TintaSiyasi.id -- Di masa pemerintahan ORBA(Orde Baru) yang di pimpin presiden Soeharto, mahasiswa melakukan pergerakan memaksa RI 1 untuk lengser, di akibatkan meningkatnya kerusuhan politik serta klimaks dari ketidakpuasan rakyat atas kinerja Presiden Soeharto. Pergerakan yang terjadi di tahun 1998 itu telah berhasil menurunkan presiden yang telah menjabat selama 32 tahun.
Peristiwa tahun 1998 sekarang terulang kembali. Di lansir dari Liputan6.com, Jakarta Pada Kamis, 22 Agustus 2024 ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat menggasak gedung MPR/DPR RI, MK dan Istana Negara untuk memaksa presiden Jokowi lengser dari tahta kekuasaannya. Rakyat sudah sangat geram dengan banyaknya kebijakan yang semakin hari semakin semena-mena. Kebijakan terakhir yang membuat rakyat tak lagi diam adalah revisi undang-undang pemilihan kepala daerah yang melanggar undang-undang mahkamah konstitusi (MK)
Demonstrasi besar-besaran yang di sebut " Peringatan Darurat" ini klimaks dari semua kezaliman yang di lakukan presiden Jokowi selama menjabat sebagai pimpinan negara Republik Indonesia . Dinasti Politik keluarga yang sangat berambisi di wujudkan membuatnya melabrak semua peraturan.
Sayangnya pergerakan yang di lakukan di tahun 1998 dan di tahun 2024 ini masih berdasarkan demokrasi. Lambang Garuda berwarna biru yang di simbolkan darurat menggambarkan bahwa Garuda harus segera di selamatkan. Seharusnya semua elemen masyarakat berkaca pada lelahnya mereka berjuang menurunkan presiden Orde Baru dulu tapi tak membuat rakyat sejahtera setelahnya, meski sudah berganti beberapa kali pemimpin Sampai sekarang.
Setelah Soeharto lengser di gantikan Bachruddin Jusuf Habibie, seorang Doktor Tehnik. Lalu di gantikan Abdurahman Wahid tokoh Muslim Indonesia. Di lanjutkan oleh putri ke dua Soekarno, Megawati Soekarno Putri . Setelah itu Susilo Bambang Yudoyono dari Akabri, dan sekarang Jokowi. Apakah rakyat semakin sejahtera dengan berganti-gantinya pemimpin ? Tidak bukan! Apa penyebabnya?
Mobil akan berjalan dengan baik jika mesinnya bagus, karena mobil yang di jalankan oleh supir handal sekali pun tidak akan bergerak jika mesinnya rongsokan. Begitu perumpamaannya sebuah Negara. Mesin adalah sistemnya, supir adalah pemimpinnya. Jika sistem yang di pakai untuk mengurus negara adalah sistem buatan manusia yang lemah dan terbatas, tentu saja akan menimbulkan kerusakan di semua line. Karena manusia yang membuat aturan tersebut tidak mampu mengetahui apa yang terbaik bagi manusia yang lainnya. Apalagi ini Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, sistem yang di pakai sejak kemerdekaan di kumandangkan adalah sistem dari non muslim bernama Abraham Lincoln yang di kenal sebagai bapak demokrasi. Meskipun sistem demokrasi di terapkan di seluruh negara di dunia tetap saja itu tidak menjadikan demokrasi itu sistem yang benar. Terlebih lagi di terapkan untuk umat Islam, sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Tidak ada sesuatu pun yang tidak ada peraturannya. Dari bangun tidur hal paling kecil, bangun rumah tangga sampai bangun negara di atur di dalam islam. Dan semua sudah di contohkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw.
Baginda Nabi bukan hanya menjadi kepala keluarga yang baik, bukan pula pedagang yang sukses, tapi beliau juga menjadi pemimpin perang dan seorang kepala negara. Daulah Islam yang di jalankan di Madinah dan di lanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin bukti nyata bahwa Islam punya seperangkat aturan khusus untuk mengatur negara.
Sayangnya banyak umat Islam yang belum tahu kejayaan Islam di masa lalu yang sempat menorehkan tinta emas selama 13 abad lamanya . Sehingga ketika kini ingin melakukan perubahan tidak menjadikan kejayaan Islam di masa lalu sebagai contoh untuk di terapkan kembali sistem Islam yang berasal dari ilahi. Miris memang, sejak keruntuhan khilafah terakhir di Turki Usmani yang di pecundangi oleh pengkhianat Kemal Attaturk, umat Islam berhasil di buat buta dengan sejarah agamanya sendiri. Memang itulah yang di inginkan, agar umat tak kembali bangkit memperjuangkan kejayaan Islam untuk kembali di terapkan.
Menjadi tugas para pengemban dakwah dari semua elemen termasuk remaja, juga ibu-ibu untuk mensosialisasikan masyarakat akan indahnya sistem Islam jika di terapkan untuk mengurus negara. Yang bukan hanya adil bagi umat Islam tapi juga akan sangat adil pada Umat agama lain. Umat perlu di paham kan dengan pembinaan intensif, agar paham bahwa tidak ada sistem terbaik selain sistem Islam. Jangan sampai sistem rusak ini terus di lanjutkan sampai ke anak cucu, sudah cukup semua kerusakan, dan kezaliman kita rasakan.
Kepada para pemuka agama Islam marilah bersatu, menyatukan umat, menyatukan visi misi untuk bersama memperjuangkan janji Allah akan kebangkitan kembali kejayaan Islam. Jangan lagi terpecah belah karena perbedaan masalah furu'. Jadikan semua kerusakan ini pelajaran bahwa tidak akan hidup sejahtera jika aturannya bukan dari sang pencipta.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa. Pasti kami akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami). Maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Qur'an surah Al-A'raf 96)
Wallahu'alam bishowwab
Oleh: Meutia Ekawati
Aktivis Muslimah