TintaSiyasi.id -- Pemerhati Keluarga dan Generasi, Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menjelaskan lima tanda kerasnya hati.
"Ada lima tanda kerasnya hati," ungkapnya dalam rubrik Famiy Zone: Mengatasi Keras Hati di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Selasa (06/08/2024).
Pertama menurutnya, malas melakukan ketaatan dan kebaikan. Ketika seseorang malas melakukan ketaatan dan kebaikan, justru malah meremehkan, sehingga terdorong untuk melakukan kemaksiatan atau melakukan pelanggaran hukum syarak, maka itu salah satu tanda hati akan keras.
"Kedua, tidak peka menerima nasihat. Ketika orang mempunyai sikap tidak peka, tidak sensitif ketika diingatkan. Ketika mengetahui tentang hukum-hukum Islam. Mengetahui apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah, mana yang halal, mana yang haram, tetapi dia tidak terdorong untuk melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang, dia merasa biasa-biasa saja.Tidak takut dengan ancaman Allah dan konsekuensinya," terangnya.
Selanjutnya yang ketiga katanya, tidak mengambil pelajaran dari yang sudah terjadi. Ketika orang tua misalnya, melihat anak menangis rebutan dengan kakaknya sampai terjadi pertengkaran. Kadang orang tua tidak mampu mengambil Ibrah, yakni tidak mampu mengambil pelajaran dari fenomena itu. Salah satu contohnya, kenapa anak melakukan hal itu, mungkin karena orang tuanya tidak memberikan yang anak butuhkan. Sehingga, solusinya sederhana, bekali anak itu makanan yang dibutuhkannya, lengkapi mainan yang dibutuhkannya, sehingga kalau kebutuhannya sudah dipenuhi dia tidak akan melakukan hal tersebut. Namun, ketika orang tua tidak bisa mengambil Ibrah, tidak mampu mengambil pelajaran, orang tua langsung melabeli negatif anaknya.
"Demikian juga dalam berkeluarga, misal ada seorang istri yang kadang sudah mencap suaminya itu suami yang tidak perhatian. Padahal boleh jadi kadang ada suami yang memberikan perhatian dalam bentuk nasihat, ketika istrinya berbuat salah, tetapi ketika istri tidak mengambil pelajaran, kenapa suami menasihatinya dan langsung dia mengambil kesimpulan bahwa suaminya tidak sayang kepada istrinya, sehingga dia marah pada suaminya," jelasnya.
Keempat, tidak takut dengan ancaman Allah. Sebagai contoh bagaimana Abu Bakar Siddiq r.a. Beliau ketika mengimami kadang menangis ketika beliau membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang ancaman dari Allah. Baru membaca dan memahami ayat itu beliau langsung menunjukkan sikap takutnya dengan ancaman Allah. Ketika para ulama menjelaskan tentang ancaman bagi orang-orang yang melanggar aturan Allah, akan takut ketika dijelaskan tentang neraka. Namun, ketika seseorang tidak peka dengan ancaman tersebut, ia akan menganggap remeh ancaman dari Allah.
"Kelima, tidak peduli dengan halal dan haram. Ketika mau melakukan sesuatu mungkin hanya ingin seperti orang lain. menggunakan pakaian supaya cantik seperti orang lain. Ia melakukan karena terdorong mengikuti hanya sekadar tren. Tidak peduli kepada halal dan haram. Menutup aurat tidak karena kewajiban, tetapi karena keinginan hawa nafsunya," imbuhnya.
Solusi Mengatasi Kerasnya Hati
Pertama, malas itu penyakit dan harus dilawan. Harus diketahui kenapa orang itu malas. Jika tidak tahu berarti harus cari tahu kenapa bisa malas. Apakah karena memang tidak mampu, atau karena tidak bisa melakukan sesuatu. Maka orang yang malas harus makin giat belajar dan banyak bertanya pada yang tahu dan yang paham akan hal itu.
"Namun, kalau malasnya itu karena kondisinya memang tidak kondusif untuk dirinya, kadang malas belajar karena sendirian, ketika banyak orang kita jadi semangat untuk belajar. Berarti kalau demikian untuk menghilangkan rasa malas cari teman yang bisa memberikan motivasi, yang bisa memberikan kondisi yang kondusif untuk melakukan kebaikan," sarannya.
