Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jalan Kesalehan dan Kesuksesan Sejati

Rabu, 18 September 2024 | 14:42 WIB Last Updated 2024-09-18T07:43:04Z


TintaSiyasi.id—Sobat. Kesalehan dan kesuksesan sejati adalah dua konsep yang sering dianggap berbeda, namun sebenarnya memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi. Kesalehan merujuk pada kualitas spiritual, moral, dan integritas seseorang dalam menjalani kehidupan yang baik di hadapan Tuhan dan sesama manusia. 

Sementara kesuksesan sejati adalah pencapaian yang membawa makna mendalam, melampaui sekadar keberhasilan materi, dan didasarkan pada kebahagiaan, kedamaian batin, dan kontribusi positif bagi dunia.

1. Kesalehan: Fondasi Utama
Kesalehan melibatkan komitmen untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, termasuk kejujuran, kasih sayang, kerendahan hati, dan disiplin. Dalam banyak ajaran agama dan filosofi kehidupan, keshalihan sering dianggap sebagai kunci untuk mencapai kehidupan yang bermakna dan penuh berkah. Orang yang shaleh tidak hanya berfokus pada ibadah formal, tetapi juga pada tindakan nyata yang mencerminkan iman dan kebaikan.

• Hubungan dengan Tuhan: Keshalihan mengarahkan seseorang untuk menjaga hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui doa, meditasi, atau ibadah lainnya.
• Hubungan dengan Sesama: Orang yang shaleh juga dikenal dengan sikap rendah hati, penuh kasih, dan selalu berusaha untuk membantu sesama tanpa pamrih.

2. Kesuksesan Sejati: Lebih dari Materi
Kesuksesan sejati tidak diukur hanya dari kekayaan, kekuasaan, atau prestasi duniawi. Kesuksesan sejati adalah ketika seseorang mencapai keseimbangan dalam hidup, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Orang yang sukses sejati merasakan kebahagiaan yang mendalam karena mereka hidup sesuai dengan tujuan dan prinsip yang bermakna.

• Makna dan Tujuan: Kesuksesan sejati datang ketika kita merasa hidup kita memiliki makna dan kita menjalankan misi hidup yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

• Keseimbangan Hidup: Orang yang sukses sejati mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, ibadah, dan waktu untuk diri sendiri.

3. Hubungan antara Keshalihan dan Kesuksesan
Keshalihan sering kali membawa kepada kesuksesan sejati karena orang yang shaleh cenderung menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab, ketekunan, dan etika yang tinggi. Dengan menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama, mereka sering mendapatkan kedamaian batin, yang menjadi fondasi kuat untuk meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

• Kesuksesan yang Bermakna: Orang yang shaleh cenderung menganggap kesuksesan sebagai peluang untuk memberi manfaat bagi orang lain, bukan sekadar untuk diri sendiri.

• Ketenangan Batin: Keshalihan memberikan kedamaian batin, yang membantu seseorang menghadapi tantangan hidup dengan sikap positif dan tenang, yang pada akhirnya membawa pada kesuksesan.

4. Prinsip-Prinsip Keshalihan dan Kesuksesan

Ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan untuk mencapai keshalihan dan kesuksesan sejati:

• Kejujuran dan Integritas: Berpegang teguh pada kebenaran adalah landasan utama dalam menjalani hidup yang sukses dan penuh berkah.

• Kerja Keras dengan Niat Baik: Kesuksesan sejati diraih melalui kerja keras yang disertai dengan niat baik untuk memberi manfaat kepada diri sendiri dan orang lain.

• Sabar dan Bersyukur: Keshalihan mengajarkan untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan bersyukur atas setiap pencapaian, besar maupun kecil.

• Berbagi dan Bersedekah: Salah satu ciri keshalihan adalah kepedulian terhadap sesama. Dengan berbagi rezeki, waktu, dan ilmu, seseorang tidak hanya membantu orang lain tetapi juga memperkaya dirinya sendiri secara spiritual.

5. Kesimpulan

Keshalihan dan kesuksesan sejati berjalan seiring dalam kehidupan seseorang yang berkomitmen untuk hidup dengan integritas, kerja keras, dan niat baik. Dengan menjadikan keshalihan sebagai dasar, seseorang dapat mencapai kesuksesan yang tidak hanya terlihat dari segi materi, tetapi juga membawa kebahagiaan yang mendalam dan bermakna. Kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa menjalani hidup yang harmonis, damai, dan bermanfaat bagi orang lain serta tetap dekat dengan Tuhan.

Jadi, jalan menuju keshalihan dan kesuksesan sejati adalah perpaduan antara pengembangan spiritual, moral, dan upaya mencapai kesejahteraan hidup secara menyeluruh.

Menjaga Ketaatan dalam Perspektif Al-Qur'an dan Al-Hadits

Sobat.Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah salah satu prinsip fundamental dalam Islam. Al-Qur'an dan Al-Hadits secara berulang menekankan pentingnya ketaatan dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim. Ketaatan ini mencakup pelaksanaan segala perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan mengikuti petunjuk yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Berikut ini adalah pandangan tentang menjaga ketaatan dalam perspektif Al-Qur'an dan Al-Hadis:

1. Ketaatan kepada Allah dan Rasul dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an dengan jelas menekankan kewajiban setiap muslim untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai bagian integral dari keimanan.

