“Kami jelas menyampaikan bahwa bahwa kami berpihak pada komunitas kami (Muslim) dan tidak menoleransi
kelompok ektsrem sayap kanan dan diskriminasi terhadap komunitas kami oleh
orang lain seperti Tommy Robinson. Kami beramai-ramai hari ini di sini untuk
melindungi rumah-rumah warga. Tentunya kami di sini berkumpul dengan
damai. Paling penting adalah masjid di belakang saya ini terlindungi,”
ujar Shakeel Afsar, Rabu (07/08/2024).
Menurut Shakeel, kerusuhan yang didalangi oleh Tommy Robinson
telah menyebabkan perpecahan di tengah-tengah masyarakat Inggris yang selama
ini yang bisa dikatakan terjalin erat.
Ketika wartawan setempat menanyakan maksud dari para warga
Muslim yang melakukan aksi damai dengan menutup wajah, ia menjelaskan hal
tersebut bukan karena ingin melakukan aksi buruk atau sedang menyembunyikan
sesuatu. Melainkan sebagai pelindung diri dari sorotan kamera agar tidak
berimbas pada pekerjaan mereka.
“Karena bagaimanapun, sebagai sesama
Muslim ada dorongan keinginan untuk saling membela dan menolong. Dan mereka
yang menutup wajah bukan karena ingin melakukan hal buruk atau menyembunyikan
sesuatu yang buruk. Bukan, tetapi mereka menutupi wajah karena perlakuan diskriminasi
nantinya terkait keamanan pekerjaan mereka. Tetapi di sisi lain, mereka juga
ingin membela dan melindungi komunitasnya (Muslim),” imbuhnya.
Selanjutnya, Shakeel juga mempertanyakan sikap beberapa imam
di UK yang menjadi penengah situasi kerusuhan, sampai kapan umat Islam harus
diam dan menerima fitnah serta diskriminasi yang terus-menerus dilancarkan oleh
kelompok ekstrem sayap kanan.
“Namun saya juga ingin menyampaikan dengan tegas kepada para imam yang berada di depan yang
tentunya memahami situasi ini dan mengadvokasi secara damai. Berapa lama kita
harus diam? Berapa lama lagi umat Islam ini difitnah dengan kebencian yang amat
sangat bahkan dikriminalisasi dalam empat tahun terakhir ini? Bukankah mereka
saudari kita? Atau para lelaki Muslim yang berjenggot ditarik paksa? Sampai
kapan kita harus bertoleransi dengan kondisi itu?” tanya Shakeel
dengan tegas.
Shakeel mengingatkan agar semua kaum Muslim membuka mata
serta memahami dengan benar dengan kondisi yang sedang terjadi. Ketika umat
Islam fokus menyuarakan pembebasan Palestina di berbagai penjuru dunia, maka kelompok
ekstrem sayap kanan pun muncul dan mencoba untuk menyerang umat Islam di UK.
“(Kami) tidak akan menoleransi sikap ektrem sayap kanan yang diskriminatif terhadap umat
Islam. Sebab warga Muslim yang tinggal di UK adalah komunitas yang taat aturan.
Kami akan
menyampaikan keluhan ini hingga ke pejabat pemerintah demi mempertahankan keselamatan
diri, juga komunitas Muslim,” lugasnya.
“Ketika kita mempromosikan satu komunitas yang minoritas
di sekolah kita boleh, promosi seksualitas kepada anak-anak juga dibolehkan. Tetapi ketika ada hal untuk
melindungi masyarakat yang merupakan alat untuk membangun UK (komunitas Muslim), justru
malah kami dianggap sebagai warga kelas
tiga. Pesan saya kepada Sekretaris Menteri Dalam Negeri, Anda turunlah ke bawah, kawan. Anda
tinggal di kantor anda saja, dan tidak melihat apa yang terjadi sebenarnya di
jalananan,” pinta Shakeel.
Bisa dipastikan katanya,
jika orang Inggris kulit putih yang mengalami kekacauan yang sama, pasti
akan disambut dan bahkan dibantu. Tetapi seharusnya pemerintah mendengar
keluhan warga Muslim yang kehadirannya bukan untuk didiskriminasi sebab mereka
juga telah tinggal di UK selama bertahun-tahun.
“Jika banyak yang tidak menerima saya katakan bahwa terjadi
kebencian yang amat mendalam kepada Islam dan kaum Muslim selama empat tahun
terakhir, faktanya, komunitas kami (Muslim) telah ditarget, para imam kami juga
ditarget, komunitas kami ditarget, masjid kami pun jadi target. Kampanye apa
yang akan mampu menghentikan semua ini?” tambahnya lanjut.
Sudah waktunya kata Shakeel, warga Muslim harus
mempertahankan dan membela diri. “Kami membawa damai, dan juga selalu taat aturan. Kami juga
bekerja dan para imam kami juga yang mungkin sangat banyak Anda intervensi. Dan kami tentu akan
bersama-sama karena terlalu lama kami tersiksa apakah itu di UK, Timteng, Palestina,
ataupun di Kashmir,” pungkasnya.[] M. Siregar