Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keluarga Harmonis Mustahil dalam Kehidupan Sekuler

Jumat, 06 September 2024 | 20:16 WIB Last Updated 2024-09-06T13:16:12Z

Tintasiyasi.id.com -- Kasus kriminalitas tak henti-hentinya mewarnai topik pemberitaan di berbagai media massa. Mirisnya lagi, ketika hal ini dilakukan antar anggota keluarga. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu yakni kasus pembunuhan Nizam Ahmad Alfahri (6) oleh ibu tirinya, IF (24) di sebuah rumah kawasan Pontianak, Kalimantan Barat, pada Sabtu siang (24/8/2024) yang menggegerkan banyak pihak. 

Dari hasil prarekonstruksi, terungkap jika korban sudah sering mengalami tindak kekerasan dari pelaku (ibu tiri). Sebelumnya, bocah malang ini dikabarkan hilang. Namun ternyata, korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan terbungkus dalam karung di rumahnya.

Dan mirisnya lagi, Polisi mengungkap jika motif pelaku menghabisi nyawa korban lantaran cemburu terhadap ayah korban karena tidak perhatian kepada pelaku saat hamil (SindoNews.com, 24/08/24).

Tak hanya itu, di Cirebon, Jawa Barat, seorang anak berinisial K (22) tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, yaitu Jana (52) dan juga melukai adik perempuannya. Awalnya, K melakukan penganiayaan terhadap adiknya, yaitu Aam. Belum diketahui alasan pelaku menganiaya adiknya.

Namun, sang adik langsung melaporkan hal tersebut kepada ayahnya. Jana mencoba menengahi masalah tersebut dan meminta K tidak melakukan penganiayaan terhadap adiknya. Alih-alih mengikuti nasehat ayah kandungnya, K malah melakukan penganiayaan kepada Jana dengan melakukan penusukan menggunakan pisau dapur hingga ayahnya tersebut tewas (metrotvnews.com, 24/08/24).

"Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga" begitu kurang lebih penggalan lirik lagu yang menggambarkan betapa peran keluarga sangatlah istimewa. Ya, keluarga yang seharusnya menjadi tempat pulang paling aman dan nyaman disaat dunia luar tak sesuai harapan.

Malah justru berubah menjadi tempat yang bisa jadi "menyeramkan" untuk sebagian orang karena keluarga tidak lagi menjalankan perannya sebagai sebuah kelompok masyarakat terkecil yang didalamnya mampu membentuk akhlak seseorang. 

Penganiayaan hingga pembunuhan yang marak dilakukan antar anggota keluarga seperti kasus diatas, adalah bukti tidak adanya lagi ikatan yang mendasari sebuah keluarga untuk bisa hidup rukun, harmonis, aman, dan nyaman. Karena rumah hanya dijadikan tempat beristirahat, bukan tempat pulang.

Artinya tidak ada komunikasi yang menguatkan hubungan antar anggota keluarga, karena ketika di rumah, semuanya sibuk dengan "dunianya". Dunia disini bisa berarti gawainya, materinya, karirnya atau hal lain yang menyebabkan masing-masing anggota keluarga menjadi pribadi yang individualis dan tidak mau saling bertukar cerita saat di rumah. 

Keluarga semacam ini adalah bentuk keluarga yang dihasilkan dari penerapan sistem sekuler-kapitalis. Artinya landasan yang digunakan yakni memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan materi sebagai orientasinya.

Sehingga, agama hanya dipakai dalam ibadah ritual saja sedangkan dalam kehidupan yang lain misalnya seperti bermasyarakat, bernegara termasuk berkeluarga, ilmu agama tidak di jadikan sebagai landasan. Hal ini yang membuat hubungan keluarga kalah dengan materi duniawi, juga emosi yang menggebu-gebu atau perasaan yang lebih di kedepankan dibandingkan akal membuat seseorang bisa kehilangan kendali dan berbuat yang tidak diinginkan.

Selain faktor internal, rusaknya hubungan antar anggota keluarga pun di picu oleh adanya faktor eksternal yang sistemik. Yakni negara yang menerapkan sistem pendidikan berasas sekulerisme, sehingga tujuannya bukan menghasilkan generasi yang berakhlak mulia. Juga sistem ekonomi kapitalis yang membuat tingginya harga bahan pokok serta mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, yang menyebabkan sulitnya keluarga muslim untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Akhirnya masyarakat mudah mengalami stress dan sulit mengontrol emosi.

Berbeda dengan sistem Islam, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam menjadikan negara sebagai raa’in, yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga. Rasulullah Saw. bersabda : "Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggungjawab terhadap rakyat yang diurusnya" (HR. Muslim dan Ahmad).

Negara tidak akan lepas tangan dalam urusan sekecil apapun, karena mengetahui perannya begitu penting dalam mengurusi urusan umat. Selain itu, Islam juga memilki sistem pendidikan berkualitas yang tujuannya yakni membentuk kepribadian Islam dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami, tentunya harus berasas akidah Islam.

Maka, penanaman akidah sedari dini begitu penting dilakukan agar menancap dengan kokoh hingga seseorang dewasa nanti. Ketika akidah Islam sudah dijadikan landasan, perbuatan-perbuatan yang melanggar syariat seperti halnya pembunuhan apalagi antar anggota keluarga, tentunya sangat tidak mungkin akan terjadi. Karena, setiap kali akan berbuat sesuatu, maka di kembalikan kepada akidah dan hukum syara, apakah perbuatan tersebut termasuk yang Allah Swt. ridhoi atau justru Allah Swt. murkai. 

Sehingga sistem Islam yang sempurna dan menyeluruh ini mampu menjaga hubungan keluarga tetap harmonis karena masing-masing anggota keluarga sudah mengetahui perannya masing-masing sesuai dengan syariat Islam. 
Wallahu a'lam bishshowwab.[]

Oleh: Umul Istiqomah
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update