Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Disfungsi Pendidikan dalam Sistem Kapitalis Sekuler

Kamis, 05 September 2024 | 12:39 WIB Last Updated 2024-09-05T05:39:26Z
TintaSitasi.id -- Sejatinya pendidikan itu akan memberikan bekal agar manusia dapat berpikir dan bersikap dengan benar. Pendidikan akan mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan, manusia memiliki ilmu untuk dapat menyelesaikan segala persoalan hidupnya. Lebih dari itu, pendidikan merupakan salah satu penopang utama peradaban sebuah bangsa. Namun, apa yang terjadi dengan anak-anak didik saat ini?

Kasus-kasus bunuh diri mahasiswa di beberapa kampus negeri ini mewarnai dunia pendidikan saat ini.  Kasus terbaru, seorang mahasiswa PPDS Anestesi Undip ditemukan bunuh diri karena diduga tidak kuat atas perilaku bullying yang ia alami. Sebelumnya di bulan yang sama, seorang mahasiswa kampus ternama juga ditemukan bunuh diri.  Di samping itu, Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri) telah mencatat ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang 2023 sejak Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka ini melebihi kasus tahun 2022 yang mencapai 900 kasus. 

Di sisi lain, begitu marak juga kasus kekerasan dan berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar dan mahasiswa. Mentalitas mereka pun cukup memprihatinkan seperti hedonis, kurangnya etika, idealisme yang menurun, daya juang rendah dan mudah menyerah. Mengapa hal ini terjadi? Padahal mereka hidup dalam pangkuan pendidikan. Mereka bertahun-tahun mendapatkan ilmu-ilmu dalam jenjang pendidikan mereka.  

Di sinilah, kita harus mampu melihat akar masalah mengapa pendidikan yang mereka tempuh tidak mampu membentuk manusia yang memiliki karakter unggul dan tangguh. Akar masalahnya kembali kepada sistem kapitalis sekuler yang telah mewarnai seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan ini. Sistem kapitalis menjadikan manusia menyandarkan segala sesuatu dengan kapital/materi. 

Standar kebahagiaan pun diukur dengan ketercapaian materi. Bahkan, interaksi manusia pun dilandasi dengan kepentingan bersifat materi. Sedangkan, sistem sekuler menjadikan manusia mengabaikan agama dalam aktivitas kehidupannya. Standar dalam melakukan aktifitasnya bukan lagi dengan agama tapi dengan kehendak sendiri atau kembali kepada aturan manusia. Pengaturan kehidupan dengan aturan manusia sudah tentu akan berpusat pada kepentingannya sendiri. Akhirnya, yang kuat akan menguasai yang lemah. 

Dalam pandangan kapitalis sekuler, meraih sebanyak-banyaknya materi dan kesenangan dunia menjadi tujuan hidup manusia. Sehingga ketika hal itu tidak tercapai, ia merasa gagal dan mudah menyerah dalam hidup. Hal itu menyebabkan munculnya gangguan cemas, stres, depresi, dan sejenisnya yang memicu seseorang melakukan bunuh diri atau melakukan tindakan kriminal serta menyimpang. Inilah dua pangkal malapetaka kehidupan manusia yang telah melemahkan fungsi dari pendidikan. Pendidikan seolah mandul untuk melahirkan manusia berkarakter unggul dan tangguh.

Pelajar dan mahasiswa merupakan generasi muda penerus dan masa depan peradaban bangsa. Semua bangsa tentunya akan menganggap  generasi muda sebagai bagian yang sangat penting dalam pembangunan bangsanya. Hanya saja, jika suatu bangsa menganut sistem kapitalisme sekuler maka tetap tidak mampu menghasilkan generasi unggul dan tangguh. Kalaupun, sebuah bangsa melahirkan generasi-generasi cerdas dalam sains dan teknologi, tapi dalam sistem kapitalisme sekuler generasi tetap rapuh dalam menghadapi permasalahan hidup mereka dan mewujudkan kemulyaan dalam hidupnya. Terbukti saat ini, generasi muda dalam pusaran permasalahan yang memprihatinkan. 

Berbeda dengan sistem Islam, menurut M. Ismail Yusanto dalam bukunya yang berjudul Menggagas Sistem Pendidikan Islam bahwa pendidikan Islam terlahir dari sebuah paradigma Islam berupa pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan dikaitkan dengan kehidupan sebelum dunia dan kehidupan setelahnya, serta kaitan antara kehidupan dunia dan kehidupan sebelum dan sesudahnya. Paradigma pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari paradigma Islam. Pendidikan dalam sistem Islam memiliki visi yang jelas, yakni mencetak generasi dengan pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. 

Dengan kurikulum yang berlandaskan akidah Islam,  sistem Islam telah mampu melahirkan generasi yang tinggi akhlaknya, cerdas akalnya, dan kuat imannya. Ditopang dengan ekonomi Islam yang menyejahterakan dan kebijakan yang bersumber pada syariat Islam, seluruh elemen masyarakat dapat merasakan hak pendidikan secara gratis. Negara dalam sistem Islam mampu berperan dalam menjamin hak pendidikan, menyusun kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam, dan menciptakan lingkungan dengan ketakwaan komunal melalui sistem pergaulan Islam. Peran orang tua dioptimalkan sebagai pendidik utama dan pertama. Dengan begitu, anak-anak tumbuh dalam suasana kondusif dan tercipta kepribadian Islam yang unik dan khas.

Jika kita menoleh kepada sejarah peradaban manusia, maka sistem Islam telah mampu melahirkan generasi ungguh dan tangguh. Tercatat dalam lembar emas sejarah Islam, pemuda-pemuda hebat yang berjasa dan menorehkan karyanya yang luar biasa. Islam memiliki pemuda-pemuda hebat pada zamannya masing-masing. Beberapa pemuda yang menjadi contoh bagaimana sistem Islam mampu melahirkan generasi yang unggul dan tangguh, yaitu Usamah bin Zaid (18 tahun) memimpin pasukan untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu; Zaid bin Tsabit (13 tahun) sebagai penulis wahyu, 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani, hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an; Atab bin Usaid (18 tahun) diangkat oleh Rasul Saw sebagai gubernur Makkah;  Thalhah bin Ubaidullah (16 tahun) menjadi orang Arab yang paling mulia dan menjadikan dirinya sebagai tameng bagi Nabi di perang Uhud; Muhammad Al Fatih (22 tahun) mampu menaklukkan Konstantinopel ibu kota Byzantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa; Abdurrahman An Nashir (21 tahun) menjadikan Andalusia mencapai puncak keemasannya dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya. 

Belum lagi bagaimana Islam telah melahirkan para Ilmuwan yang ahli dalam sainstek sekaligus faqih dalam agama seperti Al Khawarizmi, seorang ahli matematika, dikenal Barat dengan Algebra atau Aljabar yang merumuskan hitungan matematika jauh lebih mudah dengan angka nol; Jabir Ibnu Hayyan atau dikenal dengan nama Ibnu Geber dikenal sebagai ahli kimia dimana rumusan beliau menjadi dasar bagi ilmuwan Barat di bidang kimia. Ibnu sina atau dikenal Avicenna sebagai Bapak kedokteran dunia; dan masih banyak lagi ilmuwan yang telah dilahirkan di dalam sistem Islam. Oleh karena itu, untuk melahirkan sebuah generasi yang unggul dan tangguh maka kita perlu kembali kepada penerapan sistem Islam.

Oleh: Sri Mellia Marinda, S.Si.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update