Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Adnan Khan: Umat Islam Lebih dari Sekadar Siap Meneriman Sistem Islam, Tinggal Melaksanakan Saja

Minggu, 01 September 2024 | 19:38 WIB Last Updated 2024-09-01T21:42:02Z

TintaSiyasi.id -- Muslim Intelektual yang juga seorang Pengamat Politik Internasional, Adnan Khan, meyakini bahwa umat Islam sebenarnya sudah lebih dari sekadar siap meneriman sistem Islam, hanya tinggal pelaksanaan saja. 

“Setelah periode kemunduran dalam waktu yang lama, umat Islam kini ingin kembali kepada deen-nya, lebih dari masa-masa sebelumnya.  Umat Islam lebih dari sekadar siap untuk Islam, hanya tinggal melaksanakannya saja,” tulisnya dalam buku berjudul Mitos-Mitos Palsu Ciptaan Barat, Pustaka Thariqul Izzah, Cetakan II, Maret 2010, hal. 83-86. 

Menurutnya, perilaku korupsi yang merajalela di dunia Islam telah memaksa umat untuk mencari jalan terbaik guna keluar dari kekacauan akibat tidak adanya sistem Islam. 

Ini dapat direfleksikan dari munculnya demokrasi liberal di Eropa pada Abad ke-16 dan 17, munculnya Komunisme di Rusia, dan meroketnya reputasi Cina saat ini. Aspirasi atas Islam dari umat Islam terus terlihat ketika bergerak sebagai satu kesatuan, baik ketika menyikapi pelarangan hijab di Perancis maupun ketika munculnya kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW.

"Umat Islam lebih dari sekadar siap untuk Islam, hanya tinggal melaksanakannya saja,” ulang Adnan menegaskan.

Selama bertahun-tahun lanjutnya, Barat terus menggembar- gemborkan bahwa umat Islam di seluruh dunia menginginkan demokrasi dan kebebasan, bukan sistem Islam. Mereka menyebut bahwa hanya sejumlah kecil orang di Pakistan dan Afghanistan yang menginginkan Islam, sementara mayoritas umat Islam di dunia menyukai Barat dan ingin hidup dan diatur di bawah sistem kapitalisme.

Oleh karena itu, kini banyak kalangan Islam modernis yang menyatakan bahwa dunia Islam belum siap menerima dan juga tidak menginginkan sistem Islam. Sementara di sisi lain, Barat terus yakin bahwa dunia Islam memang menginginkan sistem Islam dan telah memulai proses dalam mempertahankan dirinya akan munculnya ancaman demikian. 

“Dewan Intelijen Nasional AS telah merilis sebuah laporan atas proyek 'Global 2020' yang diberi judul 'Mapping the Global Future' (Pemetaan Masa Depan Global). Dewan Intelijen Nasional (The National Intelligence Council [NIC]) merupakan pusat komunitas intelijen AS untuk pemikiran strategis jangka menengah dan jangka Panjang menyimpulkan, kemungkinan tahun 2020 terjadi sebuah skenario mengerucut pada keinginan untuk kembali kepada ajaran Islam yang telah mampu mengubah tatanan peradaban dunia di bawah naungan negara Khilafah,” lanjutnya. 

Laporan tersebut juga menggambarkan tentang identitas keagamaan yang radikal dan bahwa priontas utama dalam kebijakan AS adalah pada persiapan menghadapi kemungkinan munculnya kembali Negara Khilafah. 

Laporan lainnya sebut Adnan dalam buku yang sama adalah para pembuat kebijakan dan think tank di seluruh dunia menyebut  bahwa ada penyebaran luas ideologi yang mengusung semangat pendirian kembali negara Khilafah.

“CIA sendiri sudah menjalankan berbagai program yang sukses memberikan kemenangan dalam perang dingin, menempatkan target pada media Islam, para pemimpin agama, dan partai-partai politik. Lembaga itu sendiri telah menerima tambahan pasokan dana, aset, dan sumber daya manusia guna membantu mereka memengaruhi komunitas-komunitas Islam,” ungkapnya lagi. 

Selanjutnya, dalam berbagai jajak pendapat yang bersamaan, berbagai laporan think tank dan para pembuat kebijakan telah menerima dengan bulat bahwa umat Islam secara global menolak nilai-nilai Barat yang jelas merepresentasikan kegagalan dari sebagian rencana Barat di saat mereka tidak menemui hambatan berarti dalam membangun supremasi pemikiran dan merebut hati. 

Barat telah gagal dengan melakukan pendudukan fisik di dunia. Hal ini berarti bahwa usaha mereka untuk memenangkan perang menjadi usaha keras terakhir untuk menekan munculnya sebuah sistem pemerintahan alternatif

“Berbagai tindakan yang dilakukan Barat menunjukkan bahwa seolah-olah mereka memahami keinginan umat Islam daripada umat Islam sendiri. Tindakan-tindakan Barat jelas menunjukkan bahwa umat Islam memang menginginkan sistem Islam, dan kini umat Islam berada tidak jauh dan pencapaian tujuan tersebut,” bebernya. 

Pada bulan April 2007, The University of Maryland sebut Adnan, telah menggagas sebuah jajak pendapat yang hasilnya memperkuat jajak pendapat serupa yang pernah dilaksanakan University of Jordan. 

Jejak pendapat tersebut dilaksanakan di empat negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam (Mesir, Pakistan Maroko, dan Indonesia), menunjukkan bahwa dukungan umat Islam untuk berdirinya kembali Negara Khilafah disokong oleh 75%.

Negeri-negeri tersebut mendukung penerapan syariat Islam, penyatuan seluruh negeri Muslim lainnya dalam semangat Pan Islamisme, yakni Khilalah. Serta menentang pendudukan dan kebijakan luar negeri Barat, menentang pemaksaan penerapan nilai-nilai Barat di negeri Muslim, dan pendudukan yang menggunakan kekerasan kepada para penduduknya.

“Jejak pendapat massal lainnya dilakukan worldpublicopinion.org di seluruh negeri Muslim di dunia, dan menghasilkan fakta bahwa 70% responden ingin hidup dalam syariat Islam dan Khilafah. Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa umat Islam belum siap untuk menerapkan hukum Islam karena kekacauan selalu menghasilkan perubahan,” pungkasnya. []M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update