Rasulullah SAW mencontohkan doa agar terhindar dari kemalasan sebagaimana Rasul bersabda yang artinya, "Ya Allah jauhkanlah saya dari kemalasan." (HR. Bukhari).
Kedua, melawan ketidakpekaan terhadap peringatan. Jika seseorang tidak peka terhadap peringatan dan terhadap nasihat-nasihat, ketidakpekaan itu harus dilawan, dengan cara makin sering dekat dengan orang-orang yang memberikan nasihat dan yang terus mengingatkan kita.
"Namun, ketika mendapatkan nasihat justru kita merasa tersinggung, merasa tidak enak dengan nasihat, lalu kita menjauh. Maka, kita mungkin akan makin jauh dari kebenaran. Ingatlah bahwa nasihat itu dibutuhkan oleh kita tanpa nasihat hati akan makin keras," tuturnya.
Menurutnya, jika nasihat itu dari pengajian, maka jangan berhenti pengajiannya, justru kita harus makin rajin mengajinya, kalau nasihat itu dari guru dan ibunya, jangan jauhi guru dan ibunya, tetapi justru kita harus sering mendatangi orang-orang yang akan memberikan nasihat kepada kita.
"Ketiga, luangkan waktu untuk memikirkan yang terjadi. Kalau masalahnya karena kita tidak peka, tidak mampu mengambil pelajaran. Maka, solusinya luangkanlah waktu sejenak untuk memikirkan apa yang terjadi. Orang-orang yang akan bisa mengambil pelajaran adalah Ulil Albab," terangnya.
Ia menjelaskan, Ulil Albab adalah orang yang senantiasa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada kehidupan ini. Jadi, jangan cepat untuk menyimpulkan sesuatu dan mudah untuk melabeli sesuatu, tetapi pikirkanlah terlebih dahulu kemudian lakukanlah evaluasi. Sebabnya apa, kekurangannya Apa, kesalahannya apa, dan kemudian ambil komitmen untuk memperbaikinya.
"Keempat, memahami ancaman adalah kasih sayang Allah SWT. Kita harus memahami bahwa ancaman yang terdapat dalam Kitabullah itu adalah kasih sayang dari Allah SWT. Allah SWT tidak menginginkan kita tersesat. Allah ingin mengembalikan kita kepada kebenaran, sehingga kita tidak terus terlanjur dalam kesesatan," ujarnya.
Sehingga menurutnya, sebenarnya ancaman itu sangat dibutuhkan oleh kita supaya kita bisa segera bertobat. Kalau kita pernah melakukan kesalahan dan kita berkomitmen untuk istiqomah dalam kebaikan, kalau kita sudah di jalan kebenaran, kita tidak dibelokkan kepada kesesatan karena kita takut kalau kita terbelokkan, maka konsekuensinya ancaman itu bisa menimpa kita.
"Kelima, terus mengkaji Islam. Kalau masalahnya kita tidak bisa memisahkan yang halal dengan yang haram berarti solusinya terus mengkaji Islam. Tsaqafah makin dikuasai sehingga kita makin paham, mana saja yang dihalalkan dan yang diharamkan. Mana yang wajib, mana yang haram," tambahnya.
Maka lanjutnya, setelah kita paham hukum-hukumnya kita harus berkomitmen, harus memaksakan diri yang haram harus dijauhi yang halal dan wajib jangan pernah dicoba untuk ditinggalkan. Seberat apa pun suatu kewajiban, kita harus berazzam, harus berusaha keras melakukannya dan sebaik apa pun, seindah apa pun sebuah keharaman, jangan pernah mencoba untuk melakukannya.
"Semua solusi tersebut tidak bisa melakukannya sendirian, kita butuh orang lain yang akan membantu kita. Ringan untuk melembutkan hati membantu kita menjauhi sikap keras, dan yang seperti itu hanya ada ketika kita bersama orang-orang yang mengajak kepada kebenaran dan mengingatkan kita kepada kebaikan. Dan yang seperti itu hanya ada pada komunitas dakwah Islam," pungkasnya. []Rina