“Wah ekspor stainless steel kita naik luar
biasa. Memang naik ekspornya, tetapi yang ekspor mereka, modalnya dari mereka.
Ya rupiahnya enggak menguat, karena yang terjadi adalah peningkatan nilai
tambah di China bukan di Indonesia,” jelasnya lantang.
“Jadi pertumbuhan industri itu dua kali lipat PDB,
sekarang selalu di bawah PDB. Nah, kenapa industri penting? Karena industri itu
menciptakan nilai tambah, diolah. Tadinya karet itu harganya 10 jadi 100,
gara-gara jadi ban, kan gitu. Nah sekarang dijual semua. Bahkan lebih parah
lagi sekarang, kita sudah kasih kekayaan alam itu kepada investor,” jelasnya.
Ia tegas mengatakan bahwa sumber daya nikel di
Indonesia telah dikuasai oleh asing.
“Biji nikel itu investornya dari 23, 21 dari China
daratan itu. Ini fantastis,” terangnya.
Tak hanya itu, nikel Indonesia dijual dengan harga
yang sangat murah di bawah harga dunia. Tentu hal itu membuat dirinya murka
terhadap keputusan pemerintah yang sembrono.
“Jadi kalo mereka, pabrik mereka di China beli biji nikel
di Pasar Shanghai itu harganya 80 dolar, Pemerintah Indonesia menetapkan
harganya 34 dolar saja kalo disini. Tidak ada negeri yang setolol ini, maaf
ya,” tegasnya.
Selain itu, ia juga memaparkan fakta lain mengenai
pekerja di tambang nikel sendiri yang ternyata diimpor langsung dari China.
“Ada di suatu tempat itu 60 persen pekerja China,
mayoritas mereka. Nah sekarang mereka merambah tidak hanya membeli biji nikel
dari penambang tapi mereka sekarang menguasai tambangnya juga yang sebetulnya
tidak boleh menurut undang-undang. Tapi nah itu yang pakek lokal, nama
lokal, ya boleh jadi,” bebernya.
Tak sampai di situ, alm. Faisal mengungkapkan bahwa
tambang nikel itu diawasi langsung oleh TNI dan Polri.
“Mereka tidak dijaga satpam, tetapi TNI dan Polri.
Kalau TNI dan Polri ada ancaman, nah, rakyat lah yang dianggap ancaman itu.
Jadi harus dijaga TNI POLRI,” ungkapnya.
Dirinya sangat menyayangkan apa yang dilakukan
pemerintah terhadap kekayaan alam Indonesia. Ia juga mengungkapkan bahwa limbah
tambang pun dibuang sesuka hati hingga mengotori Laut Banda yang indah.
“Jadi sudah sedemikian dijual murahnya negeri ini,
sementara kerusakannya luar biasa. Laut Banda kan indah ya, nah sekarang mereka
diijinkan untuk membuang limbah,” terangnya.
Ia mengatakan bahwa ada kenyataan miris di balik fakta
merdekanya negeri ini.
“Kita merdeka, tetapi kerusakannya semakin tidak
terkendali,” ujarnya
Oleh karena itu, seharusnya ada upaya kita untuk
menghentikan kerusakan ini. Terlebih, sumber daya alam yang terekploitasi ini
tak ada sedikit pun bekasnya untuk kesejahteraan rakyat.
“Eksploitasi sumber daya alamnya kian masif gitu,
bahkan bekasnya ke rakyat nggak ada, jadi kan ini harus kita hentikan,”
pungkasnya.[] Hima Dewi