TintaSiyasi.id—Guillotine adalah instrumen pemenggalan kepala yang umum digunakan selama Revolusi Prancis. Itulah gambaran bagaimana APBN Indonesia dipenggal kepalanya, APBN Indonesia bukan APBN yang hidup, dia telah dipenggal kepalanya.
Apa yang terjadi APBN dipaksa membayar bunga, pokok utang dalam dan luar negeri yang sangat besar. Sehingga APBN sudah tidak dinamis lagi, tidak memiliki kemampuan merespon perubahan, tidak punya lagi kemampuan menjalankan program program baru, dia terbujur kaku karena tidak ada lagi darah segar dalam APBN tersebut.
Bayangkan bagaimana utang menyandera APBN. Dalam RAPBN tahun anggaran 2025 pembayaran bunga utang direncanakan sebesar Rp552.9 triliun atau naik 10,8 persen dari outlook pembayaran bunga utang pada tahun anggaran 2024. Jumlah tersebut terdiri atas:(1) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp497.6 triliun; dan (2) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp55.2 triliun.
Pembayaran bunga utang terus melesat naik dari 314,1 triliun tahun 2020, menjadi 552,9 tahun 2025. Naik 75,8 persen dalam lima tahun. Kecepatan meningkatnya bunga utang jauh dibandingkan dengan kecepatan naiknya penerimaan dalam APBN Indonesia.
Sementara jatuh tempo utang akan menjadi masalah besar dalam tahun tahun mendatang. Tahun 2023 jatuh tempo utang senilai 539,9 triliun dan tahun 2024 senilai 335,2 triliun. Dengan demikian di dalam tahun 2025 mendatang boleh jadi utang jatuh tempo dan bunga dapat mencapai 1000 triliun rupiah.
APBN tersisa untuk gaji dan tunjangan pegawai, dan tidak ada lagi sisa dana yang dapat digunakan untuk menghadapi krisis besar ke depan. Dunia meramalkan krisis akan mengguncang dunia dalam 2025 - 2027. Adanya krisis perubahan iklim, semakin ketatnya liquiditas global akibat peningkatan suku bunga dan makin besar ancaman dari rantai pasok akibat bencana alam dan perang.
Bagaimana kita bisa semelarat ini, sementara kita akan menproduksi 1 miliar ton batubara senilai 2000 triliun rupiah, kita akan menjadi produsen nickel olahan terbesar di dunia,. Ditambah dengan mineral dan hasil tambang lainnya, yang kesemuanya dapat mengisi APBN sampai meluber. Lalu bagaimana dengan uang yang dipendam di luar negeri hasil BLBI, KLBI, semua aset ilegal milik bangsa Indonesia yang diumumkan pihak global, puluhan ribu triliun, kapan akan kita kembalikan untuk mengisi APBN sampai tumpah ruah. Batin elite indonesia, pemimpin besar Indonesia, yang sejernih intan, dan hatinya yang sekokoh karang laut selatan, akan menuntaskan masalah ini dengan patriotik. Mudah mudahan.
Oleh. Salamuddin Daeng (Ketua AEPI)