya kembali bangunan keluarga dari keterpurukannya menuju kebangkitan. Alhasil, hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia, karena hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia, yang akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam. []


Oleh: Aqila Deviana, A.Md.Keb.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update