TintaSiyasi.id -- Menanggapi genosida di Palestina yang masih terus berlangsung hingga saat ini, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menuturkan, harus berapa banyak lagi korban yang dibutuhkan untuk bisa mengetuk hati para pemimpin dunia Islam.
"Seberapa banyak lagi korban yang dibutuhkan untuk bisa mengetuk hati para pemimpin dunia Islam," ungkapnya dalam Kabar Petang: Munafik! Negara Arab Ini Justru Dukung Israel Hancurkan Palestina di YouTube Khilafah News, Ahad (15/9/2024).
Ia sungguh prihatin, melihat para pemimpin umat Islam khususnya di kawasan Timur Tengah yang masih belum tergerak untuk membantu Palestina dengan bantuan yang nyata.
"Karena ini serangan senjata, pengeboman dan seterusnya. Ya harusnya, bantuan yang sifatnya fisikal bukan hanya sekedar bantuan kemanusiaan yang bisa mengurangi penderitaan tetapi itu tidak menyelesaikan masalah," ujarnya.
Menurutnya, yang menjadi persoalan tidak adanya kemauan dari para pemimpin dunia Islam karena mereka bagian dari antek Barat yang ingin mempertahankan eksistensi Zionis Yahudi.
"Karena yang disuarakan itu kan titik mentoknya adalah two state solution. Ya terima saja institusi Yahudi ini dan diharapkan bisa berdampingan bersama Palestina sebagai sebuah bangsa. Padahal sejarah menunjukkan bahwa tidak sah keberadaan negara/institusi Yahudi ini," tegasnya.
Secara historis, jelasnya, tidak ada aspek hukum yang melegalkan keberadaan negara Yahudi ini, pasalnya, tanah Palestina adalah milik umat Islam, yang kemudian dirampas oleh Zionis dan kemudian orang-orang Yahudi yang terdiaspora berbondong-bondang menempati tanah Palestina.
Peran Barat
Ia mengatakan, munculnya eksistensi Yahudi pada tahun 1948, tidak lepas dari peran Barat yang merancang berdirinya negara Yahudi pasca runtuhnya Kekhilafahan Turki Utsmani di Perang Dunia pertama.
"Dan kekejaman, penindasan, pengambilalihan aset dan hak dari umat Islam di Palestina itu terus terjadi, dunia Islam itu seolah-olah tidak berdaya," ucapnya.
Itulah mengapa, ungkap dia, saat ini para pemimpin dan negeri-negeri Islam sudah terpecah belah menjadi negara/bangsa.
"Kita lihat sendiri, mereka tidak punya keberanian, tidak punya kemampuan, tidak punya kapabilitas untuk bisa menunjukan kepemimpinan itu, karena mereka bisa jadi diangkat jadi pemimpin karena memang bagian dari antek kapitalisme global Amerika Serikat (AS) sehingga tugasnya adalah mengikut, membebek terhadap apa-apa yang dibawa oleh AS," ungkapnya.
Karena itu, ungkap dia, umat Islam mestinya berupaya menghadirkan negara adidaya selevel AS, itulah yang akan menjadi rival dikancah global, memiliki kekuatan untuk membawa kepentingan dunia Islam yakni mengembalikan hak bangsa Palestina dan mengenyahkan Zionis Yahudi.
Ia menuturkan, karena sejak awal persoalan Palestina muncul dari perubahan konstelasi internasional/ perubahan konstelasi global, maka penyelesaiannya pun mesti dengan cara mengambil alih kembali tampuk kekuasaan global kepada umat Islam.
"Maka umat Islam butuh sebuah negara adidaya yang bisa menghegemoni, mengalahkan AS dalam kontestasi di dunia internasional sehingga bisa menjadi semacam perisai/pelindung dari dunia Islam. Tidak hanya Palestina tentunya, tetapi juga berbagai persoalan yang ada di dunia Islam, ditempat lain yang di situ memang lahir dari berbagai konspirasi internasional kemudian bisa dilindungi oleh adidaya Islam," pungkasnya. []Tenira