Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Demokrasi Tidak Memiliki Andil dalam Mengembangkan Perekonomian Suatu Bangsa.

Minggu, 01 September 2024 | 11:52 WIB Last Updated 2024-09-01T04:52:57Z

Tintasiyasi.ID -- Muslim Intelektual Inggris Adnan Khan menyatakan bahwa sesungguhnya demokrasi tidaklah memiliki andil dalam mengembangkan perekonomian suatu bangsa.

 

“Jelas sudah bahwa demokrasi tidak memiliki andil dalam mengembangkan perekonomian suatu bangsa,” tulisnya dalam buku  berjudul Mitos-Mitos Palsu Ciptaan Barat, Pustaka Thariqul Izzah, Cetakan II, Maret 2010, hal. 3-6.

 

Dengan demikian, tidak satu pun dari bangsa-bangsa besar di dunia, katanya, yang mempersoalkan adanya mandat dari rakyat atau tidak. “Hubungan antara demokrasi dengan kemajuan ekonomi adalah hubungan yang lemah,” tegasnya.

 

“Bangsa-bangsa yang kini demokrasi, sebetulnya menjadi demokratis setelah mereka bangkit sebagai bangsa, dan model China contohnya, menunjukkan demokrasi sama sekali tidak diperlukan untuk keberhasilan ekonomi sebuah bangsa,” ungkapnya.

 

Selain itu, China adalah satu-satunya bangsa yang kemajuannya tidak semata-mata disebabkan faktor ideologi. Meski begitu tetap saja China mulai mengalami kemajuan setelah adanya unifikasi dalam wujud status "great nation", bangsa yang besar.

 

Sementara Jerman, adalah negara yang tega memanfaatkan isu rasisme untuk kemajuan bangsanya,” ujarnya.

 

Selanjutnya Jepang, lanjutnya, mulai bangkit dari tidurnya ketika menyadari betapa mereka jauh tertinggal dari bangsa-bangsa maju, dan mulai melakukan perang ekonomi untuk mengembangkan dirinya.

 

“Uni Soviet memperoleh stimulus dari jatuhnya Tsar, dan dipersatukan oleh komunisme, dan melalui pengadopsian kebijakan-kebijakan ekonomi yang berasal dari ideologi komunis yang dilakukan oleh para pemimpin mereka,” lanjutnya dalam buku yang sama.

 

Masih penuturan Adnan Khan, negara AS bersatu dan melangkah maju setelah membebaskan dirinya dari cengkeraman Inggris dan memperoleh kemerdekaannya, lalu sanggup mengelola kehidupan mereka sendiri, tanpa menyinggung demokrasi terlibat dalam keberhasilannya.

 

Lain halnya lagi dengan Inggris, stimulus awal bagi Inggris berasal dari pengabaian mereka terhadap gereja dan pengadopsian nilai-nilai liberal yang menyatukan bangsanya,” ujarnya.

 

Lanjut dikatakan, ditambah kemampuan para aristokrat untuk mewarisi properti dan lahan. Dengan itulah Inggris bisa memengaruhi arah kolonialisme untuk kemajuan bangsanya.

 

Maka terkait pembangunan ekonomi, jelas Adnan, merupakan seperangkat kebijakan untuk mengindustrialisasi suatu bangsa sehingga dapat menyejahterakan warganya, dan menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan tercapainya kepentingan- kepentingan.

 

“Ini memerlukan serangkaian kebijakan konsisten yang membawa bangsa secara keseluruhan menuju satu arah yang sama agar tidak terjadi kontradiksi,” imbuhnya.

 

Oleh karena itu, China, Rusia (Uni Soviet), dan Jerman jelas membuktikan bahwa demokrasi bukanlah prasyarat kemajuan ekonomi. “Ketiga negara itu juga menunjukkan secara gamblang bahwa banyak hal yang bisa dicapai tanpa demokrasi,” yakinnya.

 

Rusia dan China kelihatannya bisa hidup, dan semua baik-baik saja tanpa mengikuti teladan demokrasi liberal Barat, dan bahkan membuat model demokrasi Barat menjadi tidak ada artinya sama sekali,” imbuhnya lagi.

 

Kesimpulannya, tegas Adnan, negara-negara berkembang saat ini sudah memberikan hak suara yang lebih baik dibandingkan dengan yang diberikan oleh negara-negara maju pada tahap yang sama.

 

“Maka pertanyaannya adalah, apakah ada hubungan antara demokrasi dengan kemajuan ekonomi? Karena itu, klaim bahwa demokrasi mengantarkan kemajuan ekonomi perlu dicermati secara seksama, agar tidak terjebak pada mitos ekonomi,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update