Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

UIY: Dalam Keluarga, Hubungan Suami Istri Adalah Ibadah

Jumat, 30 Agustus 2024 | 13:59 WIB Last Updated 2024-08-30T06:59:09Z

TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menjelaskan bahwa dalam keluarga, hubungan suami istri itu adalah ibadah.

"Dalam keluarga, ada hubungan suami istri, itu adalah ibadah. Jadi hubungan seksual itu part of ibadah. Ibadah itu intinya beriman dan taat kepada Allah swt," katanya dalam Fokus to The Point: Seks dalam Masyarakat Islam Diatur, Bukan Diumbar! Di kanal YouTube UIY Official, Rabu (21/08/2024).

Oleh karena itu, kata UIY, hubungan seksual di dalam Islam itu bukan sekadar terpenuhinya gharizatun nau (terpenuhinya syahwat laki-laki dan perempuan), kemudian dari sana terlahir generasi. Tetapi ini (hubungan seksual) merupakan bagian dari ibadah, dan itulah yang hari ini sudah hilang.

"Apa sih bedanya hubungan seksual laki-laki dan perempuan menikah dan tidak menikah? Secara fisikal itu sama, laki-laki dan perempuan saling menginginkan lalu terjadi hubungan seksual. Tetapi, ketika itu dilakukan dalam kerangka ibadah pernikahan, maka ini semua dilakukan mengandung ketaatan kepada Allah SWT. Sehingga ada nilai-nilai spiritualis, ada nilai-nilai transendental," ungkapnya.

Dia mengatakan, hubungan seksual laki-laki dan perempuan di luar nikah itu tidak memiliki nilai-nilai spiritual dan juga tidak memiliki nilai-nilai transendental. Yang mereka dapatkan hanya kepuasan jasmani. Kepuasan jasmani itu ada batasnya (limitnya). 

"Seperti kalau kita makan, pada piring pertama itu kita rasa senang. Tetapi piring kedua itu sudah mulai enggak, piring ketiga malah mungkin marah kita kalau disuruh makan," uajarnya.

Dia mengungkapkan, semua kenikmatan fisik pada hakikatnya punya batas. Maka ketika mereka melakukan hubungan seksua di luar nikah maka mereka akan merasakan hal seperti itu. Sesuatu yang tidak terjadi kepada mereka-mereka yang melakukannya dalam rangka ibadah.

Jadi, secara seksual, lanjut UIY, pasti ada titik di mana mereka itu harus menghentikan atau mengurangi tetapi kenikmatan spiritual dan transendental itu tidak hilang. Ia menegaskan, dalam Islam sudah jelas, sejak awal bahwa manusia itu hidup hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

"Maka ketika kita berkeluarga itu beribadah. Ketika kita ini bekerja itu beribadah. Ketika kita ini bahkan juga bermasyarakat bernegara kita ini beribadah," tutupnya.[] Heni

Opini

×
Berita Terbaru Update