TintaSiyasi.id -- Pembina Himpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) Prof. Dr. -Ing Fahmi Amhar menjabarkan kemerdekaan dalam beberapa level.
"Saya membagi kemerdekaan itu dalam beberapa level, yang tertinggi level 7. Mengapa? Karena kalau ditanya sudah merdeka, ada yang sudah, ada yang belum," ungkapnya dalam: Makna Merdeka: Indonesia Bangkit, Maju, dan Mulia dengan Islam, di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa, Ahad (18/8/2024).
Merdeka level 1 adalah merdeka fisik. "Kita tidak ada lagi pasukan tentara asing yang petentang petenteng di negeri ini. Tidak seperti di Palestina, Suriah, kalau ada tentara asing itu pasti sedang dalam misi penanggulangan bencana, seperti dulu saat tsunami Aceh tahun 2004 atau mereka ikut pelatihan bersama UN stanford di Sentul," paparnya.
"Jelas yang tidak merdeka level 1 Irak, Suriah, Palestina masih ada tentara asing di sana, tentara Amerika ada di Irak, tentara Israel di Palestina, jelas mereka tidak Merdeka, tapi kalau di Indonesia kita katakan merdeka level 1 sudah 100 persen," tambahnya.
Merdeka level 2 adalah memilih pemerintah. Secara normatif pada level dua kata Fahmi, Indonesia lebih merdeka dari Australia atau Kanada karena di kedua negara itu, yang jadi kepala negara ditunjuk oleh Raja Inggris. Sehingga tidak ada Raja atau Presiden melainkan adanya perdana menteri yang dipilih oleh suatu pemilu tetapi pelantikannya oleh gubernur jenderal, dan yang menunjuk gubernur jenderal adalah Raja Charles.
"Gubernur jenderal ini nanti yang akan mengesahkan undang-undang mengangkat panglima angkatan bersenjata atau mengangkat dan memberhentikan hakim, jadi tidak mungkin Australia atau Kanada melawan Inggris itu enggak mungkin hari ini enggak mungkin," sambungnya.
Ia menambahkan pada level dua ini hakikatnya Indonesia belum 100 persen merdeka. Meski rakyat Indonesia memilih sendiri presidennya tetapi siapa calonnya, juga nanti siapa menteri yang terpilih itu dipengaruhi oleh asing dalam bentuk opini ataupun penerimaan pasar.
Merdeka level 3, merdeka menentukan hukum. Di sini derajat Indonesia lebih berkurang lagi, jadi kalau di katakan lagi memilih pemerintahan itu merdekanya baru 80 persen, ini mungkin cuma tinggal 60 persen atau bahkan kurang,.
"Betul, undang-undang kita diketok di DPR hasil pilihan kita sendiri, tetapi diantara draft yang masuk itu ada sekian banyak draft yang dibuatkan oleh lembaga-lembaga asing. Apakah itu World bank, IMF, UNDP, atau USA. Kalau undang-undangnya kurang seksi seperti undang-undang informasi geospasial atau undang-undang narkotika itu tidak banyak intervensi asing," terangnya.
Ia menyebutkan jika negara itu merdeka pada level 1, secara fisik 100 persen, kemudian merdeka pada level 2 secara pemerintah 100 persen, terkahir merdeka level 3 secara hukum 100 persen, baru disebut negara profesional.
"Soal dia makmur atau tidak urusan belakangan. Jadi mungkin rakyatnya masih miskin. Contoh Korea Utara, itu saya yakin tidak banyak intervensi asing, mungkin dia sedikit banyak ada peran Cina, jadi karena Kim Jong Un sahabatnya dengan Cina, ibaratnya saudara tua, dengan Rusia sedikit banyak meskipun Rusia sudah enggak enggak komunis, tetapi Kim Jong-un masih hormat karena dulu Bapaknya dibina oleh Soviet, saya kira 90 persen sudah lumayan lah ya, bikin rudal nuklir ini juga mandiri dia bikin dia nah lebih tinggi lagi adalah," terangnya.
Merdeka level 4, secara teknologi. Jadi kalau orang merdeka level 4 itu mampu menciptakan teknologi yang mereka butuhkan, derajat merdeka Indonesia di level 4 ini rendah.
"Betul kita punya beberapa kampus teknologi yang top di dunia masuk peringkat 600, seperti ITB, IPB itu cukup tinggi, masih lebih baik daripada beberapa kampus di Saudi Arabia atau di Brunei Darussalam, di dua negara ini nyaris semua teknologinya impor nyaris. Kita sudah lebih kreatif dari mereka lah. Tetapi teknologi kita masih tergantung pada asing. Istilahnya teknologi kuncinya misalkan kita bisa membuat sepeda listrik tetapi beberapa kuncinya di dalamnya misalkan chip-nya untuk regulatornya itu impor. Aki kita bisa bikin sendiri tapi regulator impor dan itu kenyataannya, seperti dulu tahun 1976 punya satelit Palapa, tetapi Palapanya beli 100 persen lagi," terangnya.
Merdeka level 5, secara ekonomi. Karena teknologi canggih itu tunduk pada tata ekonomi dunia.
Ia menjelaskan, sebuah negara sudah merdeka di level 5, atau empat dan lima yakni teknologi dan ekonomi dia disebut negara produktif. Pasti negara produktif mereka biasanya menjadi negara yang maju dan seperti misalnya Korea Selatan, Jerman dan Cina sudah mulai menyusul. Mungkin India menyusul. Jadi ini adalah contoh negara yang produktif dia berdaulat, dia punya kemerdekaan di teknologi dan ekonomi," urainya.
Merdeka level 6, merdeka secara ideologis. Negara yang merdeka secara ideologis ini mereka mampu menentukan sendiri jalan hidupnya, peradabannya, sosial budayanya juga mendorong atau mempengaruhi negara lain. Ini yang paling ideologis hari ini adalah Amerika Serikat, dulu ada Uni Soviet, Rusia sudah tidak seideologis dulu.
Merdeka level 7, merdeka sesungguhnya ketika sebuah negara beserta rakyatnya hanya menghamba kepada Sang Pencipta Allah SWT. Tidak menghamba ke sesama manusia. Tidak menghamba seorang diktator maupun seorang yang demokratis. Tidak menghamba negara lain, negara seperti ini akan berkembang cepat menjadi negara yang professional, produktif, dan power full," tegasnya.
Ia mengutip sebuah hadis Nabi: "Allah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam". (HR. Thabani).
"Ketika umat Islam itu menjalankan syariatnya menghamba pada Allah saja maka muncul lah peradaban yang baru bangkitlah peradaban yang maju, mulia, dan berkah itulah merdeka level 7," pungkasnya. [] Alfia Purwanti