Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Malfungsi Keluarga Membentuk Manusia Tak Berperikemanusiaan

Jumat, 06 September 2024 | 19:48 WIB Last Updated 2024-09-06T12:48:48Z

Tintasiyasi.id.com -- Telah terjadi kasus pembunuhan seorang ibu oleh anak kandungnya sendiri di Balikpapan Barat. Sang anak diduga mengalami gangguan jiwa sehingga tega menebas leher ibunya menggunakan parang. Kejadian ini tentu menggegerkan warga sekitar. 

Di lain tempat juga terjadi kasus penyiksaan yang berakhir dengan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu tiri kepada bocah berusia 6 tahun. Sebelumnya dikabarkan kalau sang anak menghilang satu pekan lamanya. dan ternyata sang anak ditemukan dibelakang rumah dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Saat proses rekonstruksi baru diketahui bahwa anak tersebut sering mengalami penyiksaan.
 
Kasus-kasus penganiayaan dan pembunuhan yang terjadi di lingkup keluarga kian marak belakangan ini. Sungguh hal yang tragis dan memilukan karena pelaku adalah anggota keluarga terdekat. Padahal seharusnya keluarga adalah tempat pulang teraman dan ternyaman. Kasus-kasus seperti ini menunjukkan bahwa masih banyak keluarga yang malfungsi di negeri ini.
 
Keluarga sebagai miniature kecil dalam masyarakat memiliki delapan fungsi yaitu fungsi reproduksi, ekonomi, edukasi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi dan religiositas. Apabila kedelapan fungsi ini berjalan dengan baik dan optimal maka akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas.

Tetapi dari Gambaran kasus-kasus yang kian marak ini terlihat bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Banyak keluarga yang tidak memahami fungsi dan peran mereka dalam keluarga sehingga tidak terjalin sinergi antara anggota keluarga untuk membentuk bangunan keluarga yang fungsional. 

Tidak adanya rasa aman, kehidupan ekonomi yang semakin sempit, kurangnya control dan pendidikan di dalam keluarga dan banyak hal lainnya merupakan faktor cabang penyebab malfungsinya sebuah keluarga. 
 
Adapun akar masalah kasus-kasus sadis di lingkup keluarga ini adalah sistem yang diterapkan oleh negara ini. Karena pada dasarnya sistem yang diterapkan akan mempengaruhi setiap aturan dan kebijakan yang mengatur negara ini dan itu akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kualitas hidup masyarakatnya, bahkan hingga di level keluarga.

Kebijakan ekonomi yang tidak memihak rakyat membuat rakyat makin sengsara dan membuat fungsi ekonomi keluarga tidak berjalan baik. Dan dari satu faktor ini pada akhirnya akan mempengaruhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, seperti fungsi proteksi yang menjadi tumpul karena beratnya beban hidup akan mempengaruhi kondisi mental anggota keluarga.

Perasaan stress, ansietas dan kondisi gangguan mental lain akan membuat proses-proses sosial dalam keluarga tidak berjalan normal sehingga tidak tercipta rasa aman serta tidak tersampaikan dengan baik fungsi afeksi dalam keluarga. 

Padahal seharusnya jika fungsi proteksi dan afeksi berjalan dengan baik, masing-masing anggota keluarga akan merasa aman untuk menyampaikan pendapat,misalnya dan muncul rasa saling menyayangi dan menghormati.
 
Sistem kapitalis-sekuler yang mengatur negara saat ini berdasarkan pada pemisahan agama dari kehidupan. Agama hanya dijadikan sebagai ibadah ritual semata yang tidak boleh menghiasi tatanan kehidupan sosial Masyarakat.

Masalah sosial? Jangan bawa-bawa agama karena agama itu urusan privasi Masyarakat. Apalagi saat membahas masalah ekonomi dan politik. Semua diserahkan kepada manusia. Sehingga bisa dilihat dan dirasakan banyaknya aturan dan kebijakan yang saling tumpang tindih, Bukannya menciptakan solusi tapi justru menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks.

Pemimpin serta Masyarakat semakin jauh dari ajaran agama hingga pada akhirnya makin banyak kerusakan yang terjadi di muka bumi. Termasuk rusaknya tatanan keluarga. 
 
Fungsi religiositas dalam keluarga menjadi rusak, karena tidak adanya nilai-nilai agama dalam pengaturan di lingkup keluarga. Padahal keimanan seseorang itu akan sangat mempengaruhi Tindakannya. Bisa jadi mereka melakukan hal-hal yang tidak benar karena tidak ada standar benar atau salah, tidak memahami batasan halal dan haram.

Mereka bebas berbuat semaunya untuk memenuhi hawa nafsu semata. Fungsi keluarga yang rusak pada akhirnya membentuk manusia manusia yang labil karena kebutuhan dasar dan emosinya tidak terpenuhi dengan optimal. Mereka menjadi manusia penuh trauma yang membawa “sampah” emosi tanpa literasi agama yang kuat. Maka tidak heran banyak Masyarakat yang tidak bisa mengatur emosi dengan baik hingga berlaku sadis bahkan kepada keluarga sendiri.
 
Begitulah sistem kapitalis-sekuler merusak fungsi keluarga. Padahal keluarga adalah pabrik utama pembentuk manusia yang berkarakter, dibantu dengan peran negara dalam menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga terbentuklah Masyarakat yang luhur yang bisa membangun negara ini. 
 
Islam dengan sistem kehidupannya memandang bahwa keluarga adalah asset yang harus dijaga. Sehingga sistem islam akan menjaga fungsi-fungsi keluarga untuk melahirkan manusia-manusia yang berkualitas dan membentuk generasi-generasi pembebas. Sistem islam yang berlandaskan Aqidah islam akan memastikan setiap sendi kehidupan didasarkan pada aturan Yang Maha Menghidupkan, sehingga jelas mana yang halal dan haram. Tidak hanya pada tatanan makro seperti sistem ekonomi, politik dan hukum yang berlandaskan Islam, tapi juga pada tatanan mikro. 

Sistem Islam akan sangat memperhatikan individu-individu Masyarakat. Negara tidak akan membiarkan Masyarakat jatuh dalam lubang kesempitan sehingga kebutuhan dasar akan dijamin. Begitupun dengan pendidikan yang berbasis Aqidah islam, sehingga terbentuk individu-individu cerdas dengan keimanan yang kokoh. 

Penjagaan yang dilakukan oleh negara seperti ini akan menuntun masyarakat menjadi individu-individu yang beriman dan bertaqwa. Perbuatan mereka pun akan terjaga, Insyaallah.[]

Oleh: Phihaniar Insaniputri
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update