Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jakarta Menuju Abad Samudra

Senin, 02 September 2024 | 12:04 WIB Last Updated 2024-09-02T05:04:54Z

TintaSiyasi.id -- Java la Grande begitulah orang jaman dulu menyebut Jawa sebuah benua yang sangat luas ke membesar ke arah selatan tidak bertepi. Orang orang dari utara datang untuk mencari benua ini, ingin mengelilinginya, namun belum ada yang sanggup karena hanya ada celah sempit untuk berkeliling melintasi bagian selatan Benua Java ini.

Palabuhan Ratu memiliki teluk yang lebar, tempat perjumpaan para nelayan mencari rejeki dari berbagai tempat, dari Cilacap dan pesisir selatan lainnya. Namun tidak ada nelayan dari Parang Tritis atau nelayan Jogjakarta dapat mencapai Palabuhan Ratu. Hal Ini semakin menguatkan anggapan bahwa tidak ada rute dapat dilintasi yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Mungkin juga ada namun jalur itu sangat jauh. Seberapa jauh? Lebih jauh dari Australia Indonesia, mengapa? Karena nelayan NTB Lombok dan Sumbawa sering ditangkap polisi Australia karena dianggap memasuki perairannya.

Selatan Jawa telah menjadi tujuan sejak lama, yang dituturkan dalam cerita cerita kuno, bukan sekedar untuk pengembaraan, atau usaha pembuktian bumi bulat, atau bumi bisa dikelilingi, namun untuk sebuah tujuan yang sangat berati bagi bagi usaha penemuan peradaban manusia. Peradaban yang akan berbicara tentang masa depan penduduk utara. 

Tahun 1962 Bung Karno membangun Hotel Samudera di Palabuhan Ratu, membuktikan bahwa tempat ini sangat lah berarti bagi beliau. Banyak yang menceritaikan bahwa Bung Karno merumuskan hal hal penting di sana. Konon kabarnya beliau mendapatkan kawan diskusi, Guru yang memberitahukan banyak hal (John Mempi). Itulah mengapa Bung Karno membangun hotel tersebut. Kalau dikira kira ini adalah Hotel transit menuju peradaban Samudera (Nirmal Ilham). 

Sebuah kilang minyak terbesar di Indonesia juga dibuat di Cilacap (1974) di masa pemerintahan Soeharto, seolah ingin mengatakan bahwa bahwa Selatan Jawa adalah tujuan yang penting. Pada masa pemerintahan Megawati sebuah ekspediai ekspedisi dikirim ke Antartika. Presiden SBY membuat sebuah pembangkit listrik sebagai pemasok utama listrik Jawa yakni PLTU Jawa Barat 2 (Tahun 2008) dengan kapasitas 3x350 MW. Presiden Jokowi tidak mau ketinggalan membuat rute penerbangan selatan. Selama ini jalur selatan Jawa adalah zona larangan terbang. Mungkin ini ada kaitannya dengan Antarticca Treaty sebuah penjanjian tertutup untuk menguasai Selatan. 

Sekarang ada sedikit masalah yakni Pembangkit Listrik Palabuhan Ratu rencana akan ditutup oleh pemerintah untuk mendapatkan dana Iklim, dana transisi energi, sebuah janji besar bagi Indonesia melalui Justr Energy Transition Partnership (JETP) pasca pertemuan G20 Bali. Janji uang sebesar 100 miliar dollar dan sebesar 20 miliar dollarya adalah untuk menutup pembangkit batubara di Indonesia dengan alasan penyelamatan iklim. Masalah lain muncul apa penggantinya yang dapat dibuat dengan cepat? Ini adalah sumber pasokan listrik utama pulau jawa yang menelan investasi 8,5 triliun rupiah.

Di bagian lain, Pemerintah bergerak memindahkan Ibu kota negara ke Kalimantan. Banyak yang berfikir bahwa Indonesia menggeser pandangannya kembali ke Utara, kembali ke peradaban utara, disaat kemunduran negara negara utara. Namun Jakarta semakin menaruh perhatian untuk memperlebar jangkauan ke arah selatan, proyek Tol Jakarta Sukabumi, adalah salah satu yang penting untuk dituntaskan, Tol yang akan menghubungkan wilayah wilayah selatan Jawa bagian Barat.

Jika IKN telah rampung maka Jakarta bisa segera menjadi pusat ekonomi baru, konsep baru New Jakarta, dengan cakupan wilayah seluruh Jawa Barat bagian barat, terutama wilayah selatan yang sangat luas, wilayah yang sampai saat ini belum diketemukan dimana tepinya, sesuatu yang lebih jauh dari Pelabuhan Ratu, setelah semalam menginap di Hotel Samudera. []


Oleh: Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia 

Opini

×
Berita Terbaru Update