• Surah An-Nisa' (4:59)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا  

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah prioritas utama bagi seorang muslim. Ketaatan kepada Allah berarti menjalankan segala perintah-Nya yang tercantum dalam Al-Quran, sedangkan ketaatan kepada Rasul berarti mengikuti ajaran dan teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin taat dan patuh kepada-Nya, kepada rasul-Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka agar tercipta kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum Muslimin:

a. Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Al-Qur'an, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. Sebenarnya segala yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang dilarang-Nya mengandung mudarat.

b.Melaksanakan ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah saw pembawa amanat dari Allah untuk dilaksanakan oleh segenap hamba-Nya. Dia ditugaskan untuk menjelaskan kepada manusia isi Al-Qur'an. Allah berfirman:

"... Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka ¦." (an-Nahl/16:44).

c.Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum Muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan Kitab Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah.

Nabi Muhammad saw bersabda:
"Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah swt)." (Riwayat Ahmad).

d. Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat, maka wajib dikembalikan kepada Al-Qur'an dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Al-Qur'an dan sunah Rasulullah saw.

Tentunya yang dapat melakukan kias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Al-Qur'an dan sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.
• Surah Al-Ahzab (33:36)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka...”

Dalam ayat ini, ketaatan kepada Allah dan Rasul digambarkan sebagai suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar. Apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul harus diterima dan dijalankan tanpa keraguan atau perlawanan.
• Surah Al-Baqarah (2:208)

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."

Ketaatan kepada Allah tidak boleh setengah-setengah, melainkan harus menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam interaksi sosial. Islam mengajarkan untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran yang lengkap, dengan tetap menjaga diri dari godaan setan yang selalu berusaha menjauhkan manusia dari jalan yang benar.

2. Ketaatan dalam Al-Hadits

Selain Al-Qur'an, ketaatan juga dijelaskan secara rinci dalam berbagai hadits yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
• Hadits dari Imam Bukhari dan Muslim.

"Barang siapa yang taat kepadaku, maka dia telah taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka dia telah durhaka kepada Allah."

Hadits ini menegaskan hubungan langsung antara ketaatan kepada Rasulullah SAW dengan ketaatan kepada Allah SWT. Mengikuti sunnah Nabi adalah bagian dari menjalankan ketaatan kepada Allah, karena Rasulullah adalah pembawa risalah dan penjelas dari wahyu Allah.
• Hadits dari Imam Ahmad dan An-Nasa'i

“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan, sesungguhnya ketaatan hanya dalam kebaikan.”

Ketaatan kepada pemimpin atau otoritas (ulil amri) dalam masyarakat juga penting, tetapi hadits ini mengingatkan bahwa ketaatan harus diberikan selama pemimpin tersebut memerintahkan kebaikan yang sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan yang dibenarkan jika mengarah pada kemaksiatan atau pelanggaran terhadap perintah Allah.

3. Pentingnya Menjaga Ketaatan
Menjaga ketaatan berarti berkomitmen untuk selalu mematuhi ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam beribadah, bekerja, maupun berinteraksi dengan sesama. Beberapa hal yang penting untuk menjaga ketaatan adalah:

• Ketaatan dalam Ibadah: Menjaga konsistensi dalam melaksanakan ibadah wajib seperti salat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu, memperbanyak amalan sunnah seperti sedekah, zikir, dan doa juga termasuk dalam menjaga ketaatan.

• Ketaatan dalam Akhlak dan Muamalah: Seorang muslim tidak hanya taat dalam beribadah, tetapi juga harus menjaga akhlak yang baik, seperti jujur, adil, dan amanah dalam semua interaksi dengan orang lain.

• Tawakal dan Kesabaran: Ketaatan tidak hanya terbatas pada melakukan perintah, tetapi juga mencakup kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup. Tawakal kepada Allah setelah berusaha adalah bagian penting dari ketaatan.

4. Godaan yang Menghalangi Ketaatan
Menjaga ketaatan tidak selalu mudah, karena ada berbagai godaan dan tantangan yang dapat menghalangi seseorang untuk tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya:

• Godaan Setan: Setan selalu berusaha menjauhkan manusia dari jalan Allah dengan menggoda mereka untuk melakukan maksiat atau meninggalkan ibadah.

• Nafsu Duniawi: Keinginan untuk mengejar kesenangan duniawi kadang-kadang dapat mengalihkan fokus seseorang dari ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, menjaga hati dari kecintaan berlebihan terhadap dunia adalah langkah penting dalam mempertahankan ketaatan.

• Lingkungan yang Tidak Mendukung: Berada di lingkungan yang tidak mendukung ketaatan atau dipenuhi oleh maksiat dapat membuat seseorang mudah terpengaruh dan meninggalkan ketaatannya.

5. Cara Menjaga Ketaatan
Untuk tetap teguh dalam ketaatan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

• Meningkatkan Pemahaman Agama: Dengan mempelajari lebih dalam tentang Al-Quran dan Hadits, seseorang akan lebih memahami pentingnya ketaatan dan bagaimana cara menjaganya.

• Bergaul dengan Orang Shaleh: Lingkungan dan pergaulan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan bergaul dengan orang-orang shaleh, kita akan lebih mudah termotivasi untuk selalu taat kepada Allah.

• Memperbanyak Doa: Memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk tetap taat merupakan salah satu cara yang paling efektif. Doa yang sering diajarkan adalah “Ya muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘ala dinik,” yang berarti “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”

6. Kesimpulan

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh setiap muslim. Menjaga ketaatan berarti menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan, baik dalam ibadah maupun dalam perilaku sehari-hari. Al-Quran dan Al-Hadits memberikan panduan jelas tentang pentingnya ketaatan dan cara untuk menjaganya, dengan menekankan pada keikhlasan, kesabaran, dan tawakal kepada Allah. Dengan menjaga ketaatan, seseorang tidak hanya mencapai ridha Allah di dunia, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update