Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kesenjangan Ekonomi di Indonesia Makin Mengkhawatirkan

Sabtu, 31 Agustus 2024 | 08:17 WIB Last Updated 2024-08-31T01:18:12Z
TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menyampaikan bahwa fenomena kesenjangan ekonomi yang terjadi baik di Indonesia maupun dunia saat ini makin mengkhawatirkan.

"Fenomena kesenjangan ekonomi saat ini makin mengkhawatirkan, baik di Indonesia maupun negara lain, tuturnya dalam Fokus To The Point: Tawazunisasi, Cara Islam Berantas Kesenjangan Kapitalisme, Jumat (16/8/2024) di kanal YouTube UIY Official.

Menurut UIY, fakta way gap (kesenjangan ekonomi) sudah sangat mengkhawatirkan. Ia mengungkapkan bagaimana bisa, satu orang terkaya memiliki kekayaan dua kali lipat dibanding 6,9 miliar orang di dunia. Jadi, 78 juta orang di dunia jika dikumpulkan kekayaannya, maka jumlahnya dua kali lebih banyak daripada total kekayaan 88 persen penduduknya. Dan hal tersebut bukan terjadi di satu tempat saja, melainkan menjadi fenomena dunia.

"Di Indonesia, fenomena kesenjangan itu juga sesungguhnya sangat mengkhawatirkan, dalam suatu laporan mencatat juga bahwa kesenjangan pendapatan Indonesia itu pada level 1 banding 19. Itu artinya populasi dari kelas ekonomi teratas memiliki pendapatan 19 kali lipat populasi dari kelas ekonomi terbawah. Dan itu dibuktikan oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa kesenjangan itu bukannya menurun, tetapi terus meningkat," sesalnya.

Kenyataan tersebut kata UIY, yang menempatkan Indonesia menjadi urutan nomor 4 sebagai negara terparah kesenjangannya setelah Rusia, India, dan Thailand. Sedangkan soal kepemilikan lahan, berdasarkan data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyebutkan bahwa sebagian besar lahan di Indonesia itu dikelola oleh koorporasi, yaitu tidak kurang dari 60 persen tanah di Indonesia dikuasai oleh hanya satu persen kelompok pengusaha besar. 

"Dalam laporan Indonesia Tanah Air Siapa yang dirilis tahun 2022 disebutkan 53 juta hektare penguasaan lahan yang diberikan pemerintah, hanya 2,7 juta hektare yang diperuntukkan bagi rakyat, sedangkan sisanya untuk korporasi," ujarnya.

UIY menyebutkan setidaknya ada 14 grup perusahaan yang menguasai lahan lintas sektor di Indonesia. Paling besar dimiliki Sinar Mas Grpup yang menguasai 3 juta hektare atau setara dengan jumlah luas Jawa Barat.

"Apabila kita belajar sistem ekonomi kapitalis, di situ disebutkan bahwa yang menjadi problem ekonomi bukanlah soal distribusi, tetapi karena kelangkaan. Sehingga menurut kapitalis alat pemuas kebutuhan itu terbatas, sementara kebutuhan manusia tidak terbatas. Maka, di situlah ada kelangkaan," tuturnya.

Ia mengatakan, solusi yang tawarkan kapitalis, yakni produksi demi produksi untuk mencukupi kebutuhan manusia, sehingga kelangkaan itu berkurang. Akan tetapi pada kenyataannya, meskipun produksi terus dilakukan, tetapi tidak otomatis semua kebutuhan orang itu terpenuhi.

Dengan terbukti banyaknya masyarakat yang tak memiliki rumah, sedangkan ada orang yang sampai mempunyai tiga rumah, tetapi tidak terpakai menunjukkan bahwa problem ekonomi bukanlah kelangkaan, tetapi distribusi. Walaupun produksi juga penting, tetapi yang paling penting adalah bagaimana produksi itu terdistribusikan dengan cara yang semestinya.

UIY megatakan, menurut Oxfam, hubungan dengan ekonomi kapitalistik yang terkait dengan distribusi adalah kesenjangan si kaya dan si miskin yang tak dapat dihilangkan jika tidak sengaja dihilangkan. Artinya, harus ada langkah-langkah yang menghilangkan kesenjangan tersebut.

"Sedangkan yang memiliki kemampuan untuk menghilangkan kesenjangan itu adalah negara. Namun, bagaimana mau dihilangkan jika watak kapitalis itu memang eksploitatif dan selalu berpihak pada pemilik modal," tandasnya[] Nurmilati

Opini

×
Berita Terbaru Update