TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menegaskan bahwa negara Indonesia saat ini itu butuh perubahan di level tiga yaitu perubahan ideologis.
"Oleh karena itu, negara butuh perubahan di level tiga, yaitu perubahan ideologis," ujar UIY sapaan akrabnya di YouTube UIY Official: Negara Kita Butuh Perubahan Level 3, Selasa (3/9/2024).
Ia menjelaskan, perubahan ideologis itu adalah perubahan yang dia tidak hanya mencakup sekadar perubahan teknis ekonomi dan perubahan politik, tetapi lebih daripada itu, yaitu perubahan-perubahan yang menyangkut fundamen dari tatanan sebuah masyarakat dan negara.
"Di dalam buku yang saya tulis bahwa kita juga harus membuka pikiran kita untuk melihat satu level lagi perubahan yang kemudian disebut di situ perubahan ideologis," ungkapnya.
Ia menjelaskan, mengapa perlu perubahan level ketiga, yaitu perubahan fundamental ideologis, karena sampainya Indonesia kepada presiden yang kesekian kali dengan kenyataan bahwa berbagai persoalan yang dihadapi tidak kunjung bisa diatasi, namun justru semakin parah.
"Sebutlah, misalnya soal korupsi segala macam itu, itu menunjukkan bahwa ketika kita mengharap sebuah kebaikan itu tidak cukup melalui pergantian pemimpin atau kepemimpinan. Itu yang kita sebut sebagai perspektif politik," paparnya.
Dulu ketika reformasi terjadi orang berharap bahwa dengan turunnya mantan presiden Soeharto, Orde Baru lalu berganti dengan rezim Reformasi ada perubahan ke arah yang diharapkan. Akan tetapi ternyata setelah sekian lama dengan sekian presiden apa yang menjadi harapan tersebut tidak terpenuhi.
"Bahkan dalam banyak hal itu, seperti yang disebut orang banyak, misalnya korupsi semakin menjadi-jadi baik dari sisi pelaku maupun volumenya. Kalau dulu itu hanya mungkin puluhan atau ratusan miliar sekarang bisa sampai puluhan triliun bahkan ratusan triliun. Itu menunjukkan bahwa kita ternyata memang benar tidak hanya cukup perubahan level kedua perubahan politik, yaitu bergantinya rezim dan kepemimpinan saja apalagi sekedar perubahan teknis ekonomi gitu," jelasnya.
UIY memberi gambaran, seperti ketika krisis ekonomi, misalkan genjot ekspor kemudian pemerintah melakukan segala macam kebijakan untuk memperkuat yang mereka sebut sebagai fundamental ekonomi, tapi tetap tidak bisa memperbaiki keadaan ekonomi.
"Jadi, apa konkritnya dimaksud? Kita tahu bahwa kalau kita bicara tentang krisis ekonomi, krisis ini terjadi oleh karena bukan sekedar masalah teknis ekonomi seperti tadi soal mata uang, depresiasi rupiah terhadap dolar segala macam lalu sarannya adalah genjot sektor supaya mata uang kita menjadi kuat dan segala macam lalu juga perubahan rezim, tetapi ini semua terjadi oleh karena ideologi sistem dan ideologi kapitalis," lanjutnya.
UIY mengingatkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 bukan sekedar oleh karena kegagalan dalam teknis ekonomi dan kepemimpinan saja, akan tetapi lebih mendasar lagi karena persoalan ideologi, yaitu kapitalis.
"Jadi, kalau kita ini sekedar mengupayakan perbaikan teknis ekonomi ataupun pergantian rezim terbukti kan sekarang bahwa ternyata kita tidak pernah beranjak dari persoalan yang pernah kita alami di masa orde baru," ungkapnya.
UIY menyakinkan bahwa hal tersebut menjadi relevan untuk disampaikan karena masyarakat acapkali daya harap mereka hanya berhenti pada perubahan rezim. "Mengapa bisa sampai begitu? Karena daya analisis kita hanya sampai disitu. Itulah penting untuk mengatakan bahwa yang dihadapi kita itu bukan sekedar masalah teknis ekonomi dan politik, tetapi ideologi," pungkasnya.[] Nabila Zidane