Tintasiyasi.id.com -- Pemilihan umum Bupati Kab. Bandung 2024 akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024 untuk pemilihan Bupati periode 2024-2029 dan Bupati petahana Dadang Supriatna dapat kembali mencalonkan diri dalam Pilbup Bandung 2024.
Berkaitan dengan hal tersebut, diberitakan dalam media online TribunNews.Jabar bahwa ribuan guru agama di Kabupaten Bandung akan mendukung all out memenangkan Bupati Dadang Supriatna pada Pilkada tersebut.
Hal tersebut sebagai ungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Bupati Kab. Bandung Dadang Supriatna,yang mereka anggap telah memberikan perhatian yang luar biasa terhadap para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kabupaten Bandung. Hal tersebut diutarakan oleh salah seorang guru PAI asal Kecamatan Bojongsoang,
Tisna yang mengatakan bahwa para guru PAI se-Kabupaten Bandung sepakat untuk mendukung dan memenangkan Bupati Bandung Dadang Supriatna dalam Pemilihan Bupati Bandung (Pilbup) 2024.
Sekilas dukungan tersebut seperti biasa saja, tidak mengandung unsur apapun. Namun demikian dukungan tersebut bisa merupakan satu kondisi yang pas dalam menggambarkan istilah Pork barrel (gentong babi) atau populis otoriter.
Istilah tersebut adalah gambaran saat rakyat sudah diinjak-injak penguasa, sudah sangat terbiasa dizalimi, begitu diberi perhatian sedikit, langsung merasa "penguasa sungguh baik banget". Lupa dengan kezaliman yg sebelumnya menimpa.
Pork barrel juga sama, penguasa akan mengucurkan dana di wilayah yg dulu pernah memilihnya atau masyarakat yg sedang diincar agar memilih dia.
Dukungan para guru PAI kepada DS, sangat tegas menyiratkan politik balas budi. Dalam sistem demokrasi, para guru telah terjebak arus pusaran "politik" penguasa.
Lalu kesejahteraan seperti apa yg dirasakan para guru PAI? Kesejahteraan hakiki atau insidental? Seharusnya bukan hanya para guru PAI yg mendaapatkan "kesejahteraan" dan atau perhatian dari pemerintah, semua guru seharusnya mendapatkan hak yang layak dari pemerintah berupa kesejahteraan.
Terlebih kesejahteraan harusnya diberikan pada semua elemen masyarakat, pada setiap waktu. Karena itulah tugas penguasa, sehingga rakyat tidak perlu harus "membalas jasa" atas kesejahteraan yg diperolehnya, yang paling penting, para guru PAI seharusnya memahami Islam yg diajarkan bukan teori semata.
Tapi sebuah ajaran yg harus diterapkan. Termasuk semestinya para guru PAI juga memahami bagaimana tugas penguasa mengakomodir kemashlahatan rakyatnya.
Dalam sistem pemerintahan Islam. Kesejahtraan tidak hanya dirasakan oleh satu institusi dalam suatu wilayah tertentu saja. Kesejahtraan akan menyeluruh dalam semua lini dan dalam semua aspek kehidupan. Hal ini terjadi karena penguasa dalam Islam memaksimalkan pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan dalam Islam juga penguasa berfungsi sebagai raa'in (pengurus/pelayan) bagi rakyatnya.
Karena kesadaran tersebut, penguasa dalam Islam tidak akan menuntut politik balas budi pada rakyatnya, demikian pula rakyatnya, tentu akan kembali berpihak pada pemimpin yang amanah bukan perkara balas budi semata.
Hanya Islam yang akan memberikan jaminan kesejahteraan kepada para guru dan rakyat seluruhnya, tanpa harus ada upaya dukung mendukung penguasa. Pemerintahan Islam yang berdasarkan pada aqidah Islam, akan melahirkan penguasa yang takut akan penghisaban, sehingga akan memfungsikan amanah yang diberikan rakyatnya padanya dengan semaksimal mungkin. Rasululloh bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu'alam bishshawwab.[]
Oleh: Enung Nurhayati
(Aktivis Muslimah)