Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Manfaatkan Momentum Muharam, Forum Mubalighah Aswaja Ajak Tokoh Muslimah Sumut Mengikuti Metode Dakwah Nabi

Jumat, 23 Agustus 2024 | 07:42 WIB Last Updated 2024-08-23T00:42:56Z
Tintasiyasi.id.com -- Diampu oleh Ustazah Mahmudah, S.Ag, telah terlaksana acara Liqo Muharam Mubalighah 1446 H oleh Forum Mubalighah Aswaja dengan menghadirkan ratusan tokoh dari Medan, Tj.Morawa, Lubuk Pakam, Dolok Masihul, Tebing Tinggi, Siantar, Pantai Cermin, Perbaungan, Binjai, Pegajahan, Bandar Simalungun, Namorambe, Sei Bamban, hingga Serbelawan.

Acara yang berlangsung pada Minggu, 04 Agustus 2024 ini mengangkat tema Perubahan Hakiki, Tinggalkan Demokrasi, Ittiba Pada Nabi SAW dengan menghadirkan tiga pemateri kunci. 

Syahdu terdengar lantunan ayat suci Alquran oleh Ustazah Jannatul Wahidah yang membacakan surat Ali Imran ayat 28 hingga ayat 32 sebagai pembuka awal acara.

Di tengah himpunan para tokoh Sumut, Ustazah Eka Susanty Sahputri melanjutkan acara dengan materi bertajuk Perubahan Hakiki yang membawa peserta pada konsep akidah Islam yang menuntun penganutnya menyadari eksistensi Allah dalam mengatur kehidupan.

"Tidak ada yang berhak membuat hukum kecuali Allah swt, sementara demokrasi lahir dari kesepakatan manusia. Aqidah Islam menjadi asas yang telah Allah sempurnakan dan harus kita perjuangkan. Kita harus melakukan perubahan, bukan parsial, karena satu-satunya jalan menuju perubahan hakiki adalah kembali pada islam kaffah," Tutur pemateri pertama menggugah suasana.

Tanpa tedeng aling-aling, Ustazah Linda Wulandari selaku pemateri kedua membangun kesadaran peran para tokoh muslimah agar memandang politik dengan kacamata syariat.

"Demokrasi tidak pernah datang dan diajarkan dalam Islam, sebaliknya demokrasi sudah tertolak sejak asasnya karena membenarkan eksistensi illah illah lainnya selain Allah swt. Amar maruf nahiy munkar dan muhasabah bil hukam merupakan bentuk syariah yang kita taati, bukan mengadopsi trias politica ala demokrasi.." tegasnya.

Ustadzah Qisthi Yetty Handayani semakin meneguhkan kiprah para tokoh umat dalam membangun kesadaran publik dalam materi ketiga, "Kewajiban kita adalah Ittiba' (mengikuti jalan) kepada Nabi SAW. Tidak ada alasan untuk tidak mengambilnya, bukan hanya profil, keluarga, maupun karakter akhlak, melainkan pula sirah perjalanan politiknya. Rasul memiliki konsep membangun Negara, bahkan mulai dari Roadmap (metode perjuangan) nya berdasar Islam Kaffah,"ungkapnya.

Usai pemaparan materi, moderator memimpin sesi diskusi yang begitu antusias disambut peserta. Salah satunya Ibu Huzaimah (Muslimah Alwasliyah Serdang Bedagai) merasakan dampak dijauhkannya Islam dari tatanan kehidupan. Katanya, zaman kita sangat canggih penuh teknologi, sebagai pendidik ia sangat bersedih melihat generasi yang begitu menurun akhlak dan akidahnya, perusaknya adalah media sosial di zaman sekarang. 

Mari mencari jalan keluar untuk persoalan di media sosial masa kini. Pemateri merespon dengan mengatakan bahwa media menjadi sarana yang boleh digunakan dalam Islam untuk membantu manusia menjalani kehidupan sehari-hari, yang membuatnya berbahaya adalah sistem penjaganya. 

Orangtua perlu melakukan pendampingan, namun negara juga perlu turut melakukan pengawasan pada berita dan perkembangan teknologi. Islam menjamin keamanan bersosial media, karenanya perlu diperjuangkan.

Kemudian Ibu Rosidar (Muslimah Sumut) beliau juga bertanya bahwa demokrasi mengklaim membangun musyawarah di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara hingga perlu menjelaskan atau menanggapi konsep tersebut agar kita mampu membedakannya. 

Pemateri menjawab bahwa ada hal yang dapat dimusyawarahkan dengan kelompok manusia, yang diserahkan pada ahli, ada pula yang hanya diambil dari ketetapan Allah swt. Konsep dasar demokrasi menyerahkan segala sesuatu pada akal manusia semata, sehingga musyawarah yang dianulir didalamnya tidak dapat dibenarkan. Syariah Islam sudah sangat lengkap. Jelasnya.

Acara berlangsung khidmat dengan penutupan doa yang dibacakan oleh Ustazah Dra. Hj. Nurhasanah sembari penuh harap bahwa kondisi rusak yang disebabkan pengabaian terhadap hukum-hukum Allah ini segera ditinggalkan.

Tugas ini diemban oleh kaum muslimin secara umum juga termasuk para mubalighah yang hadir hingga acara ini berakhir. Tampak peserta mengisi kuesioner sebelum meninggalkan tempat sebagai bentuk komitmen dan kesepahaman bahwa perubahan hakiki hanya bisa diraih dengan ittiba' (mengikuti metode Nabi) dalam membebaskan masyarakat jahiliah menjadi masyarakat Islamiah.[]

Oleh: Ummi Cahaya,S.Pd 
(Aktivis Dakwah)

Opini

×
Berita Terbaru Update