Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Membahayakan dan Bisa Memecah-belah Anak Bangsa

Jumat, 20 September 2024 | 07:01 WIB Last Updated 2024-09-20T00:01:56Z
TintaSiyasi.id -- Merespons kabar rencana apel besar-besaran di Tugu Proklamasi Jakarta, Ahad 22/9/2024 yang akan mengerahkan 20 ribu orang dari Pasukan Berani Mati Bela Jokowi, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky menilai hal itu berbahaya dan berpotensi memecah-belah anak bangsa.
 
"Saya pikir ini membahayakan dan mengancam sekali persatuan dan bisa memecah-belah anak bangsa, yang ujung-ujungnya bisa membuat saling berhadap-hadapan sesama anak bangsa. Dan ini bisa menimbulkan korban jiwa karena tagline-nya berani mati," tuturnya di kanal YouTube Khilafah News: Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Sulut Kerusuhan?, Rabu (18/9/2024).

Ia menegaskan, rencana aksi Pasukan Berani Mati Bela Jokowi itu bukan hanya memperkeruh suasana politik di Tanah Air yang sudah karut-marut, tetapi juga memberikan ancaman yang sangat serius. Karena, dengan embel-embel pasukan berani mati tantangannya sampai kepada pengorbanan tertinggi, yaitu kematian.

"Pengorbanan biasanya korban waktu, korban pemikiran, korban tenaga, korban harta, dan hari ini dia memberikan panggilan yaitu korban nyawa, berani mati. Nah ini menurut saya sangat riskan dan ini potensi untuk memecah-belah sesama anak bangsa," ujarnya.

Dengan risiko memecah-belah bangsa ini, menurutnya, harga yang dikeluarkan untuk mendatangkan 20.000 massa ke Jakarta guna menggelar aksi itu juga sangat mahal, bisa mencapai miliaran rupiah. Bung Roky, sapaannya, menilai, munculnya rencana aksi Pasukan Berani Mati Bela Jokowi itu hendak memberikan sinyal kepada oposisi agar tidak terlalu keras beroposan ataupun menyampaikan kritiknya. 

"Saya pikir itu pesan itu sampai. Bahwa para oposan, para oposisi harus berpikir bahwa kalau menghadapi mereka, nanti bisa bertemu dan resikonya adalah sampai kepada level berhadapan, bermusuhan berkompetisi lagi tidak sehat, dan akhirnya mereka rela terjadi korban korban harta korban darah korban jiwa bahkan karena embel-embel pasukan berani mati itu," ujarnya.

Ia menyayangkan, karena jika hal itu terjadi, para penguasa akan menikmati kekuasaannya dengan nyaman sambil menikmati kekayaan alam dan aset-aset ekonomi yang ada, kemudian menonton sesama anak bangsa saling berhadapan, satu pihak membela kekuasaan, pihak lainnya mengkritisi kekuasaan. Sementara, anak bangsa bukan sekadar ribut suara atau ribut fisik, tetapi bisa jadi sampai pada kematian karena pasukan yang dibentuk adalah pasukan berani mati.

Roky menyesalkan, semangat berani mati itu bukannya ditujukan untuk mengusir penjajah, tetapi justru memperkeruh kehidupan politik dan mengancam persatuan, potensial memecah-belah, potensial mengorbankan nyawa anak bangsa dan jelas-jelas memberikan ancaman yang serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kalau mereka mengatakan berani mati, itu menghadapi Siapa? Apakah menghadapi penjajah, mengusir penjajah Belanda, kemudian mengusir asing dan aseng yang merampas kekayaan alam di negeri ini? Tentu tidak. Karena yang dihadapi tadi, pesannya kepada para sesama anak bangsa, itu para oposisi yang melakukan kritik atau mengkritisi terhadap kekuasaan," sesalnya.

Ia berharap agar rencana tersebut jangan diteruskan. Ia meminta sesama anak bangsa saling menahan diri, berpikir lebih kreatif, lebih cerdas, dan menahan emosi. Ia juga mendorong kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan pihak yang wewenang untuk menyikapi dengan cepat. "Wabil khusus kepada Pak Jokowi yang sebagai kepala pemerintahan, kepala negara, sekaligus panglima tertinggi, harusnya menyikapi situasi ini dengan cepat dan kalau perlu dicegah untuk tidak terjadi korban yang lebih jauh, baik itu korban perasaan, korban tenaga, korban pikiran dan seterusnya," ujarnya.

Ia berpesan agar jangan sesama anak bangsa terpecah-belah sampai ada korban nyawa karena berhadapan dengan pasukan berani mati, sementara asing dan aseng leluasa menikmati kekayaan negeri.

"Jangan biarkan negeri ini terpecah-belah dan sesama bangsa saling berhadapan, sementara para asing dan aseng bisa menikmati kekayaan alam dengan leluasa," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update