TintaSiyasi.id -- Muslimah Peduli Bogor Ustazah Sulistiawati Usman mengatakan bahwa tujuan utama Paus Fransiskus ke Indonesia beberapa waktu lalu sebagaimana diungkap oleh media Barat Associated Press (AP) adalah untuk mendesak Indonesia memerangi extremisme.
"Ada berita yang cukup mengejutkan yang nyaris tidak diungkap oleh media dalam negeri. Berita ini justru diungkap oleh media luar negeri Associated Press. Ternyata datangnya Paus ke Indoneisa yang notabene negeri mayoritas Muslim ini adalah memerangi ekstremisme. Dia menjelaskan kepada kantor berita Associated Press (AP) saat ditanya tentang maksud kunjungannya," terangnya kepada Tintasiyasi.id, Senin (9/9/2024).
Dia mengungkapkan, dalam laman beritanya, Associated Press membuat artikel berjudul "In Asia, pope urges Indonesia to live up to promise of 'harmony in diversity,' fight extremism". Disebut bagaimana Paus Fransiskus mendesak Indonesia untuk menepati janji tentang "harmoni dalam keberagaman" dan memerangi ektremisme.
"Pernyataan tersebut jelas sangat menyakiti umat Islam. Tuduhan tersebut adalah propaganda global Barat terhadap Islam dan kaum Muslim," ujarnya.
Ia mengungkaokan bahwa narasi/pernyataan itu senada dengan pernyataan George W. Bush pada 2001 sebagai kampanye global anti terorismenya, yakni; setiap negara, di setiap kawasan, sekarang harus membuat keputusan. Anda bersama kami atau Anda bersama teroris. Dan ini jelas sasarannya adalah umat Islam dan ajarannya'.
Sayangnya, kata Ummu Salamah, propaganda global tersebut malah disambut positif dengan kampanye moderasi ajaran Islam. Dengan moderasi beragama, konsep Islam tentang perang atau jihad fi sabilillah dijauhkan dari makna syariahnya, yakni perang.
"Seakan-akan dengan konsep Islam itu, ingin dijelaskan pada dunia bahwa Islam memang jahat, teroris, dan ekstrimis," mirisnya.
Penjahat Bertopeng
Disisi lain, katanya, Barat dengan demokrasinya, tidak malu lagi melindungi pembantaian manusia. Barat yang mengaku sebagai penjaga kemanusiaan dan perdamaian, telah mendukung bahkan menjaga negara teroris dan jagal seperti Israel.
"Bukankah dunia pun tak bisa mengingkari hal ini? Dunia telah menyaksikan, betapa Barat melindungi dan memberikan dukungan terhadap genosida yang dilakukan Zionis Israel. Ini menjadi bukti bahwa Barat dan demokrasinya yang telah merampas rasa damai dan keamanan di negri-negri umat Islam," jelasnya.
Menurutnya, tidak hanya kebohongan propagandanya, Barat pun menjajah, merampok minyak bumi, dan kekayaan alamnya. Mirisnya, negeri jajahannya malah dihadiahi dengan krisis demi krisis. Baik krisis kemanusiaan, maupun krisis ekonomi yang tidak berkesudahan.
"Di Indonesia sendiri, negeri yang subur makmur kaya akan bahan tambang, tetapi mayoritas rakyatnya hidup miskin. Jadi ada apa sebenarnya dengan propaganda fight extremism ini?," tanyanya.
Jangan-jangan, khawatirnya, sebenarnya kunjungan "Damai" sekadar ingin menutupi dunia akan teror Barat yang telah menyengsarakan. "Seharusnya dunia membuka mata atas kebenaran yang dirasakan manusia saat ini," tegasnya.
Sarannya, sebaiknya dunia makin cerdas melihat penyebab kerapuhan yang melanda dunia serta kekejaman terhadap kemanusiaan. Ulah dan akibat tangan siapa, jangan lempar batu sembunyi tangan. Hal tersebut adalah ungkapan tepat untuk Barat dan propagandanya.
"Mereka yang berulah, tetapi merekam juga yang menuduh pihak lain yang salah. Sungguh rapuh propaganda "perang melawan ekstermisme," tandasnya. [] Nurmilati