Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Modernisasi Transportasi untuk Siapa?

Rabu, 04 September 2024 | 07:45 WIB Last Updated 2024-09-04T00:45:40Z

TintaSiyasi.id -- Pada pertengahan Oktober tahun lalu, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, whoosh, mulai beroperasi secara komersil, dan sukses menarik perhatian masyarakat mancanegara dengan melayani lebih dari 200.000 penumpang WNA sejak beroperasi. 

Warganegara Malaysia yang merupakan mayoritas, yang berkontribusi lebih dari 40 persen, kemudian China, Singapura, Jepang dan Australia. Mereka semua adalah penumpang WNA yang berasal dari 154 negara Asia, Eropa, Amerika Utara hingga oseania. 

Eva Chairunisa, sebagai General Manager Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), menyebut bahwa pencapaian tersebut, adalah bukti bahwa Whoosh telah menjadi simbol modernisasi transportasi yang diakui msyarakat Internasional. Kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini telah menjadi idola wisata tersendiri bagi masyarakat internasional, terlihat dari tingginya angka penumpang dari negara-negara Asia Tenggara dan Australia. Dalam konteks pemasaran secara global bagi pariwisata Indonesia, kehadiran whoosh memiliki dampak yang lebih luas. 

Menurut Asosiasi Travel Agent Indonesia, bahwa kereta cepat membantu mempromosikan pariwisata lokal, khususnya Jakarta dan Bandung. Banyak permintaan perjalanan wisata menggunakan whoosh, terutama dari pelajar dan korporasi kepada Asosiasi tersebut. Lebih dari 4 juta penumpang yang telah dilayani whoosh.

pembangunan infrastruktur, seharusnya ditujukan untuk kemaslahatan seluruh rakyat, bukan untuk mendapatkan pengakuan dunia internasional. Realitasnya, kereta cepat whoosh hanya diminati oleh segelintir masyarakat saja, karena tarifnya cukup tinggi dan jangkauan jaraknya pendek. Dari pembangunan proyek ini dapat kita lihat, bahwa pemerintah berambisi hanya untuk mengejar prestise dan gengsi, karena dengan memiliki infrastruktur tercanggih akan menjadi negara yang memiliki daya saing. Meskipun biaya pembangunan kereta cepat ini membengkak dari target awal, akan tetapi pemerintah terus menggenjot pengerjaannya, demi prestise dan gengsi di hadapan negara berkembang. 

Biaya proyek pembangunan kereta cepat ini berasal dari investasi antara konsorsium Indonesia dan China melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan didanai oleh pinjaman dari China Development Bank. Pembiayaan proyek ini membengkak yang pada awal mulanya memakan biaya USD 6,07 miliar akan tetapi biaya yang harus dikeluarkan terakir naik menjadi USD 8 miliar. Pemerintah Indonesia yang awal nya tidak akan menggunakan dana APBN, pada akhirnya menggunakan dana APBN, dikarenakan Cina tidak mau menalangi pembengkakan biaya kereta cepat tersebut, dan Cina meminta pemerintah RI untuk menanggung nya melalui dana APBN. Pada akhir nya investasi sembrono akan menggerus keuangan negara, dan utang pun semakin menumpuk. 

Kapitalisme memandang bahwa, transportasi merupakan bisnis yang akan mendatangkan keuntungan. Oleh karena itu transportasi yang seharusnya merupakan kepemilikan umum, boleh dikuasai oleh individu atau swasta, dan tentu saja fungsinya bukan lagi sebagai pelayanan umum, akan tetapi bergeser hanya untuk keuntungan, makin mahal harganya makin baik pelayanannya. 

Islam memandang bahwa, pembangunan infrastruktur harus dilakukan untuk kepentingan rakyat dan pembiayaan nya pun harus dilakukan oleh negara sebagai pengurus urusan rakyat. Dalam Islam fungsi pembangunan adalah untuk melayani dan mempermudah kepentingan rakyat, sehingga perencanaan harus matang, dan menganalisis kebijakan tersebut dampaknya bagi lingkungan. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pelaksanaan syariat islam agar terwujud nilai ruhiyah, insaniyah, dan khuluqiyah. Sehingga pelaksanaan nya tidak akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Inilah salah satu urgensi diterapkan nya syariat Islam, agar masyarakat bisa merasakan keadilan. 

Wallahu a'lam. []


Oleh: Enung Sopiah
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update