Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Generasi Pecinta Pornografi Buah Busuk Sistem Demokrasi

Senin, 16 September 2024 | 16:27 WIB Last Updated 2024-09-16T09:27:27Z

TintaSiyasi.id -- Kasus pemerkosaan menambah rentetan panjang persoalan bangsa ini. Peristiwa yang sama kerap kali berulang terjadi. Belum lupa ingatan kita tentang pemerkosaan secara masal dengan motif pembunuhan yang dilakukan oleh 13 orang laki-laki kepada satu orang perempuan yang masih duduk di bangku SMP. Kini, kejahatan yang sama terjadi kepada anak yang masih berusia 13 tahun dan pelakunya disinyalir kecanduan melihat film dewasa (cnnindonesia.com, 05/09/2024).

Korban terus berjatuhan, banyak anak-anak yang harus kehilangan masa depannya. Tindakan tak senonoh itu terjadi hampir di setiap menitnya. Dan penguasa di negeri ini sanggup melihatnya berkali-kali tanpa merasa bersalah karena tak mampu menghapus tindakan keji itu. 

Negara ini tak hadir dalam mengurusi setiap jengkal urusan rakyatnya. Karena generasi hari ini terus menerus dihantui oleh hidangan seks bebas yang membuat haus dan lapar para pemuja nafsu durjana. Yang mereka bisa kapan saja menyantap mangsa untuk memuaskan nafsunya. Padahal negara punya kuasa untuk memastikan lingkungan generasi hari ini tetap aman tanpa pornografi. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Negara membiarkan konten porno berseliweran di semua sosial media dan semua kalangan bebas mengonsumsinya tanpa batas. 

Media hari ini semakin liberal, bebas mempertontonkan gaya hidup yang jauh dari nilai-nilai Islam. Sementara generasi mulai nyaman dengan kehidupan yang tak ideal ini. Anak-anak yang tak lagi mengisi hari-harinya dengan kebaikan. Harusnya mereka bermain sambil belajar. Jiwa-jiwa mereka tenang, pikiran mereka jernih dan tentunya jauh dari pikiran mesum dan kotor. Tapi yang terjadi saat ini, anak yang masih belum sempurna akalnya pun sudah disuguhi dengan adegan yang tak pantas mereka lihat. Permainan atau tontonan yang katanya untuk anak-anak tetapi nyatanya berisi konten porno, gambar dewasa yang memperlihatkan aurat dan pemikiran L93T yang terselubung dalam film kartun yang disukai oleh dunia anak-anak.

Oleh karena itu, di sini terlihat bahwa generasi telah diracuni Pornografi dari sejak dini. Sehingga tak ayal saat tumbuh dewasa ia menjadi pecandu tontonan-tontonan yang merusak pribadinya dan orang sekitarnya. Para pecandu pornografi ini akan menularkan gaya hidupnya kepada orang sekitarnya dan mempraktekkan kepada siapa saja yang dia mau, bahkan kepada orang terdekatnya sekalipun. 

Hasilnya zina dan kasus pemerkosaan akan semakin merajalela. Bahkan tindakan pembunuhan juga tak bisa terelakkan karena dalam kondisi kehilangan akal dan tak lagi memikirkan resiko kedepannya. 

Namun sayang, para pecinta porno ini tumbuh subur dalam sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan, termasuk didalamnya kebebasan berprilaku. Maka wajar jika negara ini masih diam membisu melihat masalah yang bagaikan gunung es ini. Karena negara ini masih menjalankan sistem demokrasi yang menghalalkan segala cara asalkan pelakunya senang. Tanpa adanya batasan dan benteng iman. 

Karena itu, jika ingin menghapus pornografi maka sistem negeri ini juga harus memakai sistem Islam bukan yang lain. Sehingga dengan Islam yang dijalankan secara sempurna dalam institusi negara pastinya akan menjadikan segala jenis kejahatan akan diantisipasi dan pelakunya akan dihukumi dengan hukum Islam yang membuatnya jera. Selain itu sistem Islam dalam naungan negara khilafah akan memastikan lingkungan tetap kondusif yang senantiasa diairi dengan suasana iman dan taqwa. Wallahu a'lam. []


Jumratul Sakdiah, S.Pd.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update