TintaSiyasi.id -- Dalam pandangan Islam, penyembuhan (healing) dan hipnoterapi merupakan metode yang bisa dimanfaatkan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah perspektif Islam mengenai kedua hal tersebut:
1. Healing (Penyembuhan) dalam Islam
• Tawakkal dan Usaha: Islam mengajarkan umatnya untuk bertawakkal kepada Allah dan tetap berusaha dalam mencari kesembuhan. Nabi Muhammad SAW menganjurkan penggunaan obat-obatan yang halal dan thayyib (baik) serta melakukan upaya medis. Dalam haditsnya, beliau bersabda: "Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tersebut cocok dengan penyakitnya, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah." (HR. Muslim).
• Ruqyah: Salah satu metode penyembuhan yang diajarkan dalam Islam adalah ruqyah, yaitu membaca ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa yang diajarkan Nabi untuk mengusir gangguan jin atau menyembuhkan penyakit fisik dan mental. Ruqyah yang sesuai dengan syariah tidak melibatkan unsur-unsur syirik atau praktik yang dilarang dalam Islam.
• Doa dan Ibadah: Selain usaha medis, doa dan ibadah juga dianggap sebagai bentuk penyembuhan spiritual dalam Islam. Doa-doa tertentu, shalat, dan dzikir dapat membawa ketenangan jiwa yang berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik.
2. Hipnoterapi dalam Islam
• Hipnoterapi adalah teknik terapi yang menggunakan hipnosis atau kondisi relaksasi mendalam untuk membantu individu mengatasi berbagai masalah psikologis, seperti kecemasan, kebiasaan buruk, atau trauma.
• Hukum Hipnoterapi: Dalam Islam, hipnoterapi boleh digunakan jika memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
o Tidak Melanggar Syariah: Hipnoterapi harus bebas dari praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti melibatkan unsur sihir, jin, atau tindakan yang mengarah kepada syirik.
o Tujuan yang Baik: Hipnoterapi harus dilakukan dengan tujuan yang baik, seperti menyembuhkan atau memperbaiki kondisi mental seseorang, bukan untuk memanipulasi atau mengontrol seseorang secara tidak etis.
o Kesadaran dan Kendali: Individu yang menjalani hipnoterapi harus tetap sadar dan memiliki kendali atas diri mereka. Dalam Islam, penting untuk tidak kehilangan kendali penuh atas diri sendiri, karena hal ini bisa membuka peluang bagi pengaruh negatif.
o Dilakukan oleh Ahli: Terapi ini sebaiknya dilakukan oleh seorang profesional yang memiliki pengetahuan tentang hipnoterapi dan memahami batasan-batasan dalam Islam.
Secara keseluruhan, Islam mendukung segala bentuk penyembuhan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama, baik itu penyembuhan fisik maupun mental. Penting untuk selalu merujuk kepada sumber-sumber Islam yang sahih dan berkonsultasi dengan ulama jika ada keraguan terkait penggunaan metode penyembuhan tertentu.
Terapi Rasa Syukur
Terapi Rasa Syukur adalah pendekatan yang menggunakan rasa syukur sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan spiritual. Dalam Islam, rasa syukur (syukr) memiliki peran yang sangat penting, dan terapi ini didasarkan pada prinsip-prinsip syukur yang diajarkan dalam ajaran Islam.
Konsep Syukur dalam Islam
Dalam Islam, syukur adalah bentuk pengakuan dan penghargaan terhadap segala nikmat yang diberikan Allah. Syukur tidak hanya diucapkan dengan kata-kata, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap nikmat tersebut.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).
Manfaat Terapi Rasa Syukur
1. Meningkatkan Kesejahteraan Emosional: Rasa syukur membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Dengan fokus pada hal-hal positif yang telah diterima, seseorang dapat mengalami peningkatan kebahagiaan dan kepuasan hidup.
2. Memperbaiki Hubungan Sosial: Seseorang yang bersyukur cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik. Rasa syukur mendorong sikap positif terhadap orang lain, meningkatkan empati, dan memperkuat ikatan sosial.
3. Mengembangkan Ketahanan Mental: Dengan sering mengingat dan menghargai nikmat, seseorang akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup. Syukur membuat seseorang lebih optimis dan mampu melihat sisi baik dalam setiap situasi.
4. Meningkatkan Kedekatan dengan Allah: Dalam Islam, syukur adalah bentuk ibadah yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Orang yang bersyukur selalu merasa dekat dengan Allah dan lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan.
Praktik Terapi Rasa Syukur
Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan terapi rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari:
1. Dzikir dan Doa: Membiasakan diri untuk mengucapkan "Alhamdulillah" (segala puji bagi Allah) setiap kali mendapatkan nikmat, sekecil apa pun. Dzikir ini adalah bentuk syukur yang paling sederhana dan bisa dilakukan kapan saja.
2. Menyimpan Jurnal Syukur: Setiap hari, tuliskan hal-hal yang kamu syukuri. Ini bisa berupa hal-hal besar atau kecil. Misalnya, kesehatan, keluarga, pekerjaan, atau bahkan cuaca yang baik. Membaca kembali jurnal ini di waktu lain dapat mengingatkan kamu pada nikmat-nikmat yang sering terlupakan.
3. Berbagi Nikmat: Salah satu bentuk syukur adalah dengan berbagi. Membantu orang lain, memberi sedekah, atau sekadar memberikan senyum adalah cara praktis untuk menunjukkan rasa syukur dan menyebarkan kebaikan.
4. Refleksi Harian: Sebelum tidur, luangkan waktu sejenak untuk merenung dan menghitung nikmat yang telah kamu terima sepanjang hari. Ini bisa meningkatkan kesadaran akan banyaknya nikmat Allah yang kadang tidak disadari.
5. Shalat dan Ibadah: Meningkatkan kualitas shalat dan ibadah lainnya sebagai bentuk syukur kepada Allah. Beribadah dengan khusyuk dan penuh kesadaran akan nikmat yang telah diberikan adalah cara untuk mengekspresikan rasa syukur.
Kesimpulan
Terapi rasa syukur dalam Islam bukan hanya sekadar praktik psikologis, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang mendalam. Dengan mempraktikkan rasa syukur, seseorang tidak hanya memperoleh manfaat mental dan emosional, tetapi juga meningkatkan spiritualitas dan kedekatannya dengan Allah. Terapi ini membantu kita untuk selalu melihat sisi positif dalam hidup, memperkuat hubungan dengan orang lain, dan menjadi hamba yang lebih bersyukur kepada Sang Pencipta.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Ahad, 1 September 2024, Tanaria Trawas