Tintasiyasi.ID -- Ustazah Dra. Cut Yenizar Polem, Mubaligah dan Pendidik Generasi asal Aceh menyatakan bahwa perubahan yang dibutuhkan saat ini adalah perubahan sistem, bukan hanya sekadar pergantian rezim.
"Nah, dari sinilah ibu-ibu, perubahan yang kita butuhkan
bukanlah hanya sekadar pergantian rezim, pergantian person. Tapi, yang kita butuhkan saat
ini adalah perubahan sistem,” ungkapnya dalam acara Liqa Muharam Mubalighah
(LMM) 1446 H dengan tema Perubahan Hakiki: Tinggalkan Demokrasi Ittiba'
pada Nabi pada Ahad (04/08/2024) di Meulaboh, Aceh.
Hanya saja, lanjutnya, perubahan hakiki tersebut tidak dapat
diraih, karena menurutnya negeri ini sedang menerapkan sistem sekuler demokrasi
(jahiliah) yang bukan hanya rusak saja, tapi juga merusak di segala lini
kehidupan.
“Perubahan itu adalah sebuah
keniscayaan dan sebuah kepastian yang telah dijamin oleh Allah,
dengan syarat ada
kesungguhan dalam menginginkan dan melakukan perubahan tersebut,”
terangnya.
Ia mengutip potongan ayat Al-Qur'an surah Ar-Ra'd ayat 11
yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum,
sampai kaum itu mengubah keadaan yang ada pada diri mereka”.
“Ayat ini telah menegaskan yang namanya
perubahan itu tidak abal-abal. Artinya perubahan yang telah dijanjikan oleh
Allah Swt. harus ada upaya dari tangan-tangan manusia untuk bersungguh-sungguh dalam
melakukan perubahan. Apalagi untuk meraih perubahan yang hakiki,” tuturnya.
Selanjutnya, ia menyitat pernyataan Imam Al-Qurthubi yang
mengatakan bahwa Allah telah memberitahukan atau menginformasikan bahwa Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga ada salah satu di antara kaum
tersebut melakukan perubahan. “Hal ini (perubahan) merupakan agenda yang paling besar bagi
para mubaligah,” ujarnya.
"Berbicara tentang perubahan, jadi perubahan itu adalah
sesuatu yang alami (thabi'i), karena setiap orang itu pasti akan
berubah. Tidak akan mungkin kita ingin terpuruk, kemudian terbelakang. Selalu hidup yang memang menjadi lebih
baik itu adalah cita-cita setiap orang, impian setiap orang", lanjutnya.
Karena itu, menurutnya, sebagai umat Islam (para mubaligah)
penting mempunyai keimanan yang lurus atau keimanan yang benar, yaitu dengan
menaati perintah-perintah Allah. “Karena keimanan inilah maka akan timbul pemahaman tentang
konstruksi hukum-hukum Islam. Hukum Islam itu sebagai rahmatan lil-‘alamin dan jalan pintas sebagai problem
solving. Jadi enggak ada yang bisa menjadi problem solving selain Islam," tegasnya.
“Muhammad Athiyah dalam kitabnya tentang perubahan, dikatakan
bahwa sesungguhnya manusia tidak akan berpikir tentang perubahan kecuali
mengindra terhadap sekelilingnya, terhadap realitas kerusakan atau kondisi yang
seharusnya tidak terjadi. Inilah yang dirasakan saat ini," ia menambahkan.
Hanya saja perubahan hakiki tersebut tidak bisa diperoleh
dengan hanya pergantian rezim saja, lanjutnya menjelaskan, tanpa mengganti sistemnya. Karena itu,
ia mengajak ibu-ibu para mubaligah untuk mencermati secara mendalam fakta-fakta
terkait pergantian rezim yang dilakukan setiap lima tahun sekali di negeri ini,
sama sekali tidak bisa merubah keadaan.
"Jadi, perubahan itu telah dijanjikan oleh Allah apabila
di sana ada tangan-tangan, ada keinginan, dan kesungguhan", pungkasnya.[]
Fadhilah Fitri