Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menanggapi Deklarasi Beijing, Pengamat: Ini Cara Lain AS Mencapai Tujuannya

Sabtu, 03 Agustus 2024 | 20:53 WIB Last Updated 2024-08-04T05:36:33Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi upaya Cina satukan kembali faksi-faksi di Palestina terkhusus Hamas dan Fatah dalam Deklarasi Beijing, Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi menilai itu sebenarnya cara lain Amerika Serikat (AS) untuk mencapai tujuanya meskipun tidak terlibat langsung.

"Jadi sebenarnya ini cara lain Amerika untuk bisa mencapai tujuannya meskipun Amerika tidak terlibat secara langsung, dan Amerika punya hitungan yang kuat, yang terkendalikan," ujarnya dalam Kabar Petang, Deal! China Satukan Hamas – Fatah | Ada Pengaruh AS? Di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (1/8/2024).

Ia menjelaskan, Amerika punya hitungan yang kuat, yang terkendalikan. Dalam hal ini Amerika tidak akan membiarkan adanya kekuatan yang melebihi kekuatannya. Maka Amerika membiarkan Cina bermain secara politik sebatas sejalan dengan kepentingannya dan tetap dalam kendali Amerika.

Ia memberikan contoh adanya keterlibatan Amerika dalam mencapai tujuannya dengan menggunakan negara lain dalam kasus Suriah, Amerika sangat khawatir dengan menguatnya mujahidin pada waktu itu. Sementara pemerintahan oposisi yang dibentuk oleh Amerika itu gagal untuk mendapatkan simpati dari masyarakat.

"Awalnya Amerika itu ingin mengganti Bashar al Assad namun melihat posisi mujahidin makin menguat, Amerika juga khawatir tidak ada pengganti Bashar al Assad yang bisa dikendalikan oleh Amerika," ungkapnya.

Maka Amerika menggunakan kekuatan negara lain yaitu Rusia. Rusia diberikan lampu hijau oleh Amerika untuk menyerang posisi Mujahidin. Serangan itu perlu dicatat bahwa setelah Obama pada waktu itu bertemu dengan Putin baru Rusia terlibat dalam peperangan di Suria dengan alasan memerangi terorisme.

"Karena kalau Amerika terlibat langsung, kata Farid, ini menunjukkan ketidakkonsisten dengan mereka. Dengan satu sisi mereka ingin menunjukkan mendukung pemerintahan baru di Suriah. Tapi disisi lain mereka tidak menginginkan para Mujahidin itu kemudian berkuasa. Maka Amerika menggunakan kekuatan negara lain," ujarnya.

Ia menambahkan, seperti yang terjadi di Afghanistan, Amerika menggunakan Qatar sebagai negara yang kelihatan netral, padahal Qatar juga punya kepentingan yang sejalan dengan Amerika Serikat, termasuk ketika Cina beberapa waktu yang lalu itu menjadi mediator antara Iran dan Saudia ini juga sejalan dengan kepentingan Amerika.

Menolong Palestina 

Ia memaparkan upaya yang bisa ditempuh untuk menolong Palestina. Pertama, harus ada kesadaran politik ya dari umat Islam di Palestina termasuk faksi-faksi di Palestina. "Terutama saudara kita Hamas yang kita tahu memperjuangkan pembebasan Palestina, yang pertama pembebasan perjuangan Palestina itu harus lepas dari campur tangan internasional," ungkapnya.

"Karena dibalik istilah campur tangan internasional baik itu melalui Cina ataupun Rusia, itu sesungguhnya adalah bunuh diri secara politik dengan di belakangnya itu pasti ada kekuatan-kekuatan yang besar," imbuhnya.

Ia menyarankan, upaya mediasi yang dilakukan Cina seharusnya ditolak oleh Hamas. Karena di belakangnya itu pasti ada kepentingan asing, kepentingan negara negara imperalis.

Kedua, harus dipahami pemerintahan yang baru yang dibentuk sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat dan itu berarti sejalan dengan solusi dua negara. Solusi dua negara ini adalah solusi yang tidak menyelesaikan masalah karena tetap mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi. Oleh karena itu solusi ke depan itu adalah solusi yang harus menghilangkan eksistensi penjajah Yahudi.

"Nah itu tidak ada jalan lain kecuali menyerukan panglima-panglima perang kaum Muslimin untuk jihad. Negeri-negeri Islam sekarang menggerakkan pasukannya untuk membebaskan Palestina. Hal ini Membutuhkan persatuan kaum Muslimin. Inilah solusi untuk masalah Palestina, karena masalah Palestina adalah masalah penjajahan. Kalau kita bicara masalah penjajahan hanya bisa diselesaikan dengan mengusir penjajahnya," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update