Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Waspadalah terhadap Rusaknya Amal Saleh

Selasa, 13 Agustus 2024 | 13:31 WIB Last Updated 2024-08-13T08:06:38Z
TintaSiyasi.id -- Allah SWT Berfirman:
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَلَا تُبۡطِلُوٓاْ أَعۡمَٰلَكُمۡ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ مَاتُواْ وَهُمۡ كُفَّارٞ فَلَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَهُمۡ 

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.” (QS. Muhammad (47) : 33-34).

Sobat, dalam ayat ini, Allah meminta orang-orang yang beriman agar taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak menghiraukan sikap dan tindakan orang-orang kafir. Mereka hendaknya beriman, mengakui Keesaan dan Kekuasaan Allah yang memiliki sifat-sifat yang sempurna, menaati perintah-Nya, melaksanakan ajaran-Nya, dan tidak melanggar perintah-Nya yang menyebabkan hilangnya pahala amal yang mereka kerjakan.

Menurut Abu al-'Aliyah, "Semula para sahabat berpendapat bahwa tidak ada satu dosa pun yang dapat merusak ikrar seseorang bahwa "tidak ada Tuhan selain Allah", sebagaimana tidak ada manfaat sesuatu amal yang didasarkan kepada syirik sampai ayat ini turun. Setelah turunnya ayat ini, para sahabat merasa khawatir, kalau-kalau amal-amal mereka akan batal karena suatu perbuatan dosa."

Ibnu 'Umar berkata, "Kami semua sahabat Rasulullah SAW berpendapat bahwa perbuatan baik akan diterima Allah sampai turunnya ayat ini. Setelah ayat ini turun, kami bertanya, 'Apa sajakah yang membatalkan pahala amal-amal kami? Maka Rasulullah menjawab, 'Dosa besar, perbuatan jahat, dan perbuatan keji. Setelah itu apabila salah seorang kami berbuat dosa (zina) yang disebutkan itu, kami berkata, 'Sesungguhnya telah terhapus pahala amalnya, sampai turun ayat yang artinya, 'Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang mempersekutukan-Nya, tetapi mengampuni selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Setelah itu kami tidak membicarakan tentang hal itu lagi."

Ada ahli tafsir yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan taat kepada Allah ialah mengamalkan isi Al-Qur'an. Sedangkan yang dimaksud dengan taat kepada Rasul ialah mengikuti dan melaksanakan semua perintah dan larangan yang terkandung dalam hadis-hadis beliau.

Sobat, syirik dalam konteks Islam adalah bentuk dosa besar yang paling serius dan dapat merusak amal shalih. Syirik berarti menyekutukan Allah, yakni menganggap ada Tuhan selain Allah atau menganggap sesuatu sebagai sekutu Allah dalam kekuasaan-Nya. Dalam Al-Qur'an dan hadis, syirik dianggap sebagai dosa yang sangat berat dan dapat menghapuskan seluruh amal kebaikan seseorang.

Pentingnya Memahami Syirik

1. Definisi Syirik
 ■ Syirik Akbar: Ini adalah bentuk syirik yang paling serius, yaitu menyekutukan Allah dalam hal ketuhanan. Contohnya adalah menyembah selain Allah atau menganggap ada Tuhan lain selain-Nya.

 ■ Syirik Asghar: Ini adalah bentuk syirik yang lebih kecil, seperti riya’ (ingin dipuji orang lain) dalam amal ibadah. Walaupun dianggap lebih kecil dibandingkan syirik akbar, tetap dapat merusak amal.

2. Dampak Syirik Terhadap Amal Shalih
■ Penghapusan Amal: Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa syirik dapat menghapuskan amal shalih seseorang. Dalam Surah Az-Zumar ayat 65, Allah mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki.”

■ Penolakan Ibadah: Syirik menyebabkan ibadah yang dilakukan tidak diterima oleh Allah. Ini karena amal ibadah harus dilakukan dengan ikhlas hanya untuk Allah, dan menyekutukan-Nya merusak keikhlasan tersebut.

3. Pencegahan dan Penghindaran Syirik
■ Tawhid: Memahami dan mengamalkan konsep tauhid atau keesaan Allah adalah kunci untuk menghindari syirik. Ini termasuk keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan segala sesuatu di alam semesta adalah ciptaan-Nya.

■ Pendidikan dan Pengetahuan: Mendalami ilmu agama dan memahami konsep syirik serta cara menghindarinya sangat penting. Belajar dari Al-Qur'an, hadis, dan bimbingan ulama membantu membangun pemahaman yang benar tentang keesaan Allah.

■ Doa dan Taubat: Berdoa kepada Allah agar dilindungi dari syirik dan berusaha keras untuk bertaubat jika pernah terjerumus dalam syirik adalah langkah-langkah penting. Allah Maha Pengampun bagi mereka yang tulus bertaubat.

4. Praktik Sehari-hari untuk Menghindari Syirik
 ■ Berdoa dengan Tulus: Pastikan doa dan ibadah dilakukan dengan penuh keikhlasan hanya untuk Allah. Hindari tindakan yang dapat merusak niat ibadah, seperti mencari pujian manusia.

 ■ Hati-hati dengan Praktik Budaya: Kadang-kadang, praktik budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dapat mengarah pada syirik. Selalu verifikasi bahwa praktik tersebut tidak melibatkan unsur-unsur penyekutuan Allah.

5. Mengajarkan Anak-Anak
 ■ Pendidikan Sejak Dini: Ajarkan anak-anak tentang tauhid dan pentingnya menjauhi syirik sejak usia dini. Pengajaran yang baik akan membantu mereka memahami dan menghargai konsep Keesaan Allah.
Menghindari syirik dan menjaga keikhlasan dalam amal adalah kunci untuk memastikan amal shalih diterima dan tidak terhapuskan. Memahami dan menerapkan ajaran ini dengan baik akan membantu kita berada di jalan yang benar dan memperoleh ridha Allah.

Sobat, agar amal diterima oleh Allah SWT, terdapat empat unsur penting yang harus diperhatikan menurut ajaran Islam dan panduan para ahli ilmu agama. Keempat unsur ini membantu memastikan bahwa amal yang dilakukan sesuai dengan tuntunan agama dan memenuhi syarat diterimanya amal di sisi Allah. Berikut adalah penjelasan tentang empat unsur tersebut:

1. Niat yang Ikhlas (Sincerity)
● Definisi: Niat yang ikhlas berarti melakukan amal hanya semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian, penghargaan, atau balasan dari manusia. Segala amal harus dilakukan dengan tujuan untuk mencari ridha Allah dan bukan untuk kepentingan pribadi atau sosial.
● Dalil: Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
 ● Praktik: Sebelum melakukan amal, niatkan bahwa tindakan tersebut adalah untuk Allah. Periksa hati dan motivasi untuk memastikan tidak ada niat tersembunyi yang dapat merusak keikhlasan.

2. Sesuai dengan Sunnah (Adhering to the Sunnah)
 ● Definisi: Amal harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dan contoh yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ini berarti mengikuti cara dan tata cara ibadah yang telah dicontohkan dalam Al-Qur'an dan hadis.

● Dalil: Allah berfirman dalam Al-Qur'an, “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali Imran: 31).

● Praktik: Pastikan bahwa setiap amal yang dilakukan mengikuti tata cara yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam. Periksa dan pelajari sunnah Nabi SAW untuk memastikan amal dilakukan dengan benar.

3. Memenuhi Syarat-syarat dan Rukun (Meeting the Conditions and Pillars)
● Definisi: Amal harus memenuhi syarat-syarat dan rukun yang telah ditentukan dalam ajaran Islam. Setiap ibadah memiliki rukun dan syarat tertentu yang harus dipenuhi agar amal tersebut sah dan diterima.

● Dalil: Contoh, dalam shalat terdapat rukun dan syarat seperti berdiri, membaca Al-Fatihah, dan rukuk. Jika salah satu syarat atau rukun tidak terpenuhi, shalat dianggap tidak sah.

● Praktik: Pelajari dan pahami syarat-syarat dan rukun dari setiap amal ibadah atau perbuatan baik yang dilakukan. Pastikan semua syarat dan rukun dipenuhi dengan benar.

4. Konsistensi dan Ketulusan (Consistency and Sincerity)
● Definisi: Amal harus dilakukan dengan konsisten dan penuh ketulusan. Ini berarti tidak hanya melakukan amal pada waktu tertentu, tetapi menjaga agar amal tetap dilakukan dengan tekun dan tidak hanya sesekali.

● Dalil: Rasulullah SAW bersabda, “Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

● Praktik: Lakukan amal dengan konsisten dan jangan hanya mengandalkan amal yang besar sekali saja. Fokus pada kualitas dan ketulusan dalam setiap amal yang dilakukan.

Dengan memperhatikan keempat unsur ini—niat yang ikhlas, mengikuti sunnah, memenuhi syarat dan rukun, serta konsistensi dan ketulusan seorang Muslim dapat memastikan bahwa amal yang dilakukan diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan ridha-Nya.

Dr. Nasrul Syarif M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiritual. 
Dosen Pascasarjana UIT LIrboